Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Afasia, Gangguan Otak yang Paksa Bruce Willis Pensiun Akting

Hal tersebut juga disampaikan oleh putrinya yang bernama Rumer pada keterangan dalam sebuah postingan di akun Instagram miliknya @rumerwillis.

Melalui unggahan tersebut, Rummer mengungkapkan, aktor Die hard berusia 67 tahun itu menderita gangguan berkomunikasi yang diketahui sebagai afasia.

"Kepada para pendukung Bruce Willis yang luar biasa, sebagai sebuah keluarga kami ingin berbagi bahwa Bruce Willis mengalami beberapa masalah kesehatan."

"Baru-baru ini dia didiagnosis menderita afasia yang memengaruhi kemampuan kognitifnya."

Demikian penuturan Rumer seperti yang dikutip CNN pada Rabu (30/3/2022).

"Menyusul kondisi ini, dan dengan banyak pertimbangan lain, Bruce harus mundur dari karier yang sangat berarti baginya."

"Ini adalah waktu yang sangat berat bagi keluarga kami, dan kami sangat menghargai cinta, kasih sayang, dan dukungan kalian yang berkelanjutan," tulis Rumer.

Oleh sebab itu, seseorang dengan afasia biasanya akan mengalami kendala dalam berkomunikasi, baik itu berbicara, membaca, menulis, dan memahami bahasa.

Penurunan kemampuan ini dapat berkisar dari ringan hingga sangat parah (hampir tidak mungkin untuk berkomunikasi dalam bentuk apa pun).

Tetapi, beberapa orang dengan afasia juga bisa mengalami kesulitan hanya dalam satu bidang komunikasi.

Misalnya, kesulitan menyusun kata-kata menjadi kalimat yang bermakna, kesulitan membaca, atau kesulitan memahami apa yang dikatakan orang lain.

Lebih umum, orang dengan afasia terbatas pada lebih dari satu bidang komunikasi dan hampir semua pasien dengan afasia mengalami kesulitan menemukan kata untuk menyebutkan nama orang, tempat, benda, atau peristiwa yang benar.

Pengalaman setiap orang dengan afasia juga unik, tergantung pada lokasi stroke atau cedera otak yang menyebabkan afasia.

Kondisi tersebut pun dipengaruhi tingkat kerusakan, usia orang tersebut, kesehatan umum orang tersebut dan kemampuannya untuk pulih.

Jenis-jenis Afasia

Berdasarkan gejalanya, afasia dikategorikan dalam berbagai jenis. Salah satu cara umum mengategorikannya adalah berdasarkan tiga pola berikut:

• Afasia broca

Orang dengan afasia broca atau yang sering disebut afasia ekspresif ini mungkin memahami apa yang dikatakan orang lain lebih baik daripada yang bisa mereka ucapkan.

Orang dengan pola afasia ini berjuang untuk mengeluarkan kata-kata, berbicara dalam kalimat yang sangat pendek, dan menghilangkan kata-kata.

Seorang pendengar biasanya dapat memahami artinya, tetapi orang dengan pola afasia ini sering kali menyadari kesulitan mereka berkomunikasi dan mungkin menjadi frustrasi.

Mereka mungkin juga mengalami kelumpuhan atau kelemahan sisi kanan.

• Afasia komprehensif

Orang dengan pola afasia ini (juga disebut fasih atau afasia wernicke) dapat berbicara dengan mudah dan lancar dalam kalimat yang panjang maupun rumit, yang tidak masuk akal atau menyertakan kata-kata yang tidak dapat dikenali, salah, atau tidak perlu.

Tapi, mereka biasanya tidak mengerti bahasa lisan dengan baik dan sering tidak menyadari bahwa orang lain tidak dapat memahami mereka.

• Afasia global

Pola afasia ini ditandai dengan pemahaman yang buruk dan kesulitan membentuk kata dan kalimat.

Afasia global adalah hasil dari kerusakan luas pada jaringan bahasa otak, sehingga orang dengan afasia global memiliki cacat parah dengan ekspresi dan pemahaman.

Penyebab afasia

Afasia terjadi akibat kerusakan pada satu atau lebih area otak yang bertanggung jawab untuk memproduksi dan memproses bahasa.

Afasia sering kali dapat terjadi secara tiba-tiba, namun setelah terjadi kondisi seperti stroke (penyebab paling umum) atau cedera kepala, operasi otak, tumor otak, infeksi otak, serta gangguan neurologis seperti demensia.

Di samping itu, kerusakan otak juga dapat mengakibatkan masalah lain yang memengaruhi bicara.

Masalah-masalah ini termasuk disartria (kelemahan atau kurangnya kontrol pada otot-otot wajah atau mulut yang mengakibatkan bicara lambat atau tidak jelas), apraksia (ketidakmampuan untuk menggerakkan bibir atau lidah dengan cara yang benar untuk mengucapkan suara), dan disfagia (masalah menelan).

Perawatan Afasia

Perawatan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan komunikasi, serta mengembangkan metode komunikasi lain yang diperlukan.

Hal tersebut biasanya dilakukan dengan ahli patologi wicara-bahasa, termasuk latihan membaca dan menulis, latihan mendengarkan dan mengulang kata-kata.

Penderitanya juga belajar keterampilan bahasa ekspresif seperti menggunakan ekspresi wajah dan gerak tubuh untuk berkomunikasi, maupun mengikuti latihan arahan.

Jika cara belajar komunikasi tradisional tidak berhasil, pasien juga akan diajari cara lain untuk berkomunikasi seperti menunjuk kartu dengan kata-kata atau gambar.

Perangkat tablet seperti smartphone dengan "aplikasi" yang menyertainya dapat membantu orang dengan afasia berkomunikasi.

Ada juga perangkat atau aplikasi yang dapat membantu membuat kalimat atau menghasilkan ucapan.

Atau bisa meminta ahli patologi wicara-bahasa untuk merekomendasikan teknologi bantu afasia yang mungkin terbaik bagi pasien.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/03/31/081629320/mengenal-afasia-gangguan-otak-yang-paksa-bruce-willis-pensiun-akting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke