Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ajari Anak untuk Menerima Kegagalan

Oleh: Nika Halida Hashina dan Ristiani D. Putri

KOMPAS.com - Penerimaan anak terhadap kegagalan terkadang membuatnya merasa buruk. Hal ini wajar karena ia merasa kecewa sebab ia merasa telah melakukan yang terbaik.

Namun, banyak orangtua saat ini yang tampaknya bersedia untuk berusaha lebih keras untuk melindungi anak-anak mereka dari rasa sakit akibat kegagalan. Hal ini terkadang dibarengi dengan orangtua yang terlalu protektif sehingga tanpa sadar menekan anak.

Ironisnya, kegagalan ini justru bermanfaat bagi anak. Belajar menghadapi kegagalan dapat membantu mereka mengembangkan karakteristik utama yang mereka perlukan untuk berhasil.

Hal ini seperti keterampilan mengatasi masalah, kontrol emosi, pemikiran kreatif, dan kemampuan untuk berkolaborasi. Hal ini juga dialami oleh tokoh dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk “Dongeng Ikan Emas Ajaib” yang berekspektasi pada ikan ajaib sampai ia kecewa karena harta yang diterima hanya sementara.

Menurut Madeline Levine., penulis The Price of Privilege, "Orangtua lebih banyak melihat kegagalan sebagai sumber rasa sakit bagi anak mereka alih-alih kesempatan baginya untuk mengatakan, 'aku bisa mengatasi ini karena aku kuat.'"

Hal yang Dapat Dilakukan Orangtua

Hal ini bertujuan untuk membuat anak berlapang dada sekaligus mengerti bahwa tidak segala hal di dunia akan berjalan sesuai dengan keinginannya. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini dilansir dari Parents.

1. Jadilah pembimbing anak, bukan penyelamatnya

Orangtua tidak mungkin bisa terus berada di sisi anak tiap kali anak merasa gagal. Namun, orangtua memiliki kemampuan untuk menenangkan anak lewat bekal perkataan.

Jika mendapati anak melakukan kesalahan yang berujung kegagalan hingga rasa kecewa, orangtua dapat menasehati mereka. Katakan bahwa ia bisa mencobanya di lain kesempatan. Satu kegagalan tidak dapat meruntuhkan mereka.

Berikan juga saran agar anak dapat menyelesaikan apa membuatnya merasa kecewa, misalnya jika anak membuat masalah, orangtua dapat memberikannya masukan tetapi jangan membantu menyelesaikannya.

2. Puji anak secukupnya

Melimpahi anak dengan pujian bisa lebih berbahaya daripada kebaikan. Anak-anak yang dipuji berlebihan dapat memiliki ketergantungan validasi dari orang lain. Akibatnya, anak akan membutuhkan kata-kata positif terus menerus agar merasa dihargai.

Padahal Kindlon, psikolog, pernah menyampaikan bahwa "Kepercayaan diri bisa didapat dari keberhasilan mengatasi kesulitan, bukan karena perkataan betapa hebatnya diri kita."

Orangtua dapat meyakinkan anak tidak apa gagal sebab ia telah berusaha secara maksimal. Namun, beritahu juga kritik yang dapat membangun anak agar ia tidak kehilangan motivasi untuk terus berkembang.

3. Dorong mereka untuk mencoba hal-hal baru

Anak-anak secara alami tertarik pada kegiatan yang membuat mereka terlihat unggul. Tetapi jika hal ini membuat anak menghindari mencoba hal baru karena dia takut akan gagal, orangtua harus khawatir. Karena bisa jadi anak kehilangan keinginan untuk memperluas wawasannya.

Kenalkan anak pada hal-hal baru sambil menjelaskan bahwa dia ia setidaknya perlu mencoba. Anak tidak harus hebat dalam segala hal, namun mereka perlu mencoba hal baru setidaknya untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas.

4. Ajari anak untuk bersabar

Hal ini dapat dilakukan sejak dini dengan menahan rasa impulsif. Menahan perasaan tergesa-gesa ini termasuk latihan kesabaran diri. Diharapkan anak dapat terbantu untuk meredam emosi kecewanya ketika gagal.

Beritahu anak bahwa ia bisa mengatakan perasaannya kapan pun kepada orangtua, terutama saat kecewa atau rendah diri. Jika anak benar melakukannya, cobalah untuk memberikan nasehat terbaik. Namun, jangan pernah merendahkan perasaannya dengan membandingkan atau sebagainya.

5. Kelola ekspektasi pada anak

Hal ini mengarah pada orangtua yang sering kali menjanjikan suatu hal pada anak sejak kecil. Misalnya orangtua menjanjikan untuk pergi berlibur, tetapi karena satu dan lain hal rencana itu harus diundur dan anak menjadi kecewa berkepanjangan.

Tentu hal yang wajar jika ia kecewa, tapi kesalahan orangtua terletak pada ekspektasi yang ia bangun sendiri di benak anak tanpa menjelaskan bahwa ada kemungkinan rencana itu tidak terlaksana.

Maka dari itu, lambat laun anak akan menganggap bahwa ekspektasi-ekspektasi ini seharusnya ia dapat tapi pihak lain merusaknya.

Pemikiran tersebut sangat berbahaya karena anak akan sulit intropeksi diri dan sibuk mencari kesalahan di luar dirinya. Oleh karenanya orangtua harus mengelola ekspektasi pada anak sebaik mungkin.

Simak kisah siniar Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk “Dongeng Ikan Emas Ajaib” yang menceritakan kemunculan ikan ajaib dengan segala keresahannya tokoh-tokohnya.

Dengarkan juga episode siniar Dongeng Pilihan Orangtua lainnya bersama anak, agar mereka dapat mempelajari kehidupan lewat kisah-kisah menarik yang dibawakan!

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/05/24/210000620/ajari-anak-untuk-menerima-kegagalan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke