Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anak Tidak Fokus? Simak Cara Tingkatkan Atensi Saat Belajar

DI MASA pandemi yang tidak kunjung selesai ini, anak masih harus menjalankan pendidikan di rumah.

Pemberlakuan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) memerlukan keterlibatan orangtua dalam semua pelajaran, khususnya untuk anak TK hingga awal SD yang masih belum mandiri dalam menggunakan internet.

Orangtua seringkali terlibat dalam membantu anak agar dapat mengikuti kelas online dan mengerjakan tugasnya.

Namun apakah nilai anak menurun sejak ia mengikuti kelas secara online? Apakah orangtua mendapatkan pesan dari guru bahwa anak tidak memperhatikan kelas secara baik?

Mungkin anak tidak dapat mempertahankan perhatiannya dengan baik. Lalu bagaimanakah cara agar anak dapat mengoptimalkan perhatian terhadap kelasnya?

Pertama, kita harus mengetahui apa itu atensi terlebih dahulu. Atensi adalah salah satu faktor terpenting dalam pembelajaran (Chun & TurkBrowne, 2007).

Atensi adalah penguasaan atas pikiran, dalam bentuk yang jelas dan tegas, yang terjadi atas satu dari beberapa objek atau rangkaian pemikiran yang mungkin hadir secara bersamaan (James, 1890).

Ketika seseorang melihat ke sesuatu obyek dan kemudian berpikir tentang obyek tersebut, di situlah terjadi atensi.

Kemampuan seseorang untuk mempertahankan atensi terhadap sesuatu dengan mengabaikan gangguan disebut dengan konsentrasi.

Beberapa studi di Indonesia pada tahun 2015 dan 2018, menemukan bahwa siswa cenderung memiliki tingkat konsentrasi yang rendah (misalnya, Suryaman, 2015; Hanifah, Widianti, & Yudianto, 2018).

Atensi pada anak sudah muncul sedari lahir, ketika bayi waspada atau terjaga.

Pada anak memasuki usia 6 bulan, ia akan menunjukkan kemampuan untuk memilih informasi dari input sensorik, dan kemudian konsentrasi akan terbentuk di usia akhir 2 tahun (Posner, 2004; Rueda et al, 2005).

Ada 10 faktor yang memengaruhi atensi pada manusia. Pertama adalah usia. Semakin tua seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional organ.

Telah ditemukan secara luas bahwa volume otak dan/atau beratnya menurun seiring bertambahnya usia dengan laju sekitar 5 persen per dekade setelah usia 40 tahun (Svennerholm et al, 1997) dengan tingkat penurunan aktual yang mungkin meningkat seiring bertambahnya usia terutama di atas usia 70 tahun (Scahill et al, 2003).

Panca indera pun mengalami degenerasi fungsional. Oleh karena itu, fungsi kognitif, termasuk atensi, akan menurun seiring bertambahnya usia (Buku Ajar Geriatri, 2009).

Faktor kedua adalah jenis kelamin. Liu et al (2013) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki pada aspek orienting, dengan perempuan memiliki skor yang lebih tinggi daripada laki-laki.

Tidak ada perbedaan pada aspek alerting maupun executive attention.

Faktor ketiga yang memengaruhi atensi adalah latihan. Orang yang terlatih memberi atensinya akan memiliki fungsi atensi yang lebih baik daripada orang yang tidak terlatih memberi atensi.

Contohnya, orang yang sering bermain video games mempunyai atensi terhadap video game lebih baik daripada orang yang jarang bermain video games (Green & Bavelier, 2007).

Faktor keempat adalah minat. Seseorang akan lebih mudah memberikan atensi terhadap jenis stimulus yang lebih mereka sukai (Brown, 2005).

Contohnya, beberapa orang hanya membaca buku dengan genre yang mereka sukai.

Faktor kelima adalah kebutuhan. Seseorang dapat memfokuskan atensi pada stimulus yang tidak mereka sukai jika stimulus itu penting bagi mereka (Brown, 2005).

Contohnya, anak yang tidak suka matematika dapat memfokuskan atensi terhadap pelajaran matematika ketika ulangan akan diadakan.

Selanjutnya adalah preparatory set. Apabila seseorang diberitahu akan ada stimulus yang mengharapkan respons akan muncul, maka responw yang sesuai akan difasilitasi oleh diri sendiri (Cohen, 2014).

Faktor ketujuh adalah intensitas atau ukuran. Bukti interaksi antara intensitas dan harapan menunjukkan bahwa intensitas visual dapat memengaruhi waktu yang diperlukan untuk mengalihkan atensi ke stimulus yang tak terduga (Nissen, 1977).

Faktor kedelapan adalah kebaruan. Penelitian oleh Bunzeck dan Düzel (2006) menunjukkan bahwa keinginan pembelajaran manusia didorong oleh kebaruan stimulus.

Faktor kesembilan adalah kontras. Hampir tidak mungkin untuk mengabaikan teks yang disorot karena kontras yang dibuat oleh highlighting.

Materi visual dan instruksional yang kontras dapat bermanfaat untuk mendapatkan perhatian (Slavin, 2012).

Terakhir adalah emosi. Menurut Vuilleumier (2005), perhatian mengaktifkan beberapa bagian otak yang sama dengan emosi.

Berdasarkan jabaran di atas, hal-hal yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah, pertama, menjaga kondisi lingkungan sekitar anak.

Berikan ruangan yang sunyi tanpa gangguan dari luar. Apabila anak mudah teralihkan oleh barang atau mainan, singkirkan dahulu apa pun yang ada di meja dan yang dapat ia pegang.

Ketika anak bangun pada pagi hari, pastikan untuk menjaga mood anak. Berikan semangat dan ucapan baik agar anak bersemangat dan dapat mengikuti kelas dengan lancar.

Kemudian orangtua dapat memberitahu anak tentang pelajaran yang akan ia jalani, tentang tes atau tugas, agar anak merasa siap dan mengetahui apa yang ia akan ikuti.

Beritahu anak tentang pentingnya belajar sebelum menghadapi ujian, agar ia sadar dan merasa butuh mengikuti kelas.

Orangtua juga dapat mengecek tampilan layar pada komputer anak sebelum mulai, apakah huruf atau gambarnya terlihat jelas atau justru sangat kecil.

Gunakan teknik highlighting kepada kata-kata yang dianggap penting dan harus dihafal, hal itu akan menangkap perhatian anak lebih baik.

Dari semua pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa orangtua dapat membantu anak dalam belajar, dengan cara berbincang dengan anak tentang pelajaran, hingga pengkondisian tempat belajar agar kondusif.

Orangtua dapat membuat sesi belajar menyenangkan bagi anak, demi melewati masa PJJ yang masih akan berlangsung.

*Aeda Andianturi Taim, Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Tarumanagara
*Sri Tiatri Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
*Jap Tji Beng, Dosen Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/02/23/162034120/anak-tidak-fokus-simak-cara-tingkatkan-atensi-saat-belajar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke