Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Shaune Turunkan Berat Badan hingga 45 Kg, Apa Rahasianya?

Bahkan, wanita asal Maryland, AS itu sudah mulai bergabung dalam program penurunan berat badan pertamanya ketika berusia 12 tahun.

"Saya mencoba melakukan penurunan berat badan dengan berbagai macam cara seperti mengikuti diet yang sedang tren, mengonsumsi pil penekan nafsu makan, mengonsumsi B-12, smoothies, dan lain-lain," ungkap dia.

Tapi, sayangnya, dalam semua upaya untuk menurunkan berat badan tersebut, Shaune tidak pernah berpikir tentang penurunan berat badan yang berkelanjutan.

Jadi, dia selalu ingin menurunkan berat badan dengan cepat, yang sebenarnya tidak dapat mempertahankan berat badannya secara ideal.

"Saya benar-benar bisa menurunkan berat badan saya sebanyak 22 kg pada tahun 2002 untuk melangsungkan pernikahan karena tujuan saya agar bisa mengenakan gaun pengantin milik ibu saya," kata dia. 

"Namun, pola pikir yang berorientasi pada tujuan itu menciptakan efek yo-yo bagi saya."

"Segera setelah saya kehilangan berat badan dan cocok dengan gaun itu, saya tidak lagi termotivasi untuk menjaga berat badan," sambung dia.

Semua kerja keras untuk menurunkan berat badan itu pun hanya difokuskan pada tujuan jangka pendek dan Shaune akhirnya kembali ke kebiasaan lama setelah mencapainya.

Tak lama dari pernikahannya, berat badan Shaune kembali naik dan menjadi salah satu faktor pemicu dalam masalah ketidaksuburan yang dialaminya.

"Saya mencoba untuk hamil selama lima tahun dan akhirnya harus mencari bantuan."

"Saya didiagnosa PCOS (polycystic ovary syndrome), gangguan hormonal yang memengaruhi ovulasi," kata dia.

Dengan bantuan medis, Shaune akhirnya bisa melahirkan seorang putri pada tahun 2007 dan kemudian anak laki-laki kembar pada tahun 2011.

Tapi, perjalanannya menurunkan berat badan masih terus berlanjut usai dia melahirkan.

Namun, setelah tiga tahun berwirausaha, dia sering merasa kelelahan fisik dan kesehatannya pun memburuk.

"Berat badan saya membengkak. Saya terus merasakan kelelahan," terangnya.

Hal ini tidak lain akibat pola hidupnya yang semakin berantakan seperti banyak mengonsumsi makanan cepat saji, makanan yang digoreng, dan makanan tidak sehat lainnya.

"Saat itu berat badan saya mencapai 122 kg. Saya menderita radang sendi dan lutut kronis, serta nyeri punggung bawah yang semakin memburuk. Tekanan darah, gula darah, dan kolesterol saya juga meningkat," ujarnya.

Setelah kunjungan ke unit gawat darurat (UGD) pada Februari 2017, Shaune memutuskan untuk mengubah pola hidupnya dalam menurunkan berat badan.

"Waktu itu usia saya sudah 42 tahun. Jadi, saya tidak melakukan banyak upaya seperti sebelumnya," katanya.

"Kali ini perjalanan saya menurunkan berat badan tidak dramatis, ekstrem, keras, atau membatasi. Saya hanya ingin bernapas dan melepaskan diri dari kesibukan atau hiruk pikuk yang telah menjadi keseharian saya," ungkap dia.

"Saya mengalami kebangkitan spiritual ketika saya mulai berjalan. Saya mulai mendengarkan dan menghormati energi unik saya," terangnya.

Di samping itu, berjalan juga memberinya waktu untuk secara sadar melepas rasa lelah bekerja. Perasaan dan kesadarannya pun meningkat.

"Saya mulai melihat hidup saya melalui lensa yang berbeda. Identitas lama saya sebagai seorang workaholic tidak lagi layak. Transformasi saya dimulai dari dalam ke luar," tutur dia.

"Setiap berjalan adalah langkah menuju penyembuhan seluruh diri saya dan membuat perubahan kecil untuk menggerakkan tubuh, serta meningkatkan kardio saya," lanjut dia.

Aktivitas fisik akhirnya membawa Shaune untuk merestrukturisasi bisnisnya dan mendefinisikan kembali nilai-nilai, serta apa yang benar-benar penting baginya seperti kesehatan.


Mengubah pola makan

Tiga bulan setelah melakukan aktivitas secara rutin, Shaune mulai membuat perubahan pada pola makannya.

Bekerja dengan ahli nutrisi, Shaune mempelajari apa itu makan sehat sebenarnya dan bagaimana melakukannya tanpa kekurangan.

"Makanan yang sehat itu adalah makanan tanpa lemak, padat nutrisi, kaya serat, dan mengenyangkan yang menstabilkan gula darah, serta mendorong pembakaran lemak, dan berkontribusi pada kesehatan fisik, mental, emosional, maupun otak," jelasnya.

Dia pun mulai mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. Dia juga memilih makanan yang mengandung lebih sedikit kalori dan lebih banyak serat.

"Sekarang saya menjalani diet plant-based. Jadi, saya mendapatkan protein dari berbagai tanaman (sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian), tahu, tempe, greek yogurt, dan kadang-kadang bubuk protein vegan," ungkapnya.

Alih-alih mengurangi karbohidrat, Shaune lebih memilih untuk berhenti mengonsumsi karbohidrat yang salah seperti minuman manis, roti putih, sereal yang sangat manis, makanan ringan, makanan cepat saji, dan makanan olahan.

Dia juga berhenti mengonsumsi lemak jahat (alias lemak terhidrogenasi, lemak trans) dan mengisi tubuh dengan lemak baik yang berasal dari makanan utuh seperti alpukat, kacang, biji-bijian, hummus, santan, dan minyak zaitun.

"Saya mempraktikkan gaya hidup rendah lemak. Jadi, untuk mendapatkan sumber lemak yang baik saya memperolehnya dari minyak zaitun extra-virgin, minyak alpukat, kacang tanah, mentega almond, dan kacang mete," jelasnya.

"Selain itu, air adalah minuman pilihan utama saya karena membantu menjaga fungsi organ dan kulit yang bagus, membantu pencernaan, serta menurunkan berat badan karena membuat saya lebih kenyang, tambah dia.

Kendati demikian, sesekali Shaune tetap mengizinkan dirinya untuk mengonsumsi makanan "indulgensi" atau makanan penutup seperti dessert.

Dia pun mengikuti kelas bootcamp dengan BNFITDC yang dipimpin oleh Byron Nichols, di mana dia mulai membangun kekuatan dengan push-up dan sebagainya.

Apalagi, selama tiga tahun terakhir Shaune telah kehilangan berat badannya sebanyak 45 kg, sehingga dia membutuhkan latihan yang bisa mengencangkan kembali kulitnya.

"Sekarang saya berlatih dengan instruktur kebugaran Christine Archer untuk membangun lebih banyak otot, membakar lemak, dan mengencangkan kulit setelah berat badan saya turun," ujarnya.

"Regimen latihan baru ini juga mendorong saya dengan cara baru secara fisik untuk melakukan latihan beban," kata dia.

Melalui perjalanannya yang tidak mudah dalam menurunkan berat badan ini, Shaune pun bersyukur karena dia telah memilih untuk memprioritaskan kesehatannya.

Tidak hanya merasa luar biasa, wanita yang kini berusia 46 tahun itu juga menjadi lebih percaya diri dan lebih bahagia.

"Akhirnya saya mampu menunjukkan kepada orang-orang manfaat dari makan sehat dan menggerakkan tubuh secara rutin," katanya.

"Saya harap cerita saya bisa menginspirasi dan memberdayakan orang lain. Mulailah menerapkan kebiasaan yang dapat membantu kita bergerak menuju tujuan kesehatan yang lebih baik," imbuh dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/03/23/070000120/shaune-turunkan-berat-badan-hingga-45-kg-apa-rahasianya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke