Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peneliti Israel Menduga Vaksin Keempat Tak Efektif Hadapi Omicron

KOMPAS.com - Di beberapa negara, pemberian vaksin booster kedua mulai diuji.

Bahkan, negara seperti Amerika Serikat mulai membagikannya bagi penduduknya yang rentan terhadap Covid-19.

Namun, di tengah maraknya topik soal injeksi keempat itu, ada pula yang mulai mempertanyakan penting atau tidaknya booster. Salah satunya, peneliti Israel.

Melansir Times of Israel, satu bulan setelah Sheba Medical Center meluncurkan sebuah studi untuk menguji efisiensi vaksin Covid-19 keempat, rumah sakit ini mengatakan pada Senin (17/1/2019) bahwa injeksi itu tidak sepenuhnya efektif melawan varian Omicron.

“Meski sangat efektif melawan varian lain, vaksin ini kurang efektif melawan Omicron,” ujar Prof. Gili Regev-Yochay, pimpinan peneliti dalam eksperimen tersebut.

Menurut Regev-Yochay, meski ada peningkatan antibodi setelah injeksi ketiga, jumlah yang tertular Omicron masih tinggi walau telah menerima injeksi keempat.

“Lebih rendah dibandingkan control group, tetapi tetap tinggi,” kata dia.

“Intinya, vaksin ini sangat baik untuk melawan varian Alpha dan Delta, namun tak cukup baik untuk Omicron,” tambahnya.

Kendati demikian, Regev-Yochay tetap berpikir bahwa memberikan vaksin itu pada mereka yang berisiko tinggi adalah ide yang baik.

Namun menurutnya, sebaiknya vaksin itu hanya diberikan pada lansia di atas 60 tahun saja.

Rumah sakit itu sendiri tak merilis data spesifik. Regev-Yochay pun mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut belum final.

Namun, dia mengindikasikan bahwa pihaknya telah menyediakan informasi awal karena isu tersebut tengah marak dibicarakan.

Lalu, beberapa jam setelah merilis hasil penelitiannya, Sheba mengumumkan bahwa rumah sakit itu akan tetap memberi vaksin pada mereka yang berisiko, meski vaksin tidak menyediakan perlindungan optimal terhadap Omicron.

Menurut laporan dari berbagai media Israel, rumah sakit itu ditekan karena merilis pernyataan tersebut.

Pasalnya, Kementerian Kesehatan Israel tidak menyukai hasil penelitian tersebut.

Diketahui, Perdana Menteri Naftali Bennett terus mendorong untuk menyebarkan program vaksin dosis keempat terlepas dari kurangnya data.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara untuk menunda program booster sampai seluruh dunia memiliki akses ke dosis vaksin awal.

Per Minggu malam, lebih dari 500.000 penduduk Israel berisiko tinggi telah mendapatkan vaksin keempat setelah program tersebut dimulai akhir bulan lalu.

Program uji coba Sheba yang dimulai pada Desember lalu rupanya jauh lebih kecil dibanding pengujuan obat normal.

Jika umumnya pengujian melibatkan ribuan relawan yang diteliti selama beberapa bulan, uji coba ini hanya melibatkan 150 staf medis.

Kendati demikian, penelitian yang disetujui oleh panel senior pemerintah Israel tersebut merupakan satu-satunya uji coba terkait efek vaksin dosis keempat di Israel.

Kini, sekitar dua pertiga dari populasi Israel yang berjumlah hampir 9,5 juta telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, dan hampir 4,4 juta orang Israel telah menerima tiga dosis, menurut data terbaru Kementerian Kesehatan.

Pemerintah Israel sendiri menaruh harapan bahwa booster ekstra dapat membantu mencegah membludaknya pasien Omicron di rumah sakit dan mematikan kehidupan normal.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/19/225249620/peneliti-israel-menduga-vaksin-keempat-tak-efektif-hadapi-omicron

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke