Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini yang Terjadi jika Tubuh Mendapatkan Asupan Protein Berlebih

KOMPAS.com - Segala yang berlebihan tentu memang tidak baik, termasuk asupan protein.

Ya, meski protein penting bagi tubuh, kita hanya memerlukan sekitar 0,45 gram per harinya bagi pria dan 0.35 gram bagi wanita.

Nah, jika dikonsumsi berlebihan, ada beberapa hal yang akan terjadi, seperti rasa haus, napas berbau tidak sedap, atau bertambah gemuk. Berikut perinciannya.

Rasa haus

Tidak hanya dapat mendatangkan malapetaka pada ginjal, terlalu banyak protein juga bisa membuat kita merasa haus.

Hal ini disebabkan nitrogen dalam jumlah tinggi bersifat racun.

“Jadi agar tetap aman, tubuh menggunakan cairan dan air untuk mengeluarkannya, dan hal itu membuat kita merasa haus,” ujar ahli diet dari Healthy Simple Life. Cassie Bjork, RD, LD.

Untungnya, efek haus ini dapat dihilangkan dengan meningkatkan asupan air.

Napas berbau tak sedap

Banyak orang mengonsumsi banyak protein karena mengurangi karbohidrat.

Lalu saat menjalani diet rendah karbohidrat, tubuh pun menggantinya dengan membakar lemak yang disimpan untuk energi.

Sayangnya, proses ini dapat membuat napas bau.

"Bila Anda tidak makan cukup karbohidrat, tubuh membakar lemak dan protein untuk bahan bakar. Proses ini disebut ketosis. Sayangnya, keton memiliki bau yang tidak sedap yang tidak dapat ditutupi dengan menyikat gigi atau flossing," ujar ahli diet terdaftar, Isabel Smith. , MS, RD, CDN.

Mengurangi dosis protein harian dan meningkatkan karbohidrat dapat mengatasi masalah ini, seperti halnya menggandakan asupan air.

Untuk mencegahnya, cobalah perhatikan kembali asupan protein per harinya.

Bertambah gemuk

Meski dapat membantu menurunkan berat badan pada awalnya, mengurangi protein dapat menyebabkan penambahan berat badan dalam jangka panjang.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan Spanyol, peserta diminta mengisi kuesioner terkait kebiasaan makan mereka selama enam tahun.

Hasilnya, ditemukan bahwa makan makanan berprotein tinggi memiliki risiko 90 persen lebih besar dalam membuat badan lebih berat dibanding mereka yang makan lebih sedikit.

Bahkan penambahan berat badan itu pun tak sedikit, yaitu sekitar 10 persen dari berat tubuh para partisipan.

Ginjal bekerja lebih keras

Saat memakan daging dan sumber protein lainnya, tubuh akan menerima asupan nitrogen yang biasanya terkandung dalam asam amino pembentuk proteins.

Nah, jika mengonsumsi protein dalam jumlah normal, nitrogen akan dikeluarkan tubuh. Namun jika berlebihan, ginjal kita akan bekerja lebih keras untuk membuang semua nitrogen yang ada.

"Meski tidak berbahaya dalam jangka pendek, terus menerus melakukannya dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal,” ujar Bjork.

Menambah lemak perut

Selain dapat menambah berat badan, rupanya asupan protein berlebih dapat membuat timbunan lemak perut.

Hal ini terjadi karena tubuh mengonsumsi lebih banyak protein dibanding yang dibutuhkan tubuh.

Hasilnya, protein ekstra bisa disimpan tubuh sebagai lemak, sementara kelebihan asam amino akan dibuang begitu saja.

Memperpendek umur

Sebuah penelitian di jurnal Cell Metabolism menemukan bahwa makan makanan kaya protein hewani empat kali atau lebih dalam sehari mungkin menjadi pemicu kematian akibat kanker.

Bahkan, ada beberapa studi lain yang mendukung pendapat tersehut.

Misalnya, WebMD yang menemukan bahwa pelaku diet protein tinggi memiliki risiko kematian 66 persen lebih besar selama masa studi dibandingkan mereka yang makan lebih sedikit protein.

Mual

Ketika terlalu banyak mengonsumsi protein, seperti dada ayam, protein shake, dan telur, enzim pencernaan rupanya tidak dapat mengimbanginya.

"Hal ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan mual. Jadi, mengurangi asupan protein dapat mengurangi rasa tidak nyaman itu,” ujar Bjork.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/14/080357720/ini-yang-terjadi-jika-tubuh-mendapatkan-asupan-protein-berlebih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke