Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bawa Pengaruh Buruk, Stop Perilaku Meromantisasi Hubungan Anak-anak

Orangtua maupun keluarga di sekitar sering menggoda apabila anak memiliki teman lawan jenis, melabelinya sebagai 'pacar'.

Aktivitas anak usia dini bermain bersama juga sering disebut sebagai kencan, alih-alih sebagai kegiatan bersenang-senang bersama.

Hal serupa juga terjadi di media sosial, ketika netizen ramai-ramai melakukan perjodohan online.

Misalnya pada King Faaz, putra Fairuz A Rafiq, dengan Arsyi Hermansyah yang diketahui kerap menghabiskan waktu bersama, atau Rafathar dan Gempi, beberapa waktu lalu.

Perilaku ini rupanya tidak sepenuhnya baik untuk tumbuh kembang anak-anak, dan bahkan bisa memberikan pengaruh buruk pada pola pikirnya.

Meromantisasi hubungan anak usia dini bisa pengaruhi tumbuh kembangnya

Istilah pacar, pacaran atau kencan sering digunakan saat merujuk hubungan persahabatan antara anak-anak.

“Meskipun niat orang tua biasanya tidak berbahaya, saya tidak menyarankan orang tua untuk menggunakan terminologi ini,” Dana Dorfman, psikoterapis keluarga asal New York.

Pernyataan tersebut biasanya disampaikan dengan nada bercanda atau lucu, yang sebenarnya tidak bisa dipahami benar oleh anak-anak.

“Mereka mungkin menafsirkan ini sebagai sesuatu yang memalukan.”

Sampai anak usia lima tahun, perilaku tersebut memang tidak terlalu berdampak dan memberikan masalah karena minimnya kemampuan berbahasa mereka.

Kebiasaan ini akan menjadi masalah pada anak lebih tua karena mereka mulai mengingat interaksi dengan orang tuanya dan menginternalisasi detail percakapan.

Ketika kita mengatakan pada anak jika teman perempuannya adalah pacarnya, itu bisa diartikan sebagai hal yang baik sekaligus buruk.

“Label seperti itu juga memaksakan pesan heteronormatif yang membuat asumsi tentang identitas anak-anak.”

"Orang tua yang meromantisasi hubungan persahabatan anak-anak dapat menyebabkan masalah bagi hubungan heteroseksual di masa depan juga," kata psikolog Roseanne Lesack. 

Khususnya jika anak laki-laki menggoda, bersikap kasar atau sengaja menargetkan anak perempuan tertentu dan orangtua malah menganggap sebagai tindakan 'naksir'.

Perilaku ini akan menormalkan perilaku kasar, dan mengirimkan pesan bahwa anak laki-laki menyakiti anak perempuan yang mereka sukai.

“Untuk anak laki-laki, itu memperkuat gagasan bahwa jika saya menyukai seorang gadis, saya harus jahat padanya," katanya.

"Dan itu memberi tahu anak perempuan bahwa tidak apa-apa bagi anak laki-laki untuk menjadi jahat karena mereka menyukai Anda, ”kata Lesack, dikutip dari Fatherly.

Kecenderungannya, anak akan paham jika orangtuanya hanya sekedar menggodanya dengan memberikan label 'pacar' itu.

Namun ada risiko di masa depan yang harus dipertimbangkan orangtua sebelum terbiasa melakukan ini.

Anak mungkin tidak akan bicara kepada kita ketika mereka merasa perlu mengutarakan  perasaan dan emosinya soal orang lain.

"Jika Anda menggoda anak Anda tentang menyukai seseorang, ketika mereka benar-benar merasa seperti itu, mereka tidak akan berbicara dengan Anda." pesan Lesack.

“Yang paling penting adalah memiliki jalur komunikasi yang terbuka, untuk tidak menaruh harapan Anda pada anak-anak Anda, dan benar-benar memikirkan bagaimana Anda mendekati anak-anak Anda sehingga mereka merasa nyaman berbicara dengan Anda,” tandasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/05/18/143053020/bawa-pengaruh-buruk-stop-perilaku-meromantisasi-hubungan-anak-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke