Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tips yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memberi Bayi Makanan Solid

KOMPAS.com - Saat ini, ada cukup banyak pilihan makanan solid bagi bayi yang berusia enam bulan ke atas alias sudah memasuki usia siap mengonsumsi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Bahkan, ada makanan dalam pouch yang membuat memberi makan bayi lebih praktis sehingga bayi bisa memegangnya dengan mudah.

Namun, apakah makanan seperti itu tepat untuk bayi? Lalu, apa saja yang perlu diperhatikan sebelum memberi makanan solid bagi bayi?

Simak jawabannya, berikut ini.

Perkenalkan makanan solid tepat di usia enam bulan

Ahli gizi Katie Barnes mengatakan bahwa pada usia enam bulan, pertumbuhan dan perkembangan bayi semakin cepat, sehingga membutuhkan lebih banyak kalori dan nutrisi selain dari ASI.

Mulai memakan makanan solid dapat memberi manfaat pada otak dan tubuh,

“Selain memberikan nutrisi yang sangat dibutuhkan, ini membantu bayi mengasah keterampilan motorik taktilnya, dan mendukung lapisan usus untuk menyerap nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh,” kata ahli diet klinis di Nemours Children’s Hospital Molly Beitman,

Sementara itu, dokter anak dan dokter medis darurat anak Dina Kulik mengatakan bahwa memperkenalkan makanan solid di usia enam bulan dapat menurunkan risiko alergi makanan.

Tak perlu melakukan parent-shame gara-gara makanan kemasan

Ada orangtua yang membuat puree atau bubur dari apapun yang ada di rumahnya, dan ada pula orangtua yang lebih menyukai makanan kemasan yang praktis dan aman untuk bayinya.

“Ini adalah pilihan yang sangat baik untuk banyak keluarga, terutama mereka yang membutuhkan pengasuh lain untuk memberi makan bayinya, atau ketika perlu memberi makan bayi saat jauh dari rumah,” kata Barnes.

Sayangnya, ada banyak ibu yang melakukan mom-shaming (mempermalukan) hanya gara-gara ibu lain memilih makanan kemasan.

“Jika itu adalah hal yang cocok untuk memberi makan bayi Anda, tidak perlu ada rasa malu atau rasa bersalah. Bayi masih bisa mendapatkan nutrisi yang baik bahkan jika mereka tidak makan makanan bayi buatan sendiri secara eksklusif,” ujar Barnes.

Jangan masukkan makanan dari pouch langsung ke mulut bayi

Makanan bayi dalam pouch memang praktis. Namun, para ahli menyarankan agar kita tidak memberikannya langsung pada bayi.

“Bayi perlu melihat makanannya langsung untuk mempelajari tentang makanan, dan jika ia tidak melihatnya, ia dapat kehilangan kesempatan satu dari 32 langkah sensorik yang diperlukan untuk belajar makan,” ujar ahli diet bersertifikat Sarah Almond Bushell.

Menurut Bushell, bayi juga perlu berinteraksi dengan makanannya, memegangnya, dan membuat tangannya kotor.

Sementara itu, Barnes mengungkapkan jika menggunakan pouch, kita perlu menuangkan makanan ke sendok dan biarkan bayi mengambilnya lalu menyuap sendok itu ke mulutnya sendiri.

“Makan dengan sendok mendukung perkembangakan motorik oral,” kata dia.

Nutrisi kunci yang harus ada dalam makanan bayi

Para ahli merekomendasikan agar anak mengonsumsi makanan dengan kandungan zat besi, lemak, DHA, dan serat.

Zat besi dibutuhkan bayi karena saat memasuki usia enam bulan, persediaan zat besi di tubuhnya berkurang.

Sayangnya, makanan kaya zat besi umumnya merupakan bahan mahal dan makanan bayi umumnya memiliki kandungan zat besi rendah.

Bushell pun mengatakan bahwa kandungan zat besi dalam makanan bayi tidak cukup untuk meningkatkan status zat besi bayi.

Namun menurutnya, zat besi bisa didapatkan di daging merah, daging unggas gelap (dark poultry), telur, ikan berlemak, dan lentil.

Selain itu, bayi juga membutuhkan lemak yang berguna bagi perkembangan otak dan sistem saraf pusatnya.

Jadi, orangtua perlu memastikan agar lemak selalu ada dalam makanan bayi, meski itu hanya satu sendok teh minyak alpukat atau minyak zaitun yang diaduk menjadi pure, selai kacang, atau kacang yang ditumbuk halus.

Sementara itu, Barnes merekomendasikan agar bayi mengonsumsi makanan kaya DHA yang penting bagi perkembangan otaknya setidaknya dua kali seminggu

“Cobalah minyak alga atau ikan berlemak seperti salmon dan sarden,” ujarnya.

Lalu, Kulik mengatakan bahwa tak semua makanan bayi itu bagus.

“Saya sarankan untuk menghindari sereal bayi,” kata Kulik.

“Sebagian besar sereal tidak memiliki serat, dan dapat menyebabkan sembelit,” ujarnya.

Pilih berbagai macam varian rasa

Menurut ahli gizi terdaftar Jennifer Anderson, variasi adalah hal yang penting.

“Semakin banyak variasi rasa, tekstur, dan bau, semakin besar kemungkinan bayi bisa makan berbagai macam makanan seiring pertambahan usianya dan memperkecil perilaku pilih-pilih makanan,” ujarnya.

Anderson juga mengatakan bahwa jika orangtua menyajikan berbagai makanan dan membiarkan anak memutuskan berapa banyak yang akan dimakan, kemungkinan anak akan mendapatkan nutrisi yang ia butuhkan.

Lalu, sebaiknya orangtua menyajikan setiap makanan dalam urutan tertentu, misalnya dari makanan yang paling pahit hingga yang paling manis.

Untuk itu, Bushell merekomendasikan untuk menawarkan sayuran pahit seperti brokoli, kangkung, bayam, kentang, kembang kol, atau kacang hijau sebelum menawarkan buah atau sayuran yang lebih manis seperti wortel, butternut squash, atau ubi jalar.

Tahu waktu yang tepat untuk mengganti makanan super halus

Jangan terlalu terpaku dengan menu makanan bertekstur super halus. Sebab, anak perlu merasakan rasa dan tekstur lain pada akhirnya.

Ahli diet terdaftar Natalia Stasenko mengatakan bahwa orangtua harus memastikan agar anak mulai beralih ke makanan tumbuk (mashed) dan finger food dalam beberapa minggu setelah memulai makanan padat.

Menurutnya, pada usia ini, bayi akan mulai belajar dan menantang diri sendiri.

Sementara itu, Kulik merekomendasikan agar setelah enam bulan, bayi mulai makan makanan yang sama seperti orang tuanya.

“Bumbu, rempah-rempah, dan garam dapat ditambahkan ke makanan, seperti yang akan dinikmati orangtuanya,” ujarnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/03/21/150126020/tips-yang-perlu-diperhatikan-sebelum-memberi-bayi-makanan-solid

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke