Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Pelajaran dari "The Tinder Swindler" agar Tak Terjebak Penipu Cinta

KOMPAS.com - Serial dokumenter Netflix, The Tinder Swindler, berkisah soal penipuan dalam aplikasi kencan online.

Karakter utamanya, Simon Leviev, menipu beberapa perempuan di aplikasi Tinder untuk mengeruk keuntungan.

Ia berlagak sebagai anak miliarder, tetapi tak bisa mengakes uangnya sehingga perlu bantuan wanita yang ditemuinya di aplikasi kencan.

Untuk berbagai alasan, terpesona maupun tergiur dengan kekayaan yang dijanjikan Leviev, para wanita itu kemudian memberikan uang tersebut.

Dokumentasi The Tinder Swindler menyebutkan, Simon setidaknya mendapatkan uang sebanyak 10 juta dollar AS atau setara Rp 143 miliar dari aksinya itu.

Pelajaran yang bisa didapat dari The Tinder Swindler

Aplikasi kencan online memang menjadi salah satu cara mendapatkan pasangan di era digital.

Kita bisa berjumpa orang dengan latar belakang yang lebih bervariasi dibandingkan kehidupan sehari-hari.

Namun, penggunaan aplikasi kencan juga bisa berisiko membuat kita bertemu orang yang berbahaya, seperti Simon Leviev di The Tinder Swindler.

Bukannya mendapatkan pasangan sehidup semati, kita malah merugi baik finansial maupun emosional.

Agar tak jatuh pada kesalahan seperti para wanita di The Tinder Swindler, berikut adalah sejumlah pelajaran yang bisa kita petik.

Membuat klaim berlebihan

Seseorang yang membuat klaim berlebihan terhadap hidup dan pencapaiannya bisa jadi berbahaya.

Jadi, jangan langsung terpukau pada foto profil yang menampilkan pria yang berfoto di depan jejeran mobil mewah atau uang bertebaran.

Emyli Lovz, dating coach asal Amerika Serikat mengatakan, orang yang terlalu mencolok di aplikasi kencan sebenarnya tidak pernah memiliki gaya hidup mewah yang ditampilkannya itu.

Sering kali, mereka akan menolak berbagi bill atau membayar saat pertemuan pertama.

"Ahli waris miliarder tidak menggunakan Tinder. Jika mereka menggunakan aplikasi sama sekali, mereka ada di Raya dan The League, aplikasi yang berbasis keanggotaan," katanya.

"Ketika seseorang tampak sempurna, kemungkinan ada sesuatu yang mereka sembunyikan," kata Amber Lee, relationship expert dari AS.

Ia menyarankan kita untuk segera menjauhkan diri ketika ada orang terlalu sempurna dan langsung menyatakan cinta pada pertemuan pertama.

Mereka akan menghujani kita dengan perhatian dan cinta sampai akhirnya lengah dan terjebak, seperti di The Tinder Swindler.

Hubungan berkembang terlalu cepat

Seseorang yang memaksakan hubungan kita harus berkembang cepat dalam waktu singkat juga berbahaya.

Mereka berusaha membuat kita terbuai dengan manis percintaan sehingga lengah dan tidak lagi waspada.

Tindakan ini dikenal juga dengan penipuan emosional yang harus dikenali saat mencari pasangan di aplikasi kencan.

Mengajukan terlalu banyak pertanyaan

Jika kita merasa jengah diberikan terlalu banyak pertanyaan oleh orang yang ditemui di Tinder, itu bisa menjadi tanda bahaya.

Bertanya soal kehidupan orang lain itu normal namun mencurigakan jika berlebihan.

Pertanyaan berulang tentang hubungan masa lalu kita bisa mengindikasikan orang itu sedang mencoba membangun kepribadiannya sesuai dengan selera kita.

Selain itu, perhatikan jika orang tersebut menanyakan soal nama ibu, hewan peliharaan pertama, mobil pertama dan tempat kita dibesarkan.

Pasalnya, sejumlah hal itu merupakan pertanyaan keamanan umum dan banyak dipakai untuk membobol akun penting.

Enggan bertemu langsung

Para penipu cinta menghindari bertemu langsung dengan korbannya dengan berbagai dalih.

"Mereka akan menghindari pertanyaan atau memberikan jawaban yang sangat samar mengapa mereka tidak bisa melakukannya," kata Ruby Payne, pakar hubungan dari aplikasi UberKinky.

Perilaku ini menandakan, orang yang kita temui di aplikasi mungkin saja tidak pernah nyata.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/02/07/072004320/5-pelajaran-dari-the-tinder-swindler-agar-tak-terjebak-penipu-cinta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke