Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

CoComelon Bikin Anak Terlambat Bicara dan Tantrum? Cek Faktanya

KOMPAS.com - Serial CoComelon saat ini menjadi tayangan favorit banyak anak di dunia karena kontennya yang menarik, cheerful, dan penuh warna.

Para orangtua lantas menjadikan serial yang ditokohi JJ, Yoyo, TomTom, dan Bingo itu sebagai tontonan wajib bagi buah hatinya untuk hiburan dan belajar.

Untuk diketahui bahwa CoComelon merupakan konten animasi tiga dimensi asal AS yang menceritakan petualangan JJ bersama saudara-saudaranya.

Konten tersebut disajikan dengan grafis, cerita, dan lagu-lagu yang ceria untuk membantu anak belajar huruf, angka, suara binatang, hingga pelajaran kehidupan.

Meski popularitasnya melejit hingga mampu mengumpulkan 136 juta subscriber di YouTube, sebagian orangtua ternyata mengkhawatirkan konten dari serial tersebut.

Pasalnya CoComelon diyakini sejumlah orangtua menyebabkan tantrum dan keterlambatan bicara pada anak.

Seperti yang diungkap salah satu pengguna TikTok @sierrarenaeee. Ia menyebut anak laki-lakinya yang berusia dua tahun mengalami keterlambatan bicara dan kecanduan CoComelon.

"my 2 year old is speech delayed and addicted to cocomelon. switched to ms. rachel 2 days ago and he's already saying more worda and hasn't had any tantrums."

Kalimat itu ditulis @sierrarenaeee di salah satu konten TikTok-nya yang diunggah pada 12 Desember 2021 yang lalu.

Selain @sierrarenaeee, kekhawatiran senada juga diungkap pengguna TikTok lainnya @Sara yang menyebut CoComelon adalah konten yang buruk.

"Itu terlalu menstimulasi yang dapat menunda banyak perkembangan (anak), tulis @Sara.

Tanggapan pakar

Terlepas dari benar atau tidaknya CoComelon menyebabkan tantrum dan terlambat bicara, serial ini mungkin saja mendatangkan dampak negatif bagi perkembangan anak.

Hal tersebut disampaikan oleh ahli patologi bahasa-bicara anak, Kassie Hanson, seperti dilansir dari Parents.

Akan tetapi, Hanson lebih menekankan pada pengaruh intensitas anak ketika menonton konten serupa, seperti acara di TV, selain CoComelon.

"Dampak terhadap perkembangan anak bervariasi tergantung pada usia anak dan apa yang ditonton," ujar Hanson.

"Ada penelitian yang jelas bahwa tayangan untuk anak di bawah dua tahun dapat berdampak negatif pada perhatian, kognitif, dan komunikasi," tambahnya.

Karena alasan itulah, Hanson menjelaskan bahwa yang dibutuhkan anak di bawah usia dua tahun adalah interaksi dengan orang, bukannya layar.

Khusus untuk anak di atas usia tersebut, ia menerangkan, menonton layar diperbolehkan asal dibatasi dan ada interaksi antara orangtua dengan anak ketika melihat suatu tontonan.

Sementara beberapa orangtua menyoroti dampak negatif dari CoComelon, Hanson mengatakan program anak secara umum memang punya pengaruh bagi si buah hati.

"Tontonan yang cepat dengan konten berkualitas rendah bisa sangat berbahaya karena hanya sedikit atau tidak ada nilai tambah dan terlalu merangsang otak anak," jelas Hanson.

Karena alasan itulah anak bisa saja rewel ketika orangtua menyudahi tontonan dari serial yang ditontonnya.

Lebih parahnya lagi, konten yang tidak berkualitas dapat mengajari anak berdebat dengan orangtua atau memukul anak lain.

Pengaruh buruk yang disampaikan Hanson juga tercermin dari sebuah studi yang dilakukan peneliti University of Alberta.

Pasalnya mereka mendapati anak yang menghabiskan setidaknya dua jam per hari di depan layar lima kali lebih mungkin menunjukkan gejala ADHD.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan anak yang menatap layar hanya selama 30 menit atau kurang.

"Jika orangtua memilih membiarkan anak Anda menonton TV, penting untuk memilih acara berkualitas tinggi," tandas Hanson.

Benarkan acara TV dan CoComelon menyebabkan tantrum dan terlambat bicara?

Kembali lagi ke bahasan awal, pakar memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang CoComelon yang menyebabkan tantrum dan keterlambatan bicara pada anak.

Salah satunya diungkap konselor kesehatan mental klinis asal Walden University, Rebecca G. Cowan.

"Tanpa penelitian empiris pada acara CoComelon, tidak ada data untuk mendukung klaim bahwa acara ini terlalu merangsang karena kecepatan adegannya," jelasnya.

Ia menambahkan, tidak ada bukti bahwa CoComelon menyebabkan tantrum atau keterlambatan bicara.

Akan tetapi, pendapat yang berbeda dibeberkan dokter anak dan direktur medis di Northwestern Medicine Lake Forest Hospital, Michael Bauer, M.D., FAAP.

"Penelitian telah menunjukkan hubungan antara menonton berlebihan pada anak usia dini dan keterlambatan bahasa, kognitif, dan sosial-emosional," kata Bauer.

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikatakan oleh Hanson. Ia menyampaikan, anak yang menatap layar terlalu lama cenderung mengalami keterlambatan bicara.

"Namun, beberapa orangtua telah menemukan bahwa TV interaktif yang sangat mendidik dapat menjadi titik awal untuk membantu anak mempelajari kosalata baru jika berusia lebih dari dua tahun," tambahnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/05/27/081750420/cocomelon-bikin-anak-terlambat-bicara-dan-tantrum-cek-faktanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke