Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

8 Tanda Lingkungan Kerja Toxic, Apa Saja?

KOMPAS.com - Apakah kolega kita kerap bertengkar atau kita merasa lelah berlebihan dan sulit melupakan masalah di tempat kerja?

Jika iya, mungkin lingkungan kerja kita “toxic.”

Dilansir dari Cleveland Clinic, psikolog kesehatan klinis Amy Sullivan, PsyD, tmengatakan bahwa lingkungan kerja toxic dapat dideteksi dari reaksi perut kita karena stres mempengaruhi pencernaan.

Sullivan juga mengatakan bahwa kita bisa mengetahui apakah suatu lingkungan kerja toxic atau tidak dengan menanyakan pada diri sendiri apakah lingkungan itu sejalan dengan value system kita atau tidak.

“Value system pada dasarnya adalah keyakinan inti, nilai inti, hal-hal yang penting bagi kita sebagai pribadi,” kata Dr. Sullivan.

Lalu, kita juga bisa mengetahui toxic tidaknya lingkungan kerja dengan tanda-tanda berikut.

Mual dan pencernaan terganggu

Menurut Sullivan, meski reaksi usus itu intuisi, terkadang hadir perasaan bahwa ada sesuatu yang salah ketika kita merasa mual.

Misalnya, cara kolega berbicara pada kita atau merasa diabaikan.

Saat merasakan hal ini, cobalah berjalan-jalan, hirup udara segar, dan mencoba melihat sesuatu dari dua sisi.

Jika masih merasa mual atau mengalami perasaan tak enak itu setiap hari, mungkin kita berada dalam situasi yang toxic.

Sulit tidur

Sulit tidur merupakan sinyal bahwa ada sesuatu yang salah, apalagi jika kita tak berhenti memikirkan apa yang terjadi atau cemas untuk kembali ke tempat kerja keesokan harinya.

Namun, sulit tidur ini juga bisa terjadi karena kekhawatiran kita sendiri.

Jika begadang dan bertanya-tanya, "Bagaimana jika saya masalahnya?" kemungkinan besar, itu dikarenakan kita tak memikirkan ada masalah lain di lingkungan kerja.

Otot kaku, nyeri sendi, dan migrain

Otot, sendi, dan punggung kaku bisa jadi masalah besar dan menimbulkan masalah lain jika dibiarkan.

“Otot kaku dapat menyebablan nyeri kronis, migrain, dan sensasi lain yang tak menyenangkan," kata Dr. Sullivan.

Terjadi agresi mikro di tempat kerja

Lingkungan kerja toxic rupanya bisa datang dalam bentuk agresi mikro.

Agresi mikro adalah interaksi atau perilaku halus yang menunjukan semacam bias terhadap kelompok yang terpinggirkan, seperti berbeda jenis kelamin, ras, etnis, atau preferensi seksual.

Atasan merasa "berkuasa"

Merasa selalu tidak dihormati, tidak didengar, dan tidak dihargai atas pekerjaan yang dilakukan? Atau tidak diberi kompensasi yang sesuai, baik secara finansial dan emosional?

Jika iya, artinya kebutuhan kita sebagai karyawan tidak terpenuhi, dan mungkin kita berurusan dengan kepemimpinan yang tidak baik dan merasa berkuasa atas semuanya.

Rasa berkuasa berlebihan, kata Dr. Sullivan, menyebabkan karyawan merasa diabaikan dan kurang dihargai.

Tidak ada antusiasme dan berkembangnya kesempatan

Pasang surut kebahagiaan dan antusiasme dalam pekerjaan itu normal.

Namun, jika kita terus ada dalam satu posisi, tak ada mobilitas, atau tidak berkembang, mungkin kita perlu mundur.

Menurut Sullivan, kita perlu berkomunikasi dengan tim administrasi atau atasan terkait kesannya pada kita dan hal yang perlu dikembangkan.

Ekspetasi dari atasan tidak masuk akal

Lembur terus menerus dan tanpa kompensasi merupakan salah satu contoh bahwa atasan hanya memanfaatkan kita.

“Lingkungan kerja yang beracun adalah lingkungan di mana tidak ada komunikasi dan di mana pemimpin tidak menghormati atau responsif terhadap kebutuhan Anda,” kata Dr. Sullivan.

Jadi, jika telah meminta bantuan dan bantuam itu tak kunjung ditawarkan, itu pertanda besar bahwa ada sesuatu yang salah.

Waktu kerja dan hidup tak seimbang

Bagi mereka yang bekerja dari rumah, batas antara pekerjaan dan kehidupan sehari-hari menjadi semakin tipis.

Namun, gejala fisik stres bisa terjadi meski kita tidak bekerja
.
“Ketika kita memikirkan bagaimana lingkungan kerja yang toxic, itu akan memengaruhi orang yang paling kita sayangi dan akhirnya memengaruhi kesehatan kita,” kata Dr. Sullivan

Tips menangani lingkungan kerja yang toxic

Ada beberapa hal yang bisa menangani gejala yang kita rasakan di tempat kerja. Berikut contohnya.

Cari kolega yang suportif

Sangat penting untuk menjalin persahabatan dengan orang-orang yang peduli dengan kita ketika perusahaan tidak melakukannya.

“Memiliki sekutu atau teman kerja yang Anda percayai membantu merasa terhubung, didukung, dan tidak sendirian,” kata Dr. Sullivan.

Mencoba employee coaching program

Beberapa perusahaan menawarkan pelatihan karyawan melalui pihak sumber daya manusia. Namun jika tidak, kita bisa menyewa satu atau dua sesi program untuk melihat akar masalah.

Menurut Dr. Sullivan, pelatih akan membantu menguraikan berbagai hal dan melihat bagaimana kontribusi kita pada lingkungan, serta bagaimana cara kita mengubah pola pikir dan menetapkan tujuan.

Me-time

Kita perlu mencari cara untuk memulihkan diri dengan melakukan apa yang kita sukai.

Ini tidak hanya membantu kita meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja, tetapi juga memberi kita ruang untuk melakukan sesuatu yang sama sekali tidak terkait dengan stresor.

Tahu kapan waktunya resign

Jika kita telah mencoba mengatasi beberapa masalah yang dialami tetapi tidak ada yang berubah dan kita siap untuk resign, wujudkan.

“Jangan puas dengan lingkungan kerja yang toxic. Itu tidak sebanding dengan kesehatan fisik atau psikologis atau hubungan penting Anda,” kata Dr. Sullivan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/04/05/101429520/8-tanda-lingkungan-kerja-toxic-apa-saja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke