Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Impostor Syndrome: Ketika Kita Merasa Tak Memiliki Kemampuan

PERCAYA pada kemampuan diri merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang. Dengan begitu, kita bisa mengembangkan potensi untuk bekal di masa depan.

Namun ternyata, ada satu kondisi psikologis yang membuat manusia tak memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya. Fenomena itu dikenal dengan istilah impostor syndrome.

Menurut artikel jurnal berjudul "Impostor Phenomenon, Self-Esteem, dan Self-Efficacy" oleh Wulandari dan Tjundjing, impostor syndrome adalah istilah untuk orang yang merasa telah "menipu" orang lain.

Sindrom ini membuat penderitanya selalu merasa dirinya kurang memiliki kemampuan ataupun kepandaian dalam melakukan segala hal.

Bahkan, kesuksesan yang diraih hanya dianggap sebagai keberuntungan semata.

Bisa dikatakan, kondisi psikologis ini membuat seseorang memiliki kepercayaan yang sangat rendah terhadap diri sendiri.

Berawal dari pencapaian tinggi

Penelitian oleh Clance dan Imes (1984) dalam artikel jurnal serupa menemukan bahwa perasaan individu sebagai seorang impostor (penipu) semakin bertumpuk ketika memiliki pencapaian akademik yang tinggi.

Orang itu justru takut bahwa kemampuan yang dimiliki tak seperti ekspektasi orang lain.

Selain itu, tuntutan yang berlebih dari orang lain juga bisa menimbulkan impostor syndrome.

Ketika seseorang dipuji terus-menerus karena memiliki nilai yang bagus, ia justru semakin meragukan kemampuannya. Orang itu takut apabila sewaktu-waktu kemampuannya hilang dan pujian itu terhenti.

Tanda-tanda penderita sindrom ini biasanya berupa kecemasan, baik trait anxiety maupun state anxiety, depresi, hingga takut akan kegagalan.

Selain itu, mereka juga sangat peduli pada kesalahan kecil, malu apabila gagal, memiliki harga diri yang rendah, dan menolak bukti objektif kesuksesan mereka.

Lima tipe Impostor Syndrome

Menurut Dr. Valerie Young dalam bukunya The Secret Thoughts of Successful Women, terdapat lima tipe penderita sindrom ini.

Menurut dia, tipe-tipe ini mencerminkan kepercayaan dalam diri dan pemaknaan suatu pencapaian.

Pertama adalah si perfeksionis. Seseorang dengan tipe ini memiliki standar yang sangat tinggi untuk diri sendiri.

Ketika mengalami kegagalan kecil, ia tak segan-segan mempertanyakan kembali kemampuannya.

Kedua adalah sang pakar atau ahli. Orang dengan tipe ini harus memiliki informasi atau pengetahuan sedetail mungkin sebelum melakukan sesuatu.

Ketiga adalah si jenius. Untuk tipe ini, mereka sangat mengandalkan kepintaran otaknya.

Jadi, ketika harus bersusah payah dengan mengandalkan kemampuan lain, mereka cenderung skeptis; mempertanyakan kembali kemampuan otak jeniusnya.

Keempat adalah si mandiri. Orang dengan tipe ini harus mencapai segala hal sendirian. Mereka menganggap bantuan adalah sebuah kegagalan.

Dan terakhir adalah si manusia super. Mereka akan mendorong diri mereka untuk bekerja lebih keras daripada orang-orang di sekitar.

Mengenali diri sendiri kuncinya

Untuk dapat meminimalisasi munculnya sindrom ini, menurut artikel Healthline ada beberapa hal yang bisa dilakukan.

Pertama adalah mengakui perasaan kita. Saat merasa marah dan kecewa karena gagal, itu adalah hal yang wajar dan normal.

Perlu pula diingat bahwa manusia itu tak ada yang sempurna dan pasti akan berbuat kesalahan.

Kemudian, kita juga bisa berbicara ke teman terdekat tentang situasi yang sedang dialami.

Mencurahkan segala kekhawatiran dapat melegakan perasaan. Mereka nantinya juga bisa memberikan dukungan kepada kita.

Selain itu, kita juga harus berani menantang keraguan yang muncul. Saat mengalami kegagalan dan mulai ragu terhadap kemampuan, anggaplah itu sebagai tantangan yang menarik untuk diatasi.

Kita bisa mencoba menggunakan kemampuan diri untuk mengatasi kegagalan.

Penting juga untuk mengenal kelemahan dan kelebihan diri. Pada dasarnya, manusia diberi karunia dan bakat yang berbeda.

Selain memaksimalkannya, kita juga harus menerima kekurangan. Dengan begitu, saat mengalami kegagalan dan bukan berada di ranah kekuatan diri, kita tak akan merasa tertekan.

Saat kita berhasil mencapai kesuksesan karena kelebihan diri, nikmatilah itu semua. Anggap semua keberhasilan itu berasal dari proses yang panjang dan tidak instan.

Refleksikanlah kembali perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan untuk meraihnya.

Yang terakhir dan paling penting adalah berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda. Jadi, jangan merasa bahwa kita bisa melakukan segala hal secara mandiri.

Beranikan diri untuk meminta bantuan pada hal yang tidak kita mampu.

Dalam siniar Semua Bisa Cantik, Nabila Aileen memberikan kisahnya soal membanding-bandingkan diri dengan orang lain.

Menurutnya, membandingkan diri adalah perilaku yang tak ada habisnya dan hanya bisa berhenti dari kemauan diri sendiri.

Dengarkan siniarnya di Spotify atau akses sekarang juga melalui tautan berikut https://spoti.fi/3owhXIJ.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/02/09/090000720/impostor-syndrome--ketika-kita-merasa-tak-memiliki-kemampuan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke