BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Hemaviton C1000
Salin Artikel

Bahaya untuk Lingkungan, Ini 5 Fakta tentang Sampah Plastik

KOMPAS.com – Sampah plastik menjadi salah satu pekerjaan rumah yang wajib segera diselesaikan Indonesia. Pasalnya, Indonesia merupakan negara kedua penghasil limbah plastik terbesar di dunia setelah China.

Menurut data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, limbah plastik yang dihasilkan Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3,2 juta ton terbuang ke laut.

Dengan jumlah sebanyak itu, akan ada masalah serius bagi keberlangsungan lingkungan dan manusia. Sebab, sampah plastik baru bisa terurai secara alami dalam kurun waktu 100-500 tahun.

Jika tidak ada tindakan, sampah plastik akan menumpuk. Tumpukan sampah plastik di daratan akan menjadi polutan yang mencemari tanah. Sementara, jika dibakar, sampah plastik menghasilkan racun yang bisa menyebabkan penyakit serius.

Kemudian, sampah plastik yang terbuang ke laut juga bisa mengancam keberagaman hayati dan biotanya.

Berikut adalah lima fakta terkait sampah plastik di Indonesia.

Harga murah

Bahan baku yang murah dan mudah diperoleh membuat plastik masih diandalkan banyak pelaku industri. Hal tersebut pun dinilai dapat menghemat biaya operasional usaha.

Coba saja cek barang-barang yang ada di sekitar atau yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari perabotan rumah tangga, peralatan elektronik, hingga kemasan, terdapat unsur plastik.

Sampah plastik didominasi oleh kemasan produk

Berdasarkan data dari Inaplas, 65 persen sampah plastik di Indonesia berasal dari kemasan produk kebutuhan sehari-hari. Sebanyak 60 persen di antaranya berasal dari industri makanan dan minuman.

Di sisi lain, masyarakat sebagai konsumen produk belum memiliki kesadaran untuk menggunakan plastik secara bijak. Pembuangan sampah kemasan plastik pun masih dilakukan sembarangan tanpa memilah terlebih dahulu. Hal ini berujung pada peningkatan jumlah sampah plastik.

Hanya 10 persen sampah plastik yang didaur ulang

Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) pada 2019, hanya 10 persen dari total sampah plastik per tahun yang didaur ulang. Sisanya, 90 persen dibiarkan begitu saja.

Kementerian LHK juga menemukan, hanya 60 persen dari total sampah plastik per tahun yang diangkut ke TPA. Lalu, 30 persen sisanya tidak terkelola hingga mencemari lingkungan.

Pemilahan sampah di rumah tangga tidak berjalan dengan baik

Di Indonesia, sampah rumah tangga tidak dipilah dengan baik, baik secara mandiri maupun di tempat pembuangan akhir (TPA). Pada akhirnya, seluruh sampah hanya akan dikumpulkan pada satu tempat pembuangan.

Hal tersebut terjadi karena sejumlah faktor, seperti kesadaran masyarakat yang kurang atas pemilahan sampah. Selain itu, fasilitas pemilahan di TPA khusus reduce, reuse, and recycle (3R) yang ada di Indonesia pun terbatas dan tidak terkelola dengan baik.

Mikroplastik cemari air laut

Dari total seluruh sampah plastik di Indonesia, setidaknya 10 persen di antaranya terbuang ke laut melalui sungai. Penghuni daerah bantaran sungai dan pesisir pun menjadi menyumbang pencemaran tersebut.

Saat terapung di laut, plastik akan terpecah menjadi mikroplastik berukuran sangat kecil. Fragmen ini mengapung di lautan tanpa dapat terurai, bahkan berisiko tertelan plankton yang merupakan rantai makanan terkecil dari ekosistem laut. Ikan-ikan pemakan organisme tersebut otomatis akan terkena imbasnya.

Plastik yang terapung juga dapat merusak ekosistem laut, seperti terumbu karang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Joleah B Lamb pada 2018, plastik dapat memicu kolonisasi mikroba patogen yang membuat terumbu karang terjangkit penyakit. Plastik pun menghalangi sinar matahari sehingga terumbu karang tidak bisa berfotosintesis.

Itulah lima fakta tentang sampah plastik. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, langkah pencegahan penumpukan sampah plastik sudah harus dilakukan. Jika tidak, dampak terhadap lingkungan di masa depan tidak main-main.

Salah satu langkah penyelamatan lingkungan dari bahaya sampah plastik bisa dilakukan dengan mengurangi penggunaan plastik. Mulailah membiasakan diri membeli produk rutin konsumsi, yang menggunakan bahan nonplastik dan ramah lingkungan.

Salah satu produk di pasaran dengan kemasan ramah lingkungan adalah, minuman vitamin hemaviton C1000 Total Care. Produk suplemen penjaga daya tahan tubuh ini menggunakan kemasan kaleng ramah lingkungan, yakni aluminium dengan kode 41 ALU.

Untuk diketahui, menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (Environmental Protection Agency/EPA), sampah kaleng aluminium tiga kali lebih mudah didaur ulang ketimbang sampah plastik.

Dengan begitu, selain menjaga daya tahan tubuh di tengah kondisi yang tidak menentu ini, mengonsumsi hemaviton C1000 Total Care membuat kamu ikut berpartisipasi dalam mengurangi sampah plastik.

Sebagai informasi, hemaviton C1000 Total Care memiliki formulasi Total Care. Terdiri dari buffered vitamin C 1.000 miligram (mg) yang membuat tingkat keasaman vitamin C berkurang, sehingga nyaman di lambung. Kemudian, ada pula kandungan vitamin D3 dan zink. Ketiga nutrien tersebut bekerja untuk meningkatkan imun di seluruh lini pertahanan tubuh, mulai dari kulit hingga sel.

Selain itu, hemaviton C1000 Total Care hadir dalam pilihan rasa menyegarkan, yakni lemon dan jeruk. Produk ini juga tersedia dalam varian less sugar yang menggunakan pemanis alami stevia. Seluruh produk sudah tersertifikasi halal.

Yuk, jaga lingkungan dengan membeli produk harian ramah lingkungan, seperti hemaviton C1000 Total Care. Produk ini bisa Anda dapatkan di gerai minimarket atau supermarket terdekat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/07/07/184625820/bahaya-untuk-lingkungan-ini-5-fakta-tentang-sampah-plastik

Bagikan artikel ini melalui
Oke