Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Baby Blues Vs Depresi Pascapersalinan, Kenali Perbedaannya

Namun pengalaman buruknya itu berhasil terlewati berkat dukungan dari suaminya, Randi Bachtiar dan keluarganya.

Saat melahirkan anak keduanya pada akhir Januari lalu, ia merasa lebih siap secara mental sehingga tak lagi mengalami baby blues.

Baby blues Vs depresi pascapersalinan

Baby blues adalah perasaan sedih, kecemasan dan emosi negatif lainnya yang biasanya dialami perempuan setelah melahirkan. 

Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa membahayakan baik untuk ibu dan bayi.

Dalam beberapa kasus terdahulu, baby blues menyebabkan seorang ibu menganiaya anaknya bahkan menghilangkan nyawanya sendiri.

Meski terkesan kejam, perilaku tersebut sebenarnya buah dari gangguan kesehatan mental yang dialami oleh para ibu tersebut.

Setelah melahirkan, seseorang bisa tiba-tiba merasa tidak bersemangat, sedih, murung bahkan ingin menangis.

Tentunya ini mengherankan karena kehadiran anak identik dengan kebahagiaan untuk setiap orangtua.

Faktanya, menjadi ibu membuat kondisi emosional seseorang rentan sehingga berisiko mengalami masalah kesehatan mental.

Dua keluhan yang paling sering dialami adalah baby blues dan depresi pascapersalinan.

Dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan, kita mungkin merasa ingin menangis atau sedih tanpa alasan.

Ini adalah gejala dari baby blues, yang sangat umum dialami oleh semua ibu yang baru melahirkan.

“Statistik yang biasanya dikutip adalah sekitar 70-80 persen wanita melaporkan perasaan sedih atau menangis setelah melahirkan," kata spesialis kandungan Cleveland Clinic, Erica Newlin, MD.

“Baby blues dapat dipengaruhi oleh kurang tidur, stres dan perubahan hormonal,” tambahnya.

"Jadi, jika Anda merasa seperti itu, ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian dan itu sangat normal," tegas Dokter Newlin.

Tingkat keparahan dan intensitas waktu menjadi pembeda utama

Perbedaan terbesar antara baby blues dan depresi pascamelahirkan adalah tingkat keparahan dan lamanya waktu.

Baby blues cenderung memuncak pada minggu pertama setelah melahirkan dan menghilang dalam dua minggu pertama.

Namun jika lebih dari itu atau bahkan memburuk, maka itu bisa menandakan depresi pascamelahirkan, yang perlu ditangani segera oleh dokter.

Depresi pascamelahirkan juga memunculkan perasaan negatif yang begitu kuat dan mengganggu aktivitas harian kita.

Misalnya tidak lagi bisa menikmati hal yang biasanya disenangi, merasa tidak berharga atau putus asa dan tak mampu merawat diri sendiri serta anak yang baru dilahirkan.

"Katakanlah Anda tidak bisa bangun dari tempat tidur di pagi hari, atau Anda tidak bisa makan, atau Anda makan terlalu banyak — itu semua lebih mirip gejala depresi daripada baby blues.”

Depresi yang kerap dialami pada ibu muda ini juga menghilangkan semua kegembiran dan kebahagian yang hadir karena anak.

"Meskipun Anda lelah dan stres, Anda harus merasakan kegembiraan dan kebahagiaan selama masa nifas. Jika tidak, itu tanda peringatan," kata Newlin.

"Anda telah menginternalisasi perasaan putus asa dan tidak berharga itu, dan Anda tidak dapat menikmati apa pun tentang periode pascapersalinan itu," kata Dr. Newlin.

Penanganan yang terlambat bisa berdampak buruk bahkan membahayakan nyawa ibu, anak dan keluarga di sekitar.

Sementara itu, baby blues yang bersifat sementara bisa hilang setelah beberapa minggu namun tetap butuh perhatian khusus.

Beberapa cara yang bisa coba dilakukan sendiri antara lain:

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/07/01/094751020/baby-blues-vs-depresi-pascapersalinan-kenali-perbedaannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke