Alasan yang paling sering terkuak adalah besaran gaji yang tidak sebanding dengan tanggung jawabnya.
Masalah tersebut merupakan faktor klasik yang bisa kita jumpai di banyak tempat kerja sejak lama.
Meski begitu ternyata ada faktor lain yang menyebabkan karyawan mau meninggalkan pekerjaan yang sudah digeluti. Kira-kira apa saja, ya?
1. Peluang pengembangan karier kurang
Motivasi dan moral karyawan dapat terpukul apabila tidak ada pekerjaan yang bisa digarap oleh mereka.
Maka dari itu, karyawan bisa saja memutuskan resign karena tidak ada lagi ruang untuk berkembang pada pekerjaannya saat ini.
Alasan lain yang mendorong karyawan resign adalah peluang untuk mempelajari keterampilan baru juga berkurang.
Hal itu dapat berdampak negatif pada tingkat kesejahteraan karyawan di tempat kerja.
Menurut Kepala Kesehatan dan Kesejahteraan karyawan dari asuransi kesehatan BUPA, Rachel Murray, atasan harus melatih dan mengembangkan keahlian tim kerjanya.
Mereka juga disarankan Murray membangun kekuatan masing-masing karyawan supaya mendapati potensinya.
"Mendorong tim untuk mengembangkan keterampilan (dapat) mendukung kesejahteraan karyawan, menghasilkan tim yang terlibat dan termotivasi," katanya.
2. Apresiasi
Selain uang, salah satu faktor yang mendorong karyawan ingin segera mengemasi koper lebih awal dari tempat kerjanya karena alasan apresiasi.
Pasalnya apresiasi yang rendah dapat menyebabkan karyawan tidak diakui kerja kerasnya meski sudah bekerja.
Untuk masalah yang satu ini, apresiasi kepada karyawan dapat diberikan melalui beberapa cara.
Misalnya dengan memberikan insentif keuangan atau akses ke layanan kesehatan dan kesejahteraan.
Murray mengatakan, apresiasi dari tempat kerja tidak harus diwujudkan dalam bentuk uang.
Karena pengahrgaan kepada karyawan bisa diungkapkan dalam bentuk ucapan terima kasih atau menceritakan keberhasilan seorang karyawan kepada tim kerja.
"Agar sistem penghargaan menjadi adil dan berhasil, pengakuan karyawan harus dilakukan secara teratur, dengan umpan balik yang konstruktif," saran Murray.
3. Akses ke layanan kesehatan dan kesejahteraan
Google mencatat ada peningkatan pencarian "kesehatan dan kesejahteraan di tempat kerja" menurut data BUPA.
Pasalnya tempat kerja memang perlu memberikan akses ke layanan kesehatan dan program bantuan untuk karyawan.
"Dan, sebagai hasilnya, bisnis akan mendapatkan keuntungan dari tenaga kerja yang sehat, bahagia dan termotivasi," tutur Murray.
"Mungkin menemukan pengurangan ketidakhadiran dan pergantian karyawan yang lebih rendah."
4. Micromanagement
Sebagian karyawan mungkin pernah merasakan bekerja di tempat kerja yang menerapkan micromanagement sekali seumur hidupnya.
Micromanagement merupakan gaya kepemimpinan yang ditandai adanya pengawasan dan pengarahan berlebihan dari atasan.
Ini merupakan iklim kerja yang kurang mendukung karena menjadi salah satu tanda atasan yang toxic.
Di sisi lain, micromanagement juga membawa dampak besar yang merugikan kepercayaan antara karyawan dengan atasannya.
Sistem kerja tersebut biasanya juga menjauhkan seseorang dari bisnis.
5. Lingkungan kerja yang buruk
Selain gaji, alasan karyawan mau betah bekerja di suatu tempat karena mereka merasakan lingkungan yang suportif.
Namun, jika karyawan tidak mendapatkan lingkungan kerja yang demikian, mereka bisa saja resign meski sudah mendapat gaji yang tinggi.
Hal itu bisa terjadi karena lingkungan kerja berdampak pada kesejahteraan, kepuasan, dan keterlibatan karyawan.
Beberapa faktor yang melatarbelakangi lingkungan kerja yang buruk bisa datang dari suasana tidak kondusif, buruknya manajerial, tidak ada work life balance, atau komunikasi.
Lingkungan kerja yang buruk terkadang juga mendorong cepatnya turn over atau pergantian karyawan dalam sebuah tempat kerja.
https://lifestyle.kompas.com/read/2022/07/26/060000420/diungkap-5-alasan-yang-bikin-karyawan-resign-mau-tahu
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.