Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Teman Berperilaku Toxic di Media Sosial, Perlukah Unfriend?

Secara umum, sikap warganet terhadap kasus ini terbelah menjadi dua, ada yang mendukung maupun mengutuk kekerasan yang terjadi.

Lewat kehebohan Ade Armando ini, kita mungkin lalu menyadari ada kenalan yang, tak disangka-sangka, mendukung perilaku kekerasan.

Terlihat dari sejumlah konten maupun unggahannya yang mengindikasikan kecenderungan tersebut.

Selain kaget, kita juga mungkin merasa tidak nyaman dan terganggu ketika unggahannya melintas di timeline Twitter, Instagram, Facebook maupun platform lainnya.

Unfriend kenalan yang mendukung kekerasan, perlukah?

Respon seseorang di media sosial terhadap di media sosial kadangkala memang bisa mengejutkan kita.

Sikapnya bisa sangat berbeda dibandingkan dengan perilaku di dunia nyata, khususnya dalam merespon kasus-kasus viral.

Tak hanya perilaku mendukung perilaku kekerasan di kasus Ade Armando namun juga berbagai isu lain di waktu yang berbeda.

Menghadapi kondisi seperti ini, apakah kita perlu unfriend kenalan yang berperilaku toxic di media sosial?

Lucia Peppy Novianti, M. Psi., psikolog keluarga jebolan Universitas Gadjah Mada mengatakan kita perlu mempertimbangkan motif utama saat ingin melakukan unfriend di media sosial maupun dunia nyata. 

"Apakah karena tidak sepemahaman atau karena annoying-nya, perhatikan dulu, misalnya kayak kasus Ade Armando ini," katanya saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (13/04/2022).

Ada kalanya, kita akan merasa unggahan orang tersebut sebagai hal yang mengganggu dan terasa 'berisik'.

Namun, tambah Lucia, perilaku tersebut juga bisa menunjukkan fakta baru yang menguatkan jika cara berpikir kita dan orang itu begitu berbeda. 

Perbedaan tersebut bisa sangat ekstrem sehingga terasa mengancam dan membuat kita tidak produktif.

"Jika yang terjadi adalah merasa berisik atau annoying ya pilihannya mute atau unfriend saja di media sosial," katanya.

Jika permasalahannya hanya sebatas itu, tak masalah apabila kita tetap mempertahankan pertemanan di dunia nyata.

Di sisi lain, kita perlu berpikir lebih lanjut soal respon orang tersebut terhadap berbagai isu di media sosial.

"Ketika kita merasa yakin orang ini membuat tidak sehat, bahasanya zaman sekarang toxic, mungkin kita perlu evaluasi lagi pertemanan dengan dia," tambah Lucia.

CEO layanan kesehatan mental Wiloka Workshop ini menilai kita bisa tetap berteman namun mungkin perlu mengevaluasi kualitas kedekatan dengan orang tersebut.

Lucia menambahkan, kita bersosialisasi, termasuk di media sosial, dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia guna hidup yang lebih seimbang dan sehat.

Namun bila ternyata dengan berteman di media sosial ada aspek hidup lain yang menjadi bermasalah maka balancing dianggap perlu dilakukan.

"Unfriend bisa jadi salah satu opsi untuk balancing," kata Lucia.

Ada ketakutan merusak hubungan di dunia nyata meskipun konten maupun komentar kenalan tersebut tergolong toxic.

Saat menghadapi dilema seperti ini, unfriend secara diam-diam bisa menjadi opsi bagi kita.

"Idealnya ya unfriend dengan spontan, enggak perlu takut, enggak perlu sembunyi-sembunyi, karena itu kan hak seseorang," kata Lucia.

Namun jika sulit dilakukan, unfriend secara tersembunyi tidak apa-apa sebagai langkah untuk mewujudkan perilaku yang lebih sehat bagi diri sendiri.

Tujuannya utamanya, kita berfokus melakukan sesuatu yang lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa untuk mengelola diri lebih sehat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/04/13/145023920/teman-berperilaku-toxic-di-media-sosial-perlukah-unfriend

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke