Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Topik Viral Alasan Tinggalkan Pasangan di Twitter, Ini 7 Pembenarannya

Hal ini berawal dari salah satu unggahan yang mempertanyakan motif banyak orang tega mengakhiri hubungannya.

Cuitan ini langsung memicu berbagai respon dari netizen yang membeberkan alasannya meninggalkan pasangannya, tak peduli berapa lama usia hubungan tersebut.

Berbagai penyebab disampaikan termasuk soal kecenderungan perselingkuhan, kepribadian yang buruk dan berbagai hal lainnya.

Kadangkala, romansa yang kita jalani tidak memuaskan dan malah menjadi beban sehingga tidak layak dipertahankan.

Pada momen seperti inilah, kita merasa lebih baik melajang daripada bertahan, terlepas dari perasaan yang masih tersimpan untuk pasangan.

Faktor yang dipertimbangkan misalnya waktu dan energi yang telah dicurahkan atau tahap kehidupan yang kini telah berbeda.

Dikutip dari Well+Good, ada sejumlah alasan valid untuk meninggalkan pasangan kita menurut para pakar, antara lain.

Terjebak siklus argumen yang sama

Kita dan pasangan sulit melakukan kompromi dan memecahkan masalah yang dihadapi, terbukti dengan adanya argumen yang serupa berulang-ulang.

“Tidak peduli apa yang Anda lakukan dan bagaimana Anda mencoba untuk memperbaiki masalah yang muncul dengan pasangan Anda, tampaknya tidak ada solusi damai,” kata pakar hubungan di New York, Susan Winter.

“Proses ini melelahkan dan menghambat pertumbuhan kemitraan apa pun.”

Siklus ini bisa disebabkan adanya perbedaan pendapat yang mendasar maupun gaya komunikasi yang tidak cocok.

“Mungkin rasanya Anda dan pasangan berbicara dalam bahasa yang berbeda,” kata relationship trainer, Tennesha Wood

Kita berusaha berkomunikasi namun pesannya tidak pernah tersampaikan sehingga putus sepertinya menjadi solusi lebih baik.

“Memiliki kesendirian dan waktu sendirian diperlukan dalam setiap hubungan, tetapi jika Anda mendapati diri Anda ingin jauh dari pasangan Anda secara konsisten, inilah saatnya untuk meninggalkannya,” kata Wood.

Jika masih ragu, coba lakukan tes sederhana degan mengukur kegembiraan kita saat akan bertemu pasangan.

Kalau kita tak lagi merasa senang dan berdebar-debar mendengar suara kendaraannya tiba di depan rumah, mungkin saatnya untuk move on serta fokus pada diri sendiri.

Merasa tidak bisa jadi diri sendiri

Pasangan seharusnya bisa membantu kita menjadi diri sendiri, bahkan dalam versi yang lebih baik.

"Jika Anda menemukan bahwa elemen inti tertentu dari diri Anda telah ditekan atau diubah dalam hubungan, mungkin sudah saatnya untuk melakukan eksplorasi diri atau berhenti," kata Maya Maria Brown, pakar hubungan pribadi asal AS.

Demikian pula jika hubungan saat ini hanya memunculkan diri diri yang negatif seperti pesimis dan menghakimi orang lain.

"Dalam salah satu skenario ini, hubungan Anda mungkin menghalangi identitas Anda, yang merupakan salah satu alasan terkuat untuk putus dengan seseorang," jelas Brown.

Perbedaan sudut pandang

Alih-alih mencerminkan ketidaksepakatan sederhana, perbedaan pendapat kita dan pasangan terasa mendasar dan berisiko tinggi.

Misalnya dalam menyikapi isu politik atau sisi pasangan yang tidak bisa kita pahami atau kenali sebelumnya. 

Salah satu dari perbedaan ini bisa menjadi alasan untuk putus dengan seseorang, terutama jika sering muncul.

"Jika Anda merasa malu di depan orang lain ketika pasangan Anda berbicara, putus mungkin membuat Anda lebih bahagia," kata terapis hubungan Laurel Steinberg, PhD.

"Selain itu, Anda mungkin bertanya-tanya apakah orang lain merasa tidak enak karena memiliki pasangan ini, yang dapat menyebabkan Anda menjauhkan diri untuk menghindari perasaan seperti ini."

Tidak merasa jadi bagian hubungan yang dijalani

Kita mungkin tidak memiliki kontribusi yang sama besarnya dalam hubungan saat ini dibandingkan pasangan.

"Tetapi jika Anda merasa seolah-olah Anda telah menanggung beban yang jauh lebih besar dari keseluruhan beban kerja tanpa pengakuan, itu akan dengan cepat menyebabkan penurunan kepuasan dengan hubungan tersebut," kata Brown.

Sebaliknya, ketika pasangan terasa terlalu dominan atau menyedot semua energi emosional, kita akan cenderung merasa dikesampingkan.

Jika mengalami hal seperti itu, meninggalkan pasangan untuk mendapatkan hubungan baru sepertinya adalah solusi terbaik.

Hal ini bisa muncul dari riwayat diselingkuhi, dikhianati atau perilaku menyakitkan lainnya di masa lalu.

Meskipun mengaku sudah memaafkan namun jika perasaan itu belum hilang maka putus mungkin akan lebih baik.

“Kebencian membunuh ketertarikan, keinginan, dan keintiman kita,” kata Winter.

“Dan kebencian yang dibiarkan berlarut-larut pada akhirnya akan menghancurkan cinta kita.”

Visi masa depan yang tidak selaras

Target menikah, pengembangan karier, rencana kehidupan yang tidak selaras bisa menjadi pembenaran untuk meninggalkan pasangan kita saat ini.

Pasangan kita harus menjadi orang yang dapat dilihat dalam visi maupun rencana masa depan kita dan sebaliknya.

"Itu juga berarti mereka akan menjadi orang yang berdiri di sisi Anda di acara kehidupan mendatang, baik dan buruk," kata Brown.

“Apakah ini orang yang ingin Anda bawa ke pernikahan saudara laki-laki Anda? Apakah Anda ingin mereka bersama Anda di pemakaman anggota keluarga? Dapatkah Anda membayangkan mereka di sisi Anda di dokter, apakah Anda mendapatkan kabar baik atau buruk?"

Jika jawabannya bukan 'ya' untuk semua hal di atas, kemungkinan besar, maka putus sepertinya akan jauh lebih baik dibandingkan tetap bersama.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/05/27/102921520/topik-viral-alasan-tinggalkan-pasangan-di-twitter-ini-7-pembenarannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke