Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hilang Indera Penciuman akibat Covid-19 Terkait Faktor Genetik

Para ahli di seluruh dunia pun berpikir keras untuk menemukan jawaban atas kondisi ini.

Nah, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Genetics, Senin (17/1/2022) mengungkap penjelasan atas keadaan ini.

Disebutkan, faktor risiko genetik mungkin terkait dengan hilangnya penciuman pasca-infeksi Covid-19 tersebut.

Di Amerika Serikat, memang masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam mencium sesuatu. Padahal, waktu telah berjalan sekitar enam bulan setelah mereka tertular.

Penyebab pasti dari hilangnya kemampuan tersebut pun tak diketahui, meski para ilmuwan berpikir, kerusakan sel epitel penciuman yang menjadi penyebabnya.

Pasalnya, sel-sel ini melindungi neuron penciuman, yang membantu manusia mencium bau.

Kendati demikian, Dr. Justin Turner mengaku tidak benar-benar tahu mengapa dan kapan kerusakan itu terjadi.

Turner adalah associate professor otolaringologi di Universitas Vanderbilt yang bukan bagian dari penelitian ini.

Apalagi, diduga kerusakan semacam itu hanya menimpa orang-orang tertentu saja.

Menurut penelitian baru terebut, diketahui sebuah lokus genetik di dekat dua gen penciuman dikaitkan dengan hilangnya indra penciuman dan rasa, setelah tertular Covid-19.

Para peneliti pun meyakini, faktor risiko genetik ini meningkatkan kemungkinan seseorang yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami kehilangan penciuman atau pengecapan sebesar 11 persen.

Lalu,  beberapa perkiraan menunjukkan 4:5 pasien Covid-19 mendapatkan kembali inderanya ini.

Tetapi, penelitian ini justru menunjukkan, ketidakmampuan atau berkurangnya kemampuan untuk mencium dan merasakan itu, dapat berdampak pada hubungan, kesehatan fisik, dan kesejahteraan psikologis.

Penelitian yang dilakukan oleh perusahaan genomik dan bioteknologi 23andMe tersebut meneliti 69.841 orang warga di AS dan Inggris yang menerima hasil tes positif Covid-19.

Dari jumlah tersebut, 68 persen di antaranya mengalami kehilangan kemampuan penciuman dan pengecapan sebagai gejalanya.

Setelah membandingkan perbedaan genetik antara mereka yang kehilangan indera penciuman dan yang tidak mengalaminya, tim peneliti mendapat temuan.

Terungkap, wilayah genom (kumpulan gen) yang terkait dengan pemisahan ini terletak di dekat dua gen, UGT2A1 dan UGT2A2.

Nah, kedua gen yang terletak di jaringan di dalam hidung ini terlibat dalam penciuman dan berperan dalam metabolisme bau.

Meski bagaimana UGT2A1 dan UGT2A2 terlibat dalam proses tersebut belum terlihat jelas, Adam Auton, mengatakan, pihaknya mengaku senang dengan penemuan tersebut.

Auton adalah wakil presiden genetika manusia di 23andMe, sekaligus pemimpin dari penelitian ini.

Selain itu, Auton dan rekan-rekannya telah berhipotesis bahwa gen mungkin memainkan peran dalam fisiologi sel yang terinfeksi. Hasilnya, gangguan penciuman pun terjadi.

Penelitian juga menemukan beberapa tren khas dari para partisipan.

Misalnya, wanita 11 persen lebih mungkin mengalami gangguan penciuman jika dibandingkan pria.

Lalu, gangguan ini juga umumnya dialami orang dewasa berumur 26-35 tahun, dengan total 73 persen.

Selain itu, tim peneliti juga menemukan, orang-orang berdarah Asia Timur atau Afrika-Amerika memiliki kemungkinan lebih kecil untuk kehilangan indra penciuman atau perasa.

Penyebabnya masih belum diketahui karena referensi yang amasih terbatas.

Namun, Auton berpendapat bahwa hal ini mungkin tidak dapat dijelaskan oleh varian genetik dari lokus UGT2A1 dan UGT2A2.

Lalu menurut Danielle Reed, associate director dari Monell Chemical Senses Center, temuan ini dapat membantu pasien Covid-19 dalam dua cara.

Pertama, temuan ini dapat membantu menjawab pertanyaan menagapa seseorang sulit mencium bau dan mengecap rasa setelah tertular Covid-19.

“Beberapa orang mengalaminya dan beberapa tidak. Genetika bawaan mungkin sebagian menjelaskan alasannya.” ujar dia.

Selain itu, studi ini juga dapat membantu para ilmuwan menemukan pengobatan tertentu.

Sebelumnya, penelitian menunjukkan, hilangnya indra ini terkait dengan kegagalan untuk melindungi sel-sel sensorik hidung dan lidah dari infeksi virus.

Namun, studi kali ini melihat dari sisi lain.

"Jalur yang memecah zat kimia yang menyebabkan rasa dan bau mungkin menjadi lebih atau kurang aktif, sehingga mengurangi atau mendistorsi kemampuan rasa dan bau,” ujar dia.

Hilangnya penciuman dan rasa telah dikenal sebagai gejala khas Covid-19, meski dikatakan jarang terjadi pada varian Omicron.

Kendati demikian, dalam sebuah penelitian terhadap 81 kasus Omicron di Norwegia, 12 persen mengalami kesulitan mencium bau, sementara 23 persen sulit mengecap rasa.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/19/184445120/hilang-indera-penciuman-akibat-covid-19-terkait-faktor-genetik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke