Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tepergok Stalking Media Sosial Mantan? Jangan Panik, Ini Solusinya

Baik itu akun mantan pacar, calon atasan, rekan kerja, atau sosok yang tidak dikenal namun menarik perhatian kita.

Tak jarang, keasyikan memantau konten orang lain membuat kita ceroboh dan tak sengaja memencet tombol like.

Tentunya ini membuat kita panik karena ketahuan menyimak unggahan orang tersebut.

Jika sudah begitu, apa yang sebaiknya kita lakukan?

Stalking media sosial termasuk perilaku normal

Sebenarnya, kita tak perlu malu jika tepergok tengah stalking media sosial orang lain karena itu adalah perilaku yang relatif normal.

“Ada unsur [stalking media sosial] yang sifatnya sangat manusiawi,” kata Devan Rosen, profesor media baru di Ithaca College, Amerika Serikat.

"Manusia memiliki rasa ingin tahu bawaan tentang apa yang orang lakukan dan kita mencari pengurangan ketidakpastian," tambahnya, dikutip dari Huffpost.

Dulunya itu dilakukan dengan komunikasi langsung namun kecanggihan internet memungkinkan kita mengumpulkan serpihan informasi lewat konten-konten orang tersebut.

Stalking di media sosial berbeda dengan penguntitan di dunia nyata yang melanggar izin dan batas privasi.

"Bagaimana Anda bisa melanggar privasi seseorang saat Anda melihat sesuatu yang mereka bagikan secara publik dan Anda terhubung sebagai teman?" kata Devan.

"Orang-orang stalking untuk memeriksa orang-orang yang mungkin tidak mereka periksa di kehidupan nyata," kata Ebony Butler, seorang psikolog di AS.

Itu dilakukan demi perasaan nostalgia atau ingin membandingkan hidup dan apa yang dilakukan orang lain.

Manfaat stalking media sosial orang lain

Rupanya, ada manfaat yang didapat dari kebiasaan stalking Instagram orang lain dari kacamata ahli.

Britt Frank, seorang psikoterapis menilai perilaku ini membuat kita bisa mengenali kesamaan diri dengan orang tersebut sekaligus sebagai 'persiapan' ketika berinteraksi langsung.

Secara sosial dan profesional, ini juga baik karena memicu network awareness yakni pemahaman untuk memanfaatkan media sosial secara optimal.

Terlebih lagi jika kita menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar karena tak bisa berhenti stalking akun tertentu.

"Catat bagaimana perasaan Anda setelah stalking," kata Butler.

"Adalah negatif jika Anda begitu terobsesi dengan kehidupan orang lain sehingga mengorbankannya dari kurasi dan kerajinan untuk membangun hidup Anda sendiri."

Jangan panik saat ketahuan

Jika ketahuan stalking orang lain dan kita merasa perlu membicarakannya, Butler menyarankan memberikan alasan yang berorientasi pada diri sendiri.

Misalnya, "Saya memiliki banyak kecemasan yang membuat saya ingin tahu setiap hal yang perlu diketahui tentang seseorang. Jadi ketika kecemasan itu tinggi, saya cenderung melihat halaman orang, bahkan dari tahun lalu, untuk memuaskan kecemasan itu.”

Kita bisa menjadikannya kesempatan untuk mengenal orang tersebut lebih jauh dengan mengakui tertarik pada apa yang mereka lakukan dan terinspirasi oleh itu.

“Memiliki keterbukaan tentang hal itu dapat mengurangi jumlah rasa malu dan rasa bersalah yang datang karena tertangkap,” kata Butler.

"Kita semua pernah melakukannya. Dijamin. Mereka juga melakukannya.” kata Frank.

Jadi tak perlu terlalu pusing dengan pendapat orang tersebut jika tahu kita memantaunya di media sosial.

 “Anda tidak dapat mengontrol persepsi orang lain. Jadi, jika Anda secara tidak sengaja menyukai sesuatu dan mereka mengetahuinya, jika mereka tidak ada dalam hidup Anda, sebenarnya itu tidak masalah.”

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/08/12/102952420/tepergok-stalking-media-sosial-mantan-jangan-panik-ini-solusinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke