Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Workaholic, Apa Saja Tandanya?

KOMPAS.com - Sesuai namanya, workaholic merupakan sebutan bagi mereka yang gila kerja dan sulit memisahkan bisnis dengan kepuasan dalam hidup.

Para workaholic juga memiliki kecenderungan untuk overschedule.

Psikolog klinis Scott Bea, PsyD mengatakan bahwa workaholic kerap menyibukkan diri dengan pekerjaan untuk mengalihkan fokus dari hal-hal yang mereka hadapi dalam kehidupan pribadinya.

Nah, mereka yang merupakan pekerja keras mungkin menyangka dirinya adalah seorang workaholic. Namun, keduanya berbeda.

Untuk mengetahui tanda-tanda workaholic, berikut tandanya.

Sibuk untuk memenuhi kebutuhan

Pertama, seorang workaholic selalu sibuk guna memenuhi kebutuhannya, bukan demi pujian dari pimpinan atau karena pekerjaan itu merupakan passion mereka.

Merasa cemas jika tak bekerja

Workaholic menganggap bekerja memberinya kenyamanan, dan akan merasa cemas atau merasa bersalah jika tidak melakukannya.

Ingin selalu dibutuhkan

Workaholic selalu membuat dirinya “siap digunakan” oleh rekan kerja untuk menciptakan perasaan bahwa dirinya selalu dibutuhkan.

Menyelesaikan semuanya sendiri

Workaholic tidak akan memberikan informasi atau arahan kepada rekan kerja untuk melanjutkan seseuatu tanpa mereka.

Sebaliknya, workaholic malah senang menyelesaikan semuanya sendiri.

Tidak mau mengakui masalah

Workaholic tidak akan pernah mengakui bahwa ia memiliki masalah dan tidak akan mengungkapkan motif sebenarnya dari tindakannya.

Sebaliknya, seorang workaholic mengatakan bahwa kerja kerasnya adalah upaya untuk maju di tempat kerja, atau mengatakan bahwa rekan kerjanya tidak memenuhi syarat atau tidak efisien.

Mengapa seseorang menjadi workaholic?

Ada beberapa alasan mengapa seseorang menjadi workaholic.

Ada yang terpaksa mengambil tanggung jawab akibat suatu kejadian besar saat usianya masih muda.

Ada pula yang tumbuh di tengah keluarga yang menghargai sesuatu berdasarkan pencapaian.

Kendati demikian, ada yang baru menjadi workaholic di usia dewasa.

Namun, ada beberapa orang yang merasa perlu melakukan “lebih” karenanya, membuatnya menjadi workaholic.

Nah untuk mencegahnya, simak tips berikut.

Buat jadwal

Dr. Bea yakin bahwa kunci untuk tidak bekerja berlebihan meski dari rumah adalah dengan membuat jadwal kerja.

Buat jadwal sehari sebelumnya jika memungkinkan, dan pastikan untuk melakukannya saat kita tidak bekerja.

Jadwal ini dapat dipecah dalam penambahan satu jam atau setengah jam. Dengan cara ini, kita akan memiliki rencana yang konkret.

Buat tempat khusus untuk bekerja

Pilihlah tempat khusus di rumah atau apartemen untuk bekerja.

Dr. Bea merekomendasikan kita untuk menjauhi tempat yang bisa menjadi tempat bersosialisasi, seperti ruang TV.

Sebab, kita perlu memisahkan antara “hidup” dan “bekerja” kan?

Namun jika memiliki ruang terbatas, cobalah untuk mengubah sedikit area itu saat hari kerja telah usai, sehingga siap untuk digunakan sebagai tempat bersantai kembali,

Lalu, hindari kamar sebagai tempat kerja sebisa mungkin.

“Sangat mudah untuk mulai berpikir kalau kamar adalah tempat kita bekerja, bukan untuk tidur,” jelas Dr. Bea.

Hal itu akan membuat kita sulit tidur nyenyak.

Berusahalah untuk “tak sempurna”

Jika kita tak bisa menyelesaikan segalanya di penghujung hari, jangan khawatir. Kita bisa belajar membiarkan sesuatu tetap tak selesai.

Ia membandingkannya dengan membersihkan rumah.

KIta bisa berusaha sekuat tenaga membersihkannya, namun kita pasti menyisakan beberapa spot. Namun, kita tetap puas kan?

Nah, kita bisa menggunakan pendekatan yang sama dengan pekerjaan kita.

“Otak kita sangat menyukai perasaan bahwa segala sesuatunya benar atau lengkap. Untuk itu, kita harus berlatih membiarkan segala sesuatunya terasa sedikit tidak lengkap,” ujar Dr. Bea.

“Kita selalu bisa melakukannya lagi nanti, keesokan harinya atau kapan pun sesuai jadwal,” tambahnya.

Menjauh dari komputer setelah puas

Ketika telah puas dengan jam kerja, menjauhlah dari komputer dan lakukan sesuatu yang benar-benar kita nikmati.

Lebih baik lagi, beri jarak antara diri kita dan area kerja dengan pergi ke luar dan berolahraga.

Olahraga dapat memperbaiki mood dan mengalihkan pikiran kita dari pekerjaan.

“Saat ini, kita sedang dalam proses membentuk kebiasaan baru, dan itu menciptakan lebih banyak permintaan pada otak kita. Ini bisa menjadi alasan mengapa orang merasa sedikit lebih lelah dari biasanya,” kata Dr. Bea.

“Tapi butuh beberapa saat untuk membentuk kebiasaan itu, sekitar 66 hari,” sambungnya.

Jadi, jika kita berhati-hati, kita bisa tetap bekerja dari rumah tanpa perlu jadi workaholic dan tetap bekerja dengan sehat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/04/05/135357820/workaholic-apa-saja-tandanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke