Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ulysse Nardin Gabungkan Konsep Arloji Selam dan Skeleton, Hasilnya?

KOMPAS.com - Jam tangan selam (dive watch) dan jam tangan skeleton adalah dua tipe penunjuk waktu yang memiliki basis penggemar yang berbeda.

Rata-rata orang yang membeli jam tangan selam ingin agar jam tangan mereka dapat bertahan ketika dipakai beraktivitas di dalam air.

Sedangkan, pembeli jam tangan skeleton adalah mereka yang mengagumi keindahan gerakan mesin yang terlihat dari balik dial.

Lalu apa jadinya jika jam tangan selam dan jam tangan skeleton digabung menjadi satu?

Itulah yang sudah dilakukan oleh pembuat jam Swiss Ulysse Nardin sejak tahun lalu.

Menggabungkan fitur dial transparan serta bodi yang kokoh dan sporty, Ulysse Nardin mengenalkan model yang dinamai Diver x Skeleton pada April 2021.

Diver x Skeleton pertama hadir dalam cangkang biru dengan tali berwarna jingga.

Ulysse Nardin memadukan elemen desain dari dua jajaran produk perusahaan, Diver dan Skeleton X.

Cangkang berdiameter 44 milimeter dan bezel pada arloji ini terbuat dari carbonium, material komposit kuat dengan bobot ringan yang banyak digunakan dalam industri penerbangan.

Material tersebut kemudian diberi lapisan physical vapor deposition (PVD) berwarna biru.

Komponen "X" ganda di tengah dial Diver x Skeleton mengambil referensi desain dari model Blast Skeleton Tourbillon (diperkenalkan Ulysse Nardin di tahun 2020).

Komponen ini berfungsi untuk melindungi bagian mesin.

Saat itu Ulysse Nardin hanya melepas Diver x Skeleton sebanyak 175 unit, dan terjual habis dalam waktu singkat.

Kini, watchmaker mengungkap Diver x Skeleton baru dalam cangkang hitam berukuran 44 mm x 16 mm.

Terlepas dari dimensi yang besar dan tampilan yang kokoh, bobot arloji ini terbilang sangat ringan.

Bagian cangkang diberi bahan titanium, dan dilapisi material diamond-like carbon (DLC) hitam.

Kenop pemutar yang berada di sisi kanan cangkang diapit oleh pelindung karet agar terhindar dari benturan.

Khusus di bagian bezel, pembuat jam mengaplikasikan bahan carbonium, bahan yang digunakan pada Diver x Skeleton generasi pertama.

Carbonium adalah material yang terbuat dari serat karbon dan senyawa kimia epoksi bersuhu tinggi.

Karakteristik carbonium yaitu berbobot ringan, kuat, dan tahan lama. Makanya, material ini sering dipakai untuk badan dan sayap pesawat terbang.

Bukan hanya tiga kali lebih kaku dari titanium, carbonium juga 40 persen lebih ringan dari aluminium.

Ulysse Nardin mengklaim, produksi carbonium berdampak lebih rendah terhadap lingkungan (40 persen) dibandingkan komposit karbon lain, karena carbonium yang digunakan berasal dari sisa-sisa potongan badan pesawat.

Tekanan tinggi dan suhu tinggi yang diperlukan untuk membuat material carbonium menghasilkan pola marmer yang unik di bagian bezel.

Artinya, kita tidak akan menemukan Diver x Skeleton Black yang memiliki pola marmer sama dengan Diver x Skeleton Black lain.

Bezel ini menampilkan skala waktu 60 menit dengan indeks berwarna putih dan kuning.

Memadukan dua model yang berbeda --Diver dan Skeleton-- ke dalam arloji Diver x Skeleton Black bukanlah hal yang mudah.

Ulysse Nardin harus mempertahankan ciri khas dari model Blast Skeleton, yaitu komponen X ganda yang melintang di bagian dial.

Pada sebagian besar model Blast Skeleton, pola X besar dipasang pada flange (ring yang berada di antara dial dan bezel).

Sedangkan pola X kedua yang lebih kecil ditopang oleh jendela (window) persegi panjang di atasnya.

Namun pembuat jam tidak dapat menerapkan konsep yang sama di Diver x Skeleton Black, karena mesin yang digunakan berbeda.

Pola X besar dalam warna hitam dengan lis kuning dipasang pada flange dan posisinya berada di bawah pola X yang lebih kecil.

Nah, pembuatan pola X kecil yang dilapisi PVD hitam jauh lebih kompleks dan menyebabkan ilusi berjenjang atau bertingkat pada dial.

Bagian tepi dari X kecil ini hampir tidak menempel pada flange, sehingga seolah-olah pola tersebut mengambang di atas mesin jam.

Ilusi serupa juga ditemukan pada indeks atau penanda jam yang tampaknya diletakkan di atas flange, padahal sebenarnya berada di bawah flange.

Demi memudahkan keterbacaan waktu, jarum dan indeks dilapisi material Super-LumiNova putih.

Sementara itu, jarum yang menunjukkan detik diberi Super-LumiNova kuning.

Proses pembuatan pola X yang sedemikian rumit ini tidak menghalangi pandangan pengguna untuk melihat gerakan mesin di bawahnya.

Untuk menggerakkan arloji Diver x Skeleton, Ulysse Nardin memodifikasi ulang mesin manual UN-371 (digunakan di koleksi Blast Skeleton) menjadi mesin otomatis kaliber UN-372.

Mesin UN-372 memiliki rotor besar berbentuk X dengan arm terbuka agar pengguna bisa menyaksikan mesin dari kedua sisi cangkang.

Mesin tersebut berdetak dalam kecepatan 21.600 vph dan menawarkan cadangan daya 72 jam.

Demi menegaskan citra sebagai jam tangan selam, Ulysse Nardin membuat agar Diver x Skeleton Black tahan air hingga tekanan 200 meter.

Ulysse Nardin memberi sentuhan akhir berupa dua opsi tali. Pertama, tali karet berwarna kuning yang senada dengan aksen kuning di bagian dial dan bezel.

Adapun opsi tali berwarna hitam yang terbuat dari jaring penangkap ikan yang sudah didaur ulang.

Sama seperti model terdahulu, Ulysse Nardin Diver x Skeleton Black diproduksi dalam jumlah terbatas, yakni 175 unit.

Setiap arloji dijual seharga 24.500 franc Swiss atau kira-kira setara dengan Rp 379 juta.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/28/080000620/ulysse-nardin-gabungkan-konsep-arloji-selam-dan-skeleton-hasilnya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke