Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Banyak Orang Kecanduan Aplikasi TikTok?

KOMPAS.com - Aplikasi TikTok sukses menjadi primadona di media sosial, menyaingi Instagram, Facebook dan Twitter.

Popularitasnya selama beberapa waktu belakangan langsung meroket dan digemari banyak orang.

Mendadak, TikTok menjadi platform favorit untuk mencari hiburan maupun informasi terbaru.

Mulai dari lagu terbaru, gosip selebritas, cuplikan film, sampai edukasi kesehatan dijadikan konten TikTok.

Dikutip dar Forbes, pengguna aplikasi buatan China ini mendapatkan 682 juta pengguna baru selama tahun 2020 saja. 

Setiap pengguna setidaknya menghabiskan waktu selama 50 menit dalam sehari menggunakan aplikasi tersebut.

TikTok sukses membius semua penggunanya yang berasal dari berbagai kalangan dan usia.

Namun, anak belasan tahun alias remaja adalah yang paling banyak merasakan kecanduan TikTok

TikTok, aplikasi sederhana yang membuat penggunanya kecanduan

TikTok awalnya dikenal sebagai aplikasi yang dipakai penggunanya untuk berjoget dengan alunan lagu sebagai latar belakang.

Namun kini kontennya sudah lebih bervariasi meskipun masih tetap mengutamakan alunan lagu yang catchy.

Durasinya amat singkat, hanya 15 detik namun bisa membuat kita ketagihan sehingga menghabiskan waktu berjam-jam.

Dr. Julie Albright, sosiolog yang fokus pada komunikasi dan budaya digital, mengatakan kita mungkin mendapatkan konten yang menyenangkan dan menarik perhatian saat pertama kali menjelajah TikTok.

“Dan Anda mendapatkan sedikit dopamin di otak ... di pusat kesenangan otak. Jadi Anda ingin terus menggulir," ujarnya.

Namun kita juga akan menemukan hal yang tidak disukai sehingga terus menggulir ke konten berikutnya.

Sifatnya sangat mirip dengan mesin slot perjudian di Las Vegas, kata Julie, yang berstatus profesor di University of Southern California, AS.

Aplikasi TikTok, sama seperti Instagram, Snapchat, dan Facebook, telah mengadopsi prinsip yang sama yang membuat perjudian menjadi kecanduan.

“Dalam istilah psikologis [itu] disebut penguatan acak. Itu berarti terkadang Anda menang, terkadang Anda kalah," katanya.

Menurutnya, berbagai platform media sosial ini memiliki kualitas adiktif yang sama seperti perjudian.

Dr. Julie Albright menyampaikan, kecanduan TikTok paling berpengaruh pada otak yang masih muda dan masih dalam tahap perkembangan.

Artinya, dampak adiktifnya paling dirasakan oleh pengguna yang masih muda, seperti anak remaja.

“Otak kita berubah berdasarkan interaksi dengan teknologi digital ini dan salah satunya adalah kompresi waktu,” kata Albright.

Salah satu hal yang amat memprihatikan adalah rentang perhatian remaja yang kecanduan TikTok akan cenderung menurun.

Selain itu, kita tidak lagi terbiasa berpikir dalam jangka panjang karena kerap menikmati hal yang singkat.

Hal ini bukan hanya terjadi pada pengguna muda, namun juga pada semua kalangan usia penggemar TikTok.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/27/184045620/mengapa-banyak-orang-kecanduan-aplikasi-tiktok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke