Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Kabar Era “New Normal”?

RATUSAN pengunjung mal bersorak-sorai kegirangan, bergoyang, dan berdendang mengiringi suara sang biduan yang beradu keras dengan musik yang menghentak cepat.

Sebuah konser “gratisan” di sebuah mal terkemuka di Jakarta Barat seolah menghantarkan pengunjung ke dimensi yang berbeda dari pandemi yang belum dinyatakan resmi berakhir.

Tiada lagi jaga jarak, semua berhimpitan. Tangan kanan diacungkan ke atas sambil memegang ponsel untuk merekam gerak tari nan memukau.

Untung pengunjung cukup tertib dan tidak ada aksi dorong-mendorong. Bersyukur juga semua pengunjung masih disiplin menggunakan masker. Walau tak sedikit yang mulai menurunkan masker hingga ke dagu.

“Saya bahagia sekali hari ini setelah sekian lama menunggu ini terjadi,” seru sang biduan membuka pertunjukan. Pengunjung bertepuk tangan senang.

Dua tahun lebih sudah pandemi berlangsung. Di bulan ini, Juni 2022, pemandangan sudah jauh berbeda. Seperti di mal itu.

Ketika Presiden Joko Widodo menyatakan masker sudah boleh dilepas jika beraktivitas di luar ruang dan tidak banyak kerumunan orang, masyarakat menyambut dengan gembira.

Tak kurang pakar kesehatan menganjurkan agar warga tetap bermasker, terutama untuk lansia.

Tak sedikit pula warga yang tetap mempertahankan kebiasaan bermasker dengan sejumlah alasan masuk akal.

Prediksi dua tahun lalu

Dua tahun lalu sejumlah pengamat memprediksi adanya perubahan perilaku masyarakat yang akrab disebut era new normal atau ada yang menyebut adaptasi kebiasaan baru, setelah pandemi terkendali atau berakhir.

Lembaga riset Inventure, misalnya, pernah merilis 100 (seratus) prediksi new normal, kehidupan setelah Covid-19.

Prediksi tersebut dibagi ke dalam sepuluh kategori, yaitu: 1) kehidupan keluarga, 2) kehidupan urban dan kota, 3) kehidupan sosial dan religius, 4) kehidupan digital dan privasi, 5) belanja dan konsumsi, 6) kehidupan pekerja dan profesional, 7) pembelajaran dan sekolah, 8) leisure dan perjalanan, 9) hiburan, dan 10) bandara dan penerbangan.

Dari sepuluh kategori itu, dapat dikatakan semua cenderung kembali ke aktivitas seperti biasa. Orang kembali bekerja di kantor.

Umat beragama kembali beribadah di rumah peribadatan. Pelajar belajar di sekolah. Mahasiswa kembali ke kampus. Bandara mulai ramai. Orang pergi berwisata seperti dulu.

Hal ini sesungguhnya sejalan dengan hasil survei yang dilaksanakan pada pertengahan Mei 2020 hingga awal Juni 2020, oleh Hetty Karunia Tunjungsari dari FEB Untar untuk merekam perilaku selama pandemi dan kemungkinan kebiasaan yang akan terus berlanjut (Kompas.com, 26 Juni 2020).

Survei ditujukan pada 242 responden yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia kecuali Papua, Nusa Tenggara, dan Maluku.

Hasil survei tersebut memperlihatkan kebiasaan yang akan dilanjutkan setelah pandemi usai, yaitu menggunakan masker, selalu menjaga kebersihan dengan intens mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, mengikuti webinar, dan konsultasi kesehatan daring sebelum pergi ke dokter.

Kondisi terkini

Sementara untuk kebiasaan yang lain, lebih dari separuh responden berkecenderungan untuk kembali melakukan kebiasaan lama, sebagaimana dilakukan sebelum pandemi terjadi.

Mereka tetap ingin menikmati makan di restoran, belanja di toko, belajar di sekolah, bekerja di kantor, dan menikmati layanan jasa secara langsung.

Kerumunan orang pun tampaknya tak lagi menakutkan. Kondisi terkini telah mengonfirmasi temuan tersebut.

Walau tidak mudah juga bagi sejumlah pihak untuk kembali beraktivitas seperti dulu lagi, seperti ketika siswa “dipaksa” kembali ke sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka.

Atau mahasiswa yang enggan balik ke kampus karena pembelajaran jarak jauh dirasa “lebih nyaman” karena bisa mengikuti kuliah sambil selonjoran atau berbaring sembari tidur-tiduran.

“Untuk perkuliahan di kelas, seru juga. Tapi nggak untuk ujian,” ungkap seorang mahasiswa yang merasa terbantu karena diberi “kemudahan” selama home learning.

Demikian juga karyawan yang harus kembali bekerja di kantor dan meninggalkan WFH karena perusahaan sudah tidak memberlakukan kebijakan itu lagi.

Ya, semua berangsur menjalani hari-hari yang dulu biasa dijalani. Jalan-jalan kembali ramai. Didera kemacetan yang hebat. Kepadatan di mana-mana.

Sekejap terlintas kenangan di masa pandemi yang pernah hadir. Ketika lalu lintas lancar karena orang lebih banyak beraktivitas di rumah dan menjalankan sejumlah kebiasaan baru, yang kini perlahan mulai ditanggalkan.

Akankah pemandangan itu kembali hadir tanpa harus terjebak dalam pandemi lagi?

*Frangky Selamat, Dosen Tetap Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/09/063000820/apa-kabar-era-new-normal-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke