Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenali, Seberapa Aman dan Efektif Vaksin Sinovac

Selain -tentu saja, karena vaksin ini adalah salah satu vaksin pertama yang tersedia di Indonesia, ketika pandemi mulai melanda.

Ya, Sinovac memang berbeda dengan vaksin yang dibuat dengan teknologi messenger ribonucleic acid (mRNA), seperti Pfizer atau Moderna.

Vaksin mRNA dibuat dengan cara membuat protein yang memicu respons imun di dalam tubuh.

Sementara, Sinovac dibuat layaknya vaksin pada umumnya, yaitu dengan memasukkan inactivated virus atau virus tak berdaya yang dapat merangsang antibodi tubuh.

Hal ini juga membuat sebagian orang -termasuk di Indonesia, merasa tak yakin dengan vaksin berteknologi mRNA dan menganggap bahwa Sinovac lebih aman.

Namun, benarkah begitu? Lalu, seberapa efektifkah vaksin Sinovac?

Untuk mengetahui jawabannya, simak paparan berikut ini.

Perbedaan pendapat soal keamanan dan keefektifan Sinovac

Selain di Indonesia, rupanya Sinovac cukup populer di Singapura.

Bahkan, banyak penduduk Singapura rela membayar demi mendapatkan vaksin Sinovac karena vaksin ini bukanlah vaksin gratis dari program Pemerintah.

Menanggapi hal ini, spesialis penyakit menular dari Farrer Park Hospital Singapura, Loh Jiashen pun angkat bicara soal keamanan dan kefektifan Sinovac.

Menurut dia, tidak sepenuhnya benar bahwa Sinovac lebih aman dibandingkan vaksin mRNA.

Dia beralasan -berbeda dengan data dari mRNA yang telah diperiksa secara teliti- data keamanan Sinovac tidak seterbuka data mRNA.

Jiashen juga mengatakan, tingkat efisiensi Sinovac hanya 51 persen, sementara Pfizer dan Moderna memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, yaitu 95 dan 94 persen.

Menurut dia, semakin tinggi efisiensinya, semakin baik pula perlindungan yang diberikan.

“Jika kita ingin mendapatkan vaksin, kita harus menghasilkan antibodi yang lebih baik dari seseorang yang terkena infeksi,” ujar dia.

“Dalam uji coba awal, ditunjukkan, tingkat antibodi yang dihasilkan oleh vaksin Sinovac lebih rendah daripada yang dihasilkan oleh orang yang terkena Covid,” lanjut dia.

Kendati demikian, sebuah studi baru dari Mayo Clinic menunjukkan, keefektifan vaksin mRNA terhadap varian Delta menurun cukup drastis.

Bagi Moderna, keefektifan menurun sebanyak 76 persen. Sementara bagi Pfizer, turun hingga 42 persen -meski studi ini belum ditinjau.

Namun, pendapat berbeda datang dari penelitian asal Inggris yang diterbitkan di New England Journal of Medicine.

Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech 88 persen efektif melawan varian Delta.

Sinovac di Hong Kong

Sementara itu di Hong Kong, pilihan utama jatuh pada Pfizer.

Hal ini disebabkan berbagai hal, seperti ketidakpercayaan akan produk buatan China mainland dan meyakini bahwa Pfizer jauh lebih baik dibanding Sinovac.

Kendati demikian, masih ada beberapa penduduk Hong Kong yang memilih vaksin Sinovac.

Mengapa?

“Kemanjuran mencegah rawat inap dan mencegah kematian antara kedua vaksin sangat mirip, jadi manfaat khasiat untuk (Pfizer-)BioNTech tidak begitu jelas.”

Begitu kata David Lam, yang mengelola vaksin Sinovac di klinik pribadinya.

Lalu, sebuah studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine baru-baru ini menunjukkan, vaksin Sinovac efektif 87,5 persen dalam mencegah rawat inap dan 86,3 persen dalam mencegah kematian akibat Covid-19.

Selain itu, Lam juga mengatakan, mereka yang mendapatkan vaksin mRNA umumnya menderita efek samping yang lebih parah.

“Jadi, beberapa orang berpikir, ‘mengapa kita tidak memilih yang lebih ringan, pusing berkurang, sakit berkurang, demam berkurang,” kata dia.

Memang, ada 28 kasus dengan efek samping yang parah, yaitu bell's palsy -sejenis kelumpuhan wajah.

Kasus ini terjadi pada mereka yang menerima injeksi Sinovac pertamanya.

Tetapi, tidak ada bukti pasti tentang bagaimana vaksin dapat menyebabkan reaksi langka ini.

Lebih baik ditambah booster

Meski tidak terlalu banyak masalah di Hong Kong, di negara Asia Tenggara seperti di Indonesia, Sinovac memiliki masalah.

Di Indonesia, dilaporkan bahwa ada 350 tenaga medis yang menderita Covid-19 setelah diinjeksi dengan Sinovac.

Bahkan, beberapa di antaranya memerlukan perawatan di rumah sakit.

Lalu menurut dokter dan ahli epidemiologi Dicky Budiman, perlindungan yang ditawarkan Sinovac memang berkurang setelah enam bulan.

Selain itu, Sinovac juga nampaknya kurang efektif terhadap varian Delta dibandingkan dengan vaksin mRNA atau AstraZeneca.

Karena itulah, dia merekomendasikan dosis booster dari Moderna setelah dua injeksi Sinovac.

Hal serupa terjadi di Thailand.

Setelah 600 tenaga medis yang mendapat vaksin Sinovac tertular Covid-19, pemerintah Thailand mengumumkan bahwa AstraZeneca akan menjadi vaksin keduanya, sebagai booster.

Sementara itu, Malaysia kini tengah meninjau perlu atau tidaknya pemberian booster bagi penerima vaksin Sinovac.

Intinya, masih banyak perbedaan pendapat soal keefektifan dan keamanan vaksin Sinovac.

Tentu, vaksin apa yang dipilih bergantung pada masing-masing kata hati individu.

Namun, paparan di atas mungkin bisa membuat kita berpikir kembali jika belum melakukan vaksinasi sama sekali.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/17/132155420/kenali-seberapa-aman-dan-efektif-vaksin-sinovac

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke