Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyebab dan Gejala Kanker Limfoma yang Diderita Ari Lasso

Beberapa waktu belakangan, ia memang amat membatasi aktivitasnya karena fokus menjalani pengobatan.

Penyakit tersebut bahkan sempat membuat penampilannya sedikit berubah termasuk rambutnya.

Namun kini ia sudah kembali sehat dan sukses comeback ke dunia musik Indonesia.

Kanker limfoma, penyebab dan gejalanya

Dikutip dari Kompas.com (8/9/2021), kanker limfoma yang diderita Ari Lasso merupakan jenis Diffuse Large B-cell Lymphoma (DLBCL) atau limfoma sel B.

Dalam salah satu wawancaranya, mantan vokalis Dewa ini menjelaskan, penyakit kankernya diketahui setelah dirinya sempat menjalani operasi pengangkatan tumor limpa.

"Ini limpa, tumornya dua kali lipat (dari limpa). Dan ketika dibelek, gue langsung pegang tangan bini gue, 'cancer ini, mah'. Kan khas, (bentuknya) kayak brokoli," terangnya.

Penyakit yang juga dikenal dengan nama kanker kelenjar getah bening ini termasuk ke dalam jenis limfoma non-Hodgkin yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Dikutip dari Mayo Clinic, pada limfoma non-Hodgkin, sel darah putih yang disebut limfosit tumbuh tidak terkendali, menyebabkan pertumbuhan (tumor) di seluruh tubuh.

Penderita kanker limfoma non-Hodgkin ini biasanya mengalami beberapa gejala.

Misalnya pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan, rasa lelah berlebih, sakit perut, nyeri dada, batuk, demam, hingga penurunan berat badan.

Kecenderungan berkeringat di malam hari juga bisa menjadi gejala penyakit ini.

Namun hingga kini, para dokter masih belum mengetahui penyebab pasti di balik limfoma non-Hodgkin ini.

Kendati demikian, dokter meyakini kanker ini diawali dengan tubuh yang memproduksi terlalu banyak limfosit abnormal untuk melawan infeksi.

Jika normal, limfosit lama akan mati dan tubuh akan membuat yang baru untuk menggantikannya.

Namun pada limfoma non-Hodgkin, limfosit tidak mati dan tubuh terus membuat yang baru, sehingga limfosit memadati kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan.

Selain itu, ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko limfoma non-Hodgkin.

Misalnya, mengonsumsi obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh, terinfeksi virus atau bakteri tertentu, sering terpapar bahan kimia tertentu, dan usia lanjut.

Sebuah meta-analisis menyimpulkan, seseorang yang makan daging merah paling banyak memiliki risiko penyakit ini 10 persen lebih besar.

Sedangkan untuk limfoma sel B risikonya meningkat menjadi 20 persen.

Sementara itu, studi European Prospective Investigation Into Cancer and Nutrition, menyatakan asupan unggas yang tinggi dikaitkan dengan risiko 22 persen lebih besar untuk limfoma sel B.

Sebuah temuan dari 16 studi juga mengungkapkan bahwa mereka yang mengonsumsi susu memiliki risiko kanker limfoma non-Hodgkin 41 persen lebih tinggi.

Lalu, karena asupan lemak jenuh dan lemak trans dapat meningkatkan risiko kanker ini, penderitanya maupun orang yang ingin mencegahnya diminta mengkonsumsi lebih banyak makanan berserat dan mengandung vitamin A dan C.

Vitamin A bisa ditemukan dalam beberapa sayuran dan umbi-umbian, seperti bayam, lobak, wortel, labu, dan ubi jalar.

Untuk vitamin C, bisa ditemukan di brokoli, berbagai jenis sayuran hijau, lobak, melon, jeruk, lemon, stroberi, tomat, dan paprika

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/05/22/110757720/penyebab-dan-gejala-kanker-limfoma-yang-diderita-ari-lasso

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke