Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kamu Sering Merasa Tidak Bahagia? Mungkin Ini Penyebabnya!

Oleh: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Menjadi bahagia adalah keinginan semua orang. Sebab, perasaan ini bisa membuat seseorang merasakan ringannya kehidupan sehingga lebih menyenangkan dan bermakna.

Setiap orang memiliki definisi bahagianya sendiri. Ada yang mengatakan bahwa perasaan ini muncul sesederhana ketika melakukan atau mengingat hal-hal baik. Ada pula yang merasakannya saat telah sukses mencapai sesuatu.

Dikutip dari verywellmind, bahagia adalah keadaan emosional yang ditandai dengan perasaan senang dan puas. Selain itu, kebahagiaan sering digambarkan sebagai keadaan emosi positif karena adanya kepuasan hidup.

Demi mencapai kebahagiaan, seseorang perlu melewati suatu proses tertentu. Misalnya, berolahraga, belajar, atau bekerja. Lewat proses ini juga, rasa kebahagiaan seseorang dibangun. Oleh karena itu, apabila gagal, orang cenderung tak merasa bahagia.

Pada saat itu, mereka memancarkan emosi negatif yang membuat orang di sekitarnya tidak nyaman. Bahkan, menurut artikel Forbes, ketidakbahagiaan bisa membuat seseorang tidak mengenali dirinya sendiri dan terjebak dalam lingkaran jahat yang menahan kesuksesan.

Dalam siniar Smart Inspiration edisi Smart Happiness bertajuk “5 Hal Sepele yang Membuat Tidak Bahagia”, Arvan Pradiansyah, motivator ternama Indonesia, membagikan pandangannya mengenai lima hal yang bisa membuat seseorang tidak berbahagia.

Meremehkan Hal yang Dimiliki

“Kita cenderung berfokus terhadap hal-hal yang tidak dimiliki sehingga kurang bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki,” ungkap Arvan.

Kecenderungan tersebut diakibatkan adanya pola pikir kebahagiaan yang salah. Jika hal ini tak segera disadari, kecenderungan ini akan menjadi sebuah siklus yang terus berputar.

Sebab, ketika seseorang berfokus terhadap hal-hal yang tidak bisa dimiliki, ia akan terus mengejar hal tersebut hingga mendapatkanya. Di samping itu, ia tidak akan pernah merasa puas sehingga terus mengejarnya tanpa kenal waktu.

Untuk menyikapinya, seseorang perlu bersyukur atas hal-hal kecil yang ia punya.

Menghargai yang Baru Dibanding yang Sudah Ada

Membeli atau mempelajari suatu hal baru tentu membuat seseorang merasa lebih bahagia. Apalagi, kalau hal tersebut didapatkan dengan susah payah.

Akan tetapi, ironisnya, dengan adanya hal baru tersebut, kita justru cenderung menjadi tidak menghargai apa yang sudah ada. Bisa saja, segala kebaruan yang kita miliki malah membawa ketidakbahagiaan.

“Seolah-olah, hal yang sudah ada atau lama tersebut dimasukkan ke dalam suatu kotak; dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting lagi,” ujar Arvan.

Lebih Memilih yang “Jauh” Dibanding “Dekat”

Menurut Arvan, kita terkadang lebih menghargai hal yang jauh dibanding dekat. Arvan memberi contoh seperti seorang pemuka agama yang disepelekan karena rumahnya berdekatan oleh warga.

Kedekatan ini membuat warga merasa sering bertemu dan menganggap kehadiran pemuka agama tersebut tidaklah istimewa.

Arvan mengungkapkan hal ini terjadi akibat adanya undervalue (penilaian rendah) oleh warga terhadap pemuka agama.

Padahal, pemuka agama tersebut memiliki segudang prestasi yang dihargai oleh orang-orang di luar warga lokal.

Jika pada suatu kondisi pemuka agama tersebut pergi meninggalkan warga, nantinya mereka bisa menyesal. Bahkan, bisa saja mereka baru sadar saat membutuhkan pemuka agama itu.

Menyepelekan Hal Mudah

Kita cenderung menilai rendah sesuatu yang mudah didapatkan dibanding yang sulit. Hal ini disebabkan karena kita memberikan penilaian rendah terhadap sesuatu.

Padahal, hal yang mudah didapatkan belum tentu memiliki nilai yang rendah. Ia bisa saja dengan mudah didapatkan karena kita beruntung dan gigih berusaha. Yang terpenting, kita harus bisa melihat segala hal yang kita dapatkan dengan bersyukur, mudah ataupun susah.

Memandang Segala yang Terjadi Adalah Keberhakan

“Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini, yang diberikan dari orang lain, merupakan hadiah bagi kita,” ujar Arvan.

Ketika sudah memiliki pola pikir ini, kita akan lebih bisa menghargai pemberian yang diberikan oleh seseorang. Nantinya, kita tak hanya menganggap bahwa apa yang diberikan merupakan suatu hak.

Sebab, jika menganggap pemberian seseorang adalah sebatas hak, terjadi kecenderungan untuk melakukan penilaian rendah terhadap pemberian itu.

Dalam podcast (siniar) Smart Inspiration edisi Smart Happiness bertajuk “5 Hal Sepele yang Membuat Tidak Bahagia”, Arvan Pradiansyah menyebutkan penyebab-penyebab mengapa seseorang merasa gagal dan tidak berbahagia.

Dengarkan episode selengkapnya atau siniar inspiratif lainnya dengan mengakses tautan berikut https://spoti.fi/3JpbeIC.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/03/30/161048420/kamu-sering-merasa-tidak-bahagia-mungkin-ini-penyebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke