Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Menarik di Balik Koper Ikonik Louis Vuitton

KOMPAS.com - Gemerlap industri mode dunia sudah tidak asing dengan kehadiran merek Louis Vuitton.

Monogram yang menjadi ciri khas di setiap motif dan desain item fesyen keluaran rumah mode tersebut kini sudah terlihat ada di mana-mana.

Namun, tidak banyak tahu bahwa item yang pertama kali diluncurkan Louis Vuitton adalah sebuah koper. Hingga kini, koper ikonik dengan monogram LV menjadi barang bersejarah bagi rumah mode tersebut. 

Louis Vuitton adalah seorang pria yang lahir di tahun 1821 di Anchay, Perancis Timur. Dia merantau ke kota Paris saat usianya masih 13 tahun untuk mengadu nasib.

Di kota itu, dia bekerja sebagai buruh serabutan sembari mengasah keterampilannya sebagai tukang kayu. Kemudian dia juga sempat bekerja lepas sebagai pembuat koper selama 17 tahun di Romain Marechal - produsen koper terkenal.

Awal kariernya tersebut merupakan jalan menuju Louis untuk menjadi pioneer industri fashion yang melahirkan berbagai item fesyen dan terkenal akan tas mewahnya.

Kereta kuda, kapal uap dan kereta api merupakan moda transportasi andalan saat itu.

Para penumpang seringkali mengeluhkan kopernya diperlakukan kasar hingga mengalami kehilangan barang.

Vuitton yang saat itu berusia 30-an, mendirikan tokonya sendiri pada tahun 1854 di 4 Rue Neuve-des-Capucines di distrik Place Vendome.

Saat itulah ia merancang sebuah koper dengan penutup datar yang dapat ditumpuk. Ini merupakan inovasi yang benar-benar baru di abad tersebut.

Sebab, kebanyakan koper yang tersedia memiliki penutup melengkung yang membuat kopernya mudah tergelincir saat diletakkan.

Sementara itu, koper Louis Vuitton memiliki fitur kedap udara dan tahan air berkat material kanvas yang dihias dengan aksen kulit serta dirancang khusus anti-maling, lengkap dengan strap kunci yang kuat.

Hanya beberapa tahun setelah mendirikan tokonya, Louis Vuitton mulai mengembangkan markas besarnya di Paris.

Pada tahun 1859, bengkel pembuatan koper dipindahkan ke Asnieres, sebuah desa yang terletak di barat laut Paris, dan saat ini menjadi pusat merek tersebut.

Di situlah perusahaan terus berinovasi, selain mengajukan paten untuk engsel dan gesper khusus, adopsi awal bahan dan teknologi baru Louis Vuitton membantu menegaskan dominasinya di pasar koper perjalanan.

Tak butuh waktu lama, koper buatan Louis Vuitton yang dilengkapi dengan laci serbaguna itu cukup laris dan dipakai orang saat bepergian dengan kapal uap kelas suite hingga kereta api kelas satu.

Entah bagaimana caranya, koper-koper ini sering terpampang di bagasi kapal uap dan kereta api sehingga menarik banyak klien kaya.

Tak terkecuali istri Napoleon II hingga Permaisuri Euginie de Montijo yang memesan sejumlah jenis koper untuk menyimpan barang-barang pribadinya.

Berbekal pengalaman dan pemahamannya seputar lini bisnis adibusana dan berbagai rencana ke depan, membuat dirinya menciptakan berbagai koper yang berhubungan dengan perjalanan.

Sementara fitur utama koper ikoniknya tetap sama selama bertahun-tahun, ia terus berkreasi untuk memperkenalkan beragam inovasi kanvas sebagai material koper rancangannya.

Koper pertamanya menampilkan kanvas abu-abu solid yang dikenal sebagai Trianon yang diproduksi pada tahun 1858-1876.

Kemudian lahir koper kanvas Raynee pada 1876-1888 dengan pola garis-garis coklat dan krem.

Setelah 1888 ia mengenalkan koleksi koper kanvas Damier dengan pola kotak-kotak yang hadir dalam dua skema warna.

Bisnis diwarisi ke George Vuitton 

Setelah kematian Louis Vuitton pada 1892, perusahaannya itu diwariskan kepada putranya, George Vuitton yang menghadirkan koper kanvas Monogram LV yang sekarang menjadi ikon untuk diperkenalkan sebagai penghormatan bagi sang ayah. Monogram tersebut dipatenkan pada tahun 1896.

George mendapat inspirasi untuk desain kanvas bermotif bunga dan quatrefoil untuk dipadukan dengan monogram LV.

Setiap kali hadir barang-barang bermaterial kulit mewah, dianggap sebagai langkah inovasi pada saat itu.

Setiap inisial yang terlihat di tampilan luar barang, langsung menandakan bahwa produk tersebut keluaran LV (Louis Vuitton).

Pola klasik ini telah direproduksi dan didesain ulang selama beberapa dekade, hingga menjadi pilar kokoh bagi merek Louis Vuitton.

Inovasi yang dilakukan George melanjutkan visi ayahnya untuk menciptakan koper mewah berbahan alumunium. 

Koper tersebut dikombinasikan dengan seng, tembaga dan kuningan yang dirancang untuk bepergian ke negera eksotis seperti Asia dan Afrika yang diproduksi sepanjang 1890-an.

Satu bagasi aluminium dari tahun 1892 dijual seharga 291.244 dollar AS atau Rp 4,1 miliar di Christie's London pada tahun 2018. Koper ini menjadi koper perjalanan Louis Vuitton termahal yang pernah ada.

 

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/04/01/140645720/kisah-menarik-di-balik-koper-ikonik-louis-vuitton

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke