Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Pesepeda Brompton "Monas" Gowes 1.500 Km London-Edinburgh-London

Namun demikian, bukan berarti sepeda buatan tangan asal Inggris ini tak bisa dipakai untuk bersepeda jarak jauh, bahkan sangat jauh.

Hal itulah yang sudah dibuktikan dan akan kembali dibuktikan oleh tiga pesepeda lipat dari komunitas Brompton Monas Cyclist (BMC) Jakarta, mulai Minggu (7/8/2022) besok.

Ketiga pesepeda itu adalah Sandi Adila yang biasa disapa Aseng (39), Hendriyanto Wijaya alias Toto (36) dan Andre Leman alias Ale (51).

Mereka bakal berlaga di ajang sepeda ultra internasional London-Edinburgh-London (LEL) 2022 pada hingga 12 Agustus 2022.

LEL adalah sebuah ajang bersepeda jarak jauh legendaris yang sudah digelar sejak tahun 1989.

Peserta harus menempuh jarak sejauh 1.519,2 kilometer dari London ke Edinburgh di Skotlandia lalu kembali lagi ke London.

Sebagai gambaran, jarak dari Ujung Kulon, di Banten hingga Denpasar di Bali adalah 1.413,8 kilometer.

Selain jarak yang sedemikian jauh, elevation gain dalam rute ini tercatat mencapai 13.295 meter, dengan batas waktu (cut of time) selama 125 jam sejak start pada Minggu siang (12.00 WIB).

"Mau berhentinya kapan, mau istirahatnya kapan, mau gowes- nya seberapa cepet, mau minumnya kapan, mau makannya kapan, itu semua diatur masing-masing oleh setiap peserta," kata Aseng.

"Yang penting itu di setiap pitstop tidak terkena batas akhir waktu (cut of time)," sambung dia.

"Kita bisa bilang ini perjalanan seorang pesepeda untuk membuktikan diri bahwa dia bisa survive selama menempuh perjalanan selama 1.500 kilo ini," sambung Ale

Sesungguhnya, dalam event endurance ini para peserta dibebaskan untuk menggunakan sepeda jenis apa pun, namun ketiganya memilih menggunakan sepeda Brompton.

Pemilihan sepeda dengan ukuran ban 16 inci ini tentu menjadi tantangan tersendiri.

Artinya mereka harus berusaha lebih keras dibanding peserta yang menggunakan ban-ban ukuran besar, seperti 700c atau 650b misalnya.

Ale mengaku, mereka hanya memodifikasi bagian chainring menjadi ganda, untuk kebutuhan di jalan menanjak.

Selebihnya, ketiga Brompton yang mereka pakai masih dalam kondisi standar pabrikan.

"Kita sebenarnya ingin membuktikan bahwa Brompton itu walaupun dibilang hanya untuk komuter, sepeda Brompton itu bisa dipakai untuk segala macam medan," ujar Ale.

Pada tahun 2019, Aseng dan Toto sukses menyelesaikan ajang sepeda jarak jauh Audax sepanjang 1.200 kilometer, dan finish dengan catatan waktu 82 jam, di bawah cut of time 90 jam.

Sementara Ale, tahun lalu merampungkan event petualangan bersepeda jarak jauh mandiri, Bentang Jawa sepanjang 1.500 kilometer, dengan elevation gain 16.000 meter dan batas waktu 156 jam.

Meski demikian, kata Toto, hingga saat ini belum ada pesepeda Indonesia yang merampungkan tantangan di LEL. 

"Ini mungkin karena nagih kali ya. Karena memang yang Paris udah, sekarang ada event yang jauh, dan terlihat lebih challenging jadi pengen nge-tes limit diri sendiri aja kali ya," sebut Aseng.

Ale merasa tantangan terberat yang bakal mereka alami adalah soal perbedaan cuaca. "Karena di London itu punya suhu yang berbeda dengan di Indonesia," kata Ale.

Sementara bagi Aseng, tantangan terberatnya adalah tuntutan untuk tidak tidur dalam menuntaskan tantangan ini.

"Tidur pasti berkurang. Walaupun mungkin ambisi target kita bertiga pribadi finish-nya di 100 jam tapi kan kebayang 100 jam itu kita harus tidurnya kurang gitu ya," kata Aseng.

"Di jalan seharian mungkin tidur cuman 2-3 jam ya kebayanglah," ujar dia.

Meski menyadari tantangan yang berat, Toto mengaku sangat berharap, dia bersama Ale dan Aseng dapat berhasil menaklukkan tantangan ini.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/08/06/141159120/3-pesepeda-brompton-monas-gowes-1500-km-london-edinburgh-london

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke