Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Kenali dan Dampingi Orang yang Alami Kekerasan Online

Berdasarkan data dari Internet World Stats 2021 Q1, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di dunia yang menempati peringkat empat besar pada tahun 2021.

Masifnya penggunaan internet ini pula yang meningkatkan berbagai risiko pada masyarakat untuk mengalami kekerasan secara daring dalam skala besar.

Founder dan Executive Director of Bullyid Indonesia, Agita Pasaribu, pun mengungkapkan, dari 171 juta pengguna internet, 49 persen orang telah dilecehkan atau mengalami kekerasan secara online.

Dari jumlah tersebut, 78 persen memilih untuk tidak melaporkan kasusnya karena takut atau malu.

"Orang yang mengalami kekerasan online biasanya akan trauma selama bertahun-tahun," kata Agita dalam konferensi pers virtual bersama Bullyid Indonesia, Selasa (8/2/2022).

"Jadi, sebisa mungkin kita harus bisa mendukung dan memberikan pendampingan agar korban kekerasan online bisa pulih," saran dia.

Kendati demikian, menurut Agita, setiap orang memiliki respons yang berbeda-beda dalam menghadapi pesan negatif atau kekerasan online yang dialami.

"Mungkin ada orang yang bersikap santai dan cuek, tapi ada juga yang sampai depresi. Tidak semua memiliki indikasi yang sama," ujar dia.

Namun, apabila kita mengetahui orang yang mengalami kekerasan online itu sudah menunjukkan perbedaan tingkah laku secara signifikan, maka Agita menganjurkan kita untuk membawanya ke psikolog atau psikiater.

"Kita bisa mengetahui bahwa orang itu membutuhkan pertolongan jika dia menunjukkan gejala cemas, depresi, dan mungkin takut membuka gadget atau media sosial," terangnya.

Mendampingi orang yang mengalami kekerasan online

Setelah kita mengetahui teman atau anggota keluarga kita ternyata mengalami kekerasan online, hal pertama yang harus dilakukan adalah segera memberikan pendampingan.

Namun, Agita mengatakan bahwa pendampingan yang diberikan tidak boleh sembarangan karena itu bisa memperburuk kondisi kesehatan mentalnya.

"Jadi, kalau ada teman atau anggota keluarga yang menceritakan pengalamannya mengalami kekerasan online, sebaiknya kita mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi," katanya.

"Kalau ternyata dari cerita korban kita tidak punya kapasitas lebih jauh untuk memberikan solusi, kita bisa membantunya dengan mencarikan bantuan profesional," jelas dia.

Lebih lanjut, Agita juga menyarankan apabila korban mengalami kekerasan online yang masuk dalam tindak kriminal seperti pelecehan seksual atau penipuan (scamming), maka kita harus segera melaporkannya pada pihak yang berwajib.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/02/10/080000920/cara-kenali-dan-dampingi-orang-yang-alami-kekerasan-online

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke