Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perkembangan Jam Tangan dari Masa ke Masa

KOMPAS.com - Jam tangan atau wristwatch merupakan alat penunjuk waktu yang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.

Saat ini, jam tangan sudah berusia sekitar dua abad dan mengalami banyak perkembangan sejak pertama kali diperkenalkan.

Kebutuhan manusia untuk mengukur waktu sudah ada sekitar 5.000 tahun yang lalu, ketika orang Mesir kuno menemukan jam matahari (sundial).

Jam matahari memiliki desain melingkar dan periode waktu yang menginspirasi tampilan jam tangan modern.

Ketika itu, orang-orang hanya bisa membaca waktu pada jam matahari di siang hari karena mengandalkan sinar matahari.

Dari situ, pembuatan jam terus berkembang. Lahirlah jam air (water clock), sehingga orang tidak perlu lagi bergantung pada sinar matahari untuk membaca waktu.

Kemunculan jam air diikuti oleh jam pasir (hourglass) dan jam roda (wheel clock) sekitar abad ke-14.

Wheel clock dilengkapi komponen dasar yang disebut "Unrast".

Komponen ini merupakan pendahulu dari roda keseimbangan (balance wheel), namun tingkat akurasinya tidak sebaik roda keseimbangan.

Seiring waktu, orang-orang mulai memakai chain watch atau pocket watch alias jam saku.

Jam ini memiliki ukuran yang relatif besar disertai rantai untuk disematkan di saku.

Memasuki abad ke-15, jam dibuat semakin presisi, dengan terciptanya balance spring dan spiral spring.

Pegas koil menggantikan pendulum panjang yang digunakan di jam terdahulu.

Pegas koil ini menjadi fondasi bagi pembuat jam untuk mendesain jam dengan ukuran yang lebih kecil.

Pada 1673, Christiaan Huygens menciptakan jam dengan pegas spiral dan pegas keseimbangan.

Ukuran jam buatannya sudah relatif kecil dan portabel, bisa dibawa ke mana-mana.

Lahirnya jam tangan pertama

Ada beberapa versi mengenai pembuatan jam tangan pertama di dunia.

Seperti dilaporkan Guinness World Records, jam tangan pertama diciptakan Patek Philippe untuk Countess Koscowicz dari Hungaria pada tahun 1868.

Namun versi lain menyebutkan, pada 1812, Abraham-Louis Breguet diketahui merancang jam tangan pertama untuk Ratu Caroline Murat, saudara perempuan Napoleon Bonaparte.

Jam tangan buatan Breguet tersebut dilengkapi tali yang dilekatkan pada pergelangan tangan sang Ratu.

Para pria saat itu memakai jam saku dengan rantai yang diikatkan ke saku belakang, sedangkan wanita mengalungkan jam di bagian leher.

Tren seperti ini berlangsung selama hampir satu abad.

Di akhir abad ke-19, jam tangan menjadi aksesori kaum hawa, dilengkapi pita atau rantai yang memberikan sentuhan feminin.

Sedangkan, pria masih lebih senang dengan jam saku, yang ukurannya semakin ringkas dan dapat mengukur waktu secara lebih akurat.

Namun, jam saku tidak praktis untuk digunakan dalam setiap situasi.

Model jam ini cenderung rapuh dan mudah rusak atau pecah, sehingga harus disimpan di dalam saku.

Selain itu, agak repot jika harus merogoh saku, mengeluarkan jam, lalu membukanya untuk membaca waktu.

Kesulitan seperti ini juga dihadapi pilot asal Brasil, Alberto Santos Dumont.

Ia ingin agar bisa menggunakan kedua tangannya untuk mengendalikan pesawat, serta melihat waktu pada saat yang bersamaan.

Oleh karena itu, temannya pembuat jam Louis Cartier mendesain Cartier Santos untuknya di tahun 1904.

Cartier Santos dianggap sebagai jam tangan pria pertama, sekaligus jam tangan pilot pertama di dunia.

Kendati tidak memiliki banyak kesamaan dengan jam tangan penerbangan atau jam tangan pilot masa kini, Cartier Santos turut andil menjadikan jam tangan pilot sebagai salah satu kategori jam tangan tersukses sepanjang masa.

Saat ini, hampir setiap watchmaker memiliki setidaknya satu seri jam tangan penerbangan dalam katalog perusahaan.

Digunakan untuk keperluan perang

Perang Dunia I melahirkan banyak seri jam tangan yang berasal dari kebutuhan profesional dan militer.

Seri seperti Breitling Navitimer --misalnya, dilengkapi fitur navigasi untuk memudahkan pilot berupa rotating slide rule bezel (penggaris melingkar pada bezel yang dapat diputar).

Penggaris melingkar di bagian bezel ini memungkinkan pilot melakukan penghitungan penerbangan secara akurat dari jam tangan tanpa memerlukan alat tambahan.

Di era modern, penghitungan navigasi penerbangan sudah lebih praktis menggunakan komputer, tidak lagi melalui penggaris yang ada di bezel arloji.

Namun, Breitling tetap mempertahankan rotating slide rule bezel ini pada berbagai model Navitimer terbaru.

Ketika Perang Dunia I pecah, era jam saku belum berakhir. Dalam periode yang lama, jam saku dengan jam tangan "hidup berdampingan".

Seiring berjalannya waktu, pasar untuk jam tangan semakin berkembang pesat. Banyak seri jam tangan yang dibuat agar memenuhi persyaratan perang.

Misalnya, jarum (hand) yang dilapisi material bercahaya untuk meningkatkan keterbacaan waktu, bagian bodi yang tahan goncangan, serta kaca anti gores.

Revolusi Kuarsa dan dampaknya bagi industri jam tangan dunia

Pada 1930-an, jam bertenaga listrik pertama dengan teknologi kuarsa dikembangkan.

Jam kuarsa di era tersebut mengandalkan catu daya listrik atau baterai berukuran besar.

Lantaran harganya mahal, jam kuarsa hanya diproduksi dalam jumlah kecil untuk kebutuhan ilmiah.

Semua berubah ketika teknologi semikonduktor ditemukan.

Teknologi ini memungkinkan manufaktur memproduksi mesin jam kuarsa dalam ukuran yang lebih kecil.

Seiko, Patek Philippe, serta pembuat jam Jerman, Junghans mulai memperkenalkan jam meja (table clock) pertama yang ditenagai motor elektrik.

Pada 1970-an, pasar jam tangan disesaki dengan berbagai jam tangan elektrik atau kuarsa yang rata-rata dibawa oleh perusahaan asal Jepang.

Dalam hal akurasi dan harga, jam tangan kuarsa secara signifikan lebih unggul dari jam tangan mekanis yang kebanyakan diciptakan watchmaker Swiss.

Perlu diketahui, mesin jam tangan kuarsa hanya memiliki sedikit komponen, tidak seperti jam tangan mekanis yang kompleks.

Itu sebabnya, biaya produksi jam tangan kuarsa lebih murah dibandingkan jam tangan mekanis.

Jam tangan kuarsa juga dapat diproduksi dalam jumlah yang besar.

Berbagai model jam tangan kuarsa dengan harga yang lebih terjangkau mulai membanjiri pasar, termasuk Seiko Astron --jam tangan kuarsa pertama yang diperkenalkan di tahun 1969.

Hal ini membuat produsen jam tangan mekanis terjerumus ke dalam Krisis Kuarsa, atau juga dikenal Revolusi Kuarsa.

Bukan hanya perusahaan kecil yang menjadi korban, beberapa manufaktur jam mekanis kelas menengah dan kelas atas harus mengajukan kebangkrutan.

Hanya beberapa watchmaker yang dapat bertahan.

Di tahun 1970, hanya 600 dari 1.600 manufaktur jam di Swiss yang dapat tetap beroperasi.

Rolex bahkan dibuat kelabakan karena Revolusi Kuarsa. Ogah jatuh ke dalam keterpurukan, merek itu akhirnya "ikut-ikutan" mendesain arloji kuarsa, Oyster Quartz.

Rolex Oyster Quartz menjadi arloji bermesin kuarsa pertama sekaligus satu-satunya arloji kuarsa yang dimiliki manufaktur tersebut hingga saat ini.

Penggabungan antara ASUAG (General Swiss Watch Industry AG) dan SSIH (Societe Suisse de l'Industrie Horlogere) membantu menyelamatkan Swiss sebagai negara pembuat jam.

Kemudian, perusahaan Swatch yang baru didirikan ketika itu menciptakan jam tangan kuarsa murah dengan komponen yang lebih sedikit, turut membantu industri jam tangan Swiss kembali stabil.

Pasar jam tangan Swiss mulai pulih di akhir 1980-an. Jam tangan mekanis kembali populer dan mendominasi pasar.

Krisis Kuarsa membawa dampak positif bagi pembuat jam Swiss: proses manufaktur baru dikembangkan, dan banyak perusahaan yang direstrukturisasi.

Industri jam tangan Swiss berubah arah. Rata-rata watchmaker tidak hanya berfokus pada jam tangan kelas atas, melainkan juga memproduksi jam tangan terjangkau dengan teknologi kuarsa agar mampu bersaing dengan pembuat jam Asia.

Jam tangan mekanis tetap menjadi investasi yang menjanjikan dan memiliki nilai emosional yang berbeda dibandingkan jam tangan kuarsa yang dianggap murahan dan hanya berumur singkat.

Namun jika berbicara soal kecanggihan teknologi, rasanya jam tangan mekanis sulit untuk mengungguli jam tangan kuarsa.

Apalagi dengan hadirnya jam tangan pintar (smartwatch) yang diusung merek-merek semacam Apple dan Samsung, otomatis jam tangan mekanis hanya sebatas benda yang membangkitkan nostalgia, tidak lebih.

Tidak semua penggemar jam tertarik dengan kemewahan yang ditawarkan jam tangan mekanis.

Sebagian justru mencari kesederhanaan, kepraktisan, dan keakuratan waktu, yang hanya dapat ditemui pada jam tangan kuarsa dan jam tangan pintar.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/07/23/060000320/perkembangan-jam-tangan-dari-masa-ke-masa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke