Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Waspada, Dicintai Pasangan Secara Berlebihan Tidak Selalu Baik

KOMPAS.com - Gagasan dicintai oleh seseorang yang tidak bisa berhenti memikirkan kita bahkan rela melakukan segala sesuatu untuk membuat kita merasa istimewa mungkin terdengar menarik.

Tetapi hati-hati, tindakan pasangan yang seperti itu bisa menandakan bahwa dia adalah pasangan yang obsesif.

Jika kita tidak menyadari tanda-tanda awal pasangan obsesif, kita dapat terjerumus ke dalam hubungan yang berbahaya dan menyakitkan nantinya.

Apabila pasangan mengirimi pesan hampir setiap menit, memberikan perhatian berlebih, atau ingin mengetahui segala hal tentang kita dari bangun pagi hingga tidur di malam hari, kita perlu waspada.

Bisa jadi, pasanganmu mengalami apa yang disebut gangguan cinta obsesif atau obsessive love disorder.

Apa itu obsessive love disorder?

Obsessive love disorder belum secara resmi diakui sebagai sebuah gangguan.

Itu adalah kondisi ketika kita menjadi terobsesi dengan orang yang kita cintai dan merasa harus mengendalikan atau melindungi pasangan dengan cara apa pun.

"Pasangan yang obsesif merasakan ketertarikan yang luar biasa pada seseorang dan ingin mengontrol perilaku pasangannya," ujar psikoterapis Dr Vihan Sanyal.

"Jika orang tersebut tidak nyaman atau mencoba untuk meninggalkan hubungan, mereka dapat mengancam atau menyakiti orang tersebut."

"Orang seperti itu membuat tuntutan yang tidak masuk akal dan tidak menghormati batasan yang ditetapkan oleh orang lain."

Di awal, obsesi pasangan mungkin membuat kita merasa sebagai pasangan yang beruntung.

Namun saat kita berkomitmen serius dalam hubungan, kita mulai menyadari ada yang tidak beres dari si dia.

Tanda-tanda pasangan yang obsesif:

  • Memiliki ketertarikan luar biasa pada seseorang
  • Berperilaku posesif dan mengendalikan seseorang
  • Mengancam orang lain jika orang itu mencoba mengakhiri hubungan
  • Berinisiatif melindungi seseorang meski tanpa persetujuan mereka
  • Melanggar batasan-batasan yang ditetapkan seseorang
  • Perasaan kepemilikan atas orang lain. Pasangan yang obsesif akan sangat cemburu jika pasangannya berinteraksi dengan orang lain
  • Memiliki perasaan yang sangat kuat terhadap orang lain meski tidak menghabiskan banyak waktu dengan orang itu
  • Rentan depresi jika perasaan tidak terbalas

Para ahli mengatakan, cinta yang obsesif juga bisa menjadi bagian dari kondisi langka yang disebut Erotomania.

"Dalam Erotomania, seseorang dapat sangat meyakini orang lain mencintai mereka, termasuk orang asing atau selebritas," kata Sanyal.

"Hal ini dapat memaksa seseorang untuk melakukan penguntitan dan perilaku kekerasan. Ini mungkin termasuk psikotik paranoia."

Kapan hubungan obsesif mulai berbahaya?

Ketakutan akan kehilangan pasangan dapat mendorong individu yang obsesif menjadi ekstrem dan berpotensi menggunakan kekerasan emosional.

"Mereka mungkin menghukum atau menghancurkan pasangan secara emosional. Mereka dapat mengisolasi pasangannya dari keluarga dan teman-teman mereka," lanjut Sanyal.

"Mereka dapat menunjukkan tanda-tanda cinta yang ekstrem pada satu waktu, sementara di waktu lain mereka bisa marah pada hal sepele dan mengancam pasangan jika pasangan memilih untuk meninggalkan hubungan."

"Mereka akan mulai berbicara tentang menyakiti diri sendiri atau menyakiti pasangan secara fisik."

Pada individu yang mengalami obsessive love disorder, konseling dan psikoterapi bisa menjadi langkah pengobatan pertama untuk mengatur emosi dan mengubah perilaku.

Individu dengan obsessive love disorder bisa menggunakan obat antidepresan untuk mengobati depresi, kecemasan, atau gangguan suasana hati.

Namun cara terbaik adalah berkonsultasi terlebih dahulu dengan psikiater, yang dapat menganjurkan obat terbaik untuk mereka yang mengalami obsessive love disorder.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/24/050500820/waspada-dicintai-pasangan-secara-berlebihan-tidak-selalu-baik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke