Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengandung Banyak Nutrisi, Temulawak juga Berkhasiat Melawan Kanker

KOMPAS.com - Curcuma zanthorrhiza atau yang dikenal sebagai temulawak telah dimanfaatkan secara luas di Indonesia sebagai tanaman obat dan nutrisi sejak dahulu kala.

Rimpang tanaman ini merupakan bahan penting dalam jamu dan obat tradisional lainnya untuk mengobati beberapa penyakit seperti gangguan lambung, penyakit liver, sembelit, radang sendi, demam pada anak, wasir, keputihan, hingga rematik.

Sampai saat ini, lebih dari 40 senyawa aktif, termasuk terpenoid, kurkuminoid, dan senyawa fenolik lainnya sudah diidentifikasi ada di dalam temulawak.

Beberapa uji farmakologi juga melaporkan bahwa temulawak memiliki sifat antioksidan, antimikroba, antiinflamasi, antidiabetes, antitumor, dan antikanker yang secara signifikan dapat melawan sel-sel kanker di dalam tubuh.

Temulawak mengandung antioksidan

Seperti yang kita ketahui, antioksidan dapat membantu mencegah maupun melawan pertumbuhan sel-sel kanker.

Menurut penelitian berjudul Free Radicals, Antioxidants, and Nutrition yang diterbitkan dalam jurnal Nutrition tahun 2002, metabolisme aerobik dalam tubuh manusia dapat menghasilkan radikal bebas dan spesies reaktif lainnya.

Reaksi radikal bebas inilah yang kemudian menyebabkan penyakit degeneratif yang berbahaya termasuk gangguan mata degeneratif, pikun, asma, diabetes, aterosklerosis, kanker, dan penyakit radang sendi.

Dengan adanya senyawa antioksidan, tubuh kita mendapatkan aksi sinergis dalam membasmi radikal bebas dengan cara menghambat reaksi oksidasi.

Beberapa penelitian melaporkan potensi aktivitas antioksidan alami dari ekstrak temulawak dapat mencegah penyakit-penyakit berbahaya tersebut, salah satunya kanker.

Sifat antikanker dan antitumor pada temulawak

Menurut sebuah uji pertama dari beberapa senyawa (atlantone, curcumene, ar-turmerone, dan xanthorrhizol) dari ekstrak rimpang temulawak, ditemukan bahwa ketiga senyawa menunjukkan aktivitas antitumor yang signifikan.

Potensi antimetastatik dan antitumor temulawak selanjutnya dinilai secara in vivo dengan menggunakan spesimen metastasis paru tikus dan uji perkembangan sel tumor.

Hasilnya, temulawak dapat menekan induksi bintik-bintik tumor di jaringan paru-paru dan perkembangan massa tumor intra-abdominal.

Penelitian tersebut semakin diperkuat oleh analisis molekuler yang menunjukkan bahwa temulawak dapat menghambat ekspresi COX-2, kinase teregulasi sinyal ekstraseluler terfosforilasi (ERK), dan matriks metaloproteinase-9 (MMP-9) pada tikus metastasis.

Penilaian lebih lanjut dari senyawa temulawak terhadap proliferasi sel kanker dilakukan dalam kombinasi dengan kurkumin pada sel kanker payudara manusia.

Penilaian itu juga membuktikan bahwa pengaplikasian xanthorrhizol maupun kurkumin dapat menghambat pertumbuhan sinergis pada sel kanker payudara melalui aktivasi apoptosis.

Beberapa studi sebelumnya pun menunjukkan bahwa xanthorrhizol mampu mengaktifkan apoptosis melalui induksi jalur mitokondria pada kanker serviks dan kanker liver atau hati.

Dalam kasus sel kanker serviks, xanthorrhizol meningkatkan produksi protein p53 dan Bax yang mungkin mengaktifkan kembali sensitivitas sel kanker serviks terhadap rangsangan apoptosis.

Namun, hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Isti Handayani dalam jurnal Anticancer Research pada tahun 2007, di mana upregulasi p53 tidak memengaruhi ekspresi Bax, tetapi menurunkan tingkat Bcl-2 dalam sel kanker liver dan kanker payudara.

Tetapi, dari semua temuan itu, temulawak kemungkinan besar memiliki aktivitas induksi apoptosis  yang mampu menghambat pergerakan sel-sel kanker, terutama sel kanker payudara.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/08/28/104340620/mengandung-banyak-nutrisi-temulawak-juga-berkhasiat-melawan-kanker

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke