Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Membantu Anak yang Mengalami Anxiety?

KOMPAS.com - Anxiety atau gangguan kecemasan yang sering dibicarakan belakangan ini rupanya bukan hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tapi juga anak-anak.

Anxiety di usia kanak-kanak sebenarnya merupakan hal normal dalam masa perkembangannya, dan umumnya tidak menjadi masalah berkepanjangan.

Sebagai contoh, anak akan mengalami separation anxiety (gangguan kecemasan berpisah) dan menangis saat ditinggal ibunya di tempat penitipan anak.

Rasa takut dan cemas anak saat ada badai petir atau kegelapan pun normal bagi anak kecil.

Kendati demikian, jika rasa kecemasan anak mulai mengganggu hidupnya, terutama jika anak telah masuk ke sekolah, ini harus ditangani.

Biasanya, ada berbagai tanda jika seorang anak mengalami gangguan kecemasan, baik secara fisik maupun emosional.

Menurut Child Mind Institute, beberapa tanda itu di antaranya adalah rasa kekhawatiran dan menghindar dalam beberapa situasi.

Anak-anak yang mengalami gangguan kecemasan ini mungkin tidak ingin pergi ke sekolah dan lebih menyukai menghabiskan waktunya sendirian.

Mereka juga kerap mengalami sakit perut, berkeringat, jantung berdegup kencang, dan mual.

Mungkin, anak juga akan menempel pada kita dan selalu butuh kata-kata yang mencerminkan bahwa mereka disukai, aman, dan baik-baik saja.

Namun tetap saja gejala utamanya adalah kekhawatiran berlebihan. Misalnya, khawatir pergi ke sekolah atau khawatir teman-temannya tidak menyukainya.

Tak hanya itu, anak dengan gangguan kecemasan biasanya sulit berkonsentrasi di sekolah, membuat nilainya buruk.

Tak jarang, gangguan kecemasan juga dapat mengakibatkan situasi yang lebih serius seperti selalu khawatir akan terjadi sesuatu yang tragis pada keluarganya atau khawatir tentang situasi dunia saat ini.

Jangan hindari pemicunya

Jika gangguan kecemasan anak tidak ditangani, masalah bisa saja terjadi saat anak beranjak dewasa.

Untuk itu, orangtua perlu mengajari anak untuk menghadapi gangguan kecemasan sejak dini.

Nah sebagai orangtua, tentu kita ingin melindungi anak dari apapun yang menyakitinya. Hal ini sangat wajar.

Sayangnya, hal ini dapat membawa kerugian bagi anak.

Sebab, ini akan mengajarkan anak bahwa menghindar dan mengabaikannya adalah cara yang tepat untuk menangani kecemasan yang dialaminya.

Ingat, kita tak bisa selalu melindungi anak.

Karena itu, tugas orangtua adalah memberikan cara yang tepat untuk membuat anak menjadi orang dewasa dengan emosi yang stabil ke depannya.

Jadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan apa yang menjadi pemicu kecemasan anak.

Nah, Kids Health menjelaskan bahwa fobia sosial di sekolah dapat menjadi salah satu dalang utama kecemasan anak.

Anak yang menderita fobia sosial bisa mengalami serangan panik ketika kecemasan menimpanya.

Ada juga fobia spesifik yang tampak seperti ketakutan irasional, serta mutisme selektif.

Mutisme selektif dapat diartikan sebagai kondisi di mana anak dan remaja berhenti berbicara di beberapa situasi yang membuatnya cemas dan takut.

Mungkin, anak ini dapat berbicara pada keluarganya di rumah, namun tidak di depan publik.

Menangani anak dengan gangguan kecemasan

Nah, bagaimana menanganinya?

Ada beberapa cara.

Pertama, jika anak datang kepada kita dan menunjukkan perilaku gangguan kecemasan, jangan mengabaikan perasaannya dan dengarkan dia.

Setelah itu, cari tahu apa masalah spesifiknya.

Jika anak takut pada dokter, katakan bahwa itu sangat wajar, namun, dokter ada untuk membantunya.

Lalu, jika anak mengalami kecemasan di sekolah, sebaiknya beritahu guru.

Buat anak yakin bahwa sekolah adalah tempat yang aman baginya dan jika ada masalah menimpanya, dia bisa memberitahu kita.

Bagi anak yang khawatir terhadap pandangan teman-temannya, katakan bahwa semua orang pun merasakan kekhawatiran yang sama.

Dalam beberapa kasus, terapi juga dapat membantu.

Dalam Cognitive Behavioral Therapy, seorang terapis terlatih dapat membantu kita dan anak melalui masalah ini.

Anak akan belajar bagaimana menghadapi ketakutannya dan mengapa kecemasan tidak boleh mengontrol dirinya.

Sementara itu, orangtua akan diajarkan bagaimana menemani anak menghadapi kecemasannya dengan membangun rasa percaya dan kepedulian.

Lalu, ingatlah untuk berdiskusi dengan anak tentang apa yang dia rasakan dan mengapa dia merasakannya.

Sebab dengan membicarakannya saja, anak akan merasa lebih baik.

Intinya, pastikan untuk selalu ada saat anak membutuhkan dan mulailah komunikasi dengan anak sebagai dukungan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/25/151706720/bagaimana-membantu-anak-yang-mengalami-anxiety

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke