Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tak Perlu Quiet Quitting, 3 Hal yang Bisa Dilakukan Saat Burnout

Perilaku ini dilakukan dengan menyelesaikan pekerjaan sesuai upah, tanpa dedikasi lebih atau upaya meningkatkan prestasi karier.

Banyak yang berdalih quiet quitting diterapkan untuk mewujudkan work life balance, khususnya ketika pekerjaan sangat memicu stress sehingga kita merasa burnout.

Namun ada juga yang mengkritisinya sebagai perilaku meninggalkan tanggung jawab pekerjaan, secara halus.

Quiet quitting bukan satu-satunya solusi saat burnout di kantor

Quiet quitting dianggap sebagai solusi ketika burnout akibat beban pekerjaan yang menumpuk, stres berlebih atau jam kerja di luar batas.

Dengan cara ini, kita bisa tetap bekerja dan tidak kehilangan penghasilan namun secara perlahan menarik diri dari pemicu stres berlebihan itu.

Psikolog industri dan pakar perilaku, Dr. Natalie Baumgartner mengatakan quiet quitting mungkin bisa menghilangkan burnout untuk sesaat namun ini bukan solusi terbaik untuk jangka panjang.

Sebaliknya, ia menyarankan tiga solusi lainnya dibandingkan melakukan quiet quitting dalam pekerjaan.

Jadilah efisien

"Jika Anda akan mengadopsi beberapa tingkat quiet quitting, maka jam-jam yang dihabiskan di pekerjaan Anda harus dimaksimalkan dan efisien," kata Michael Timmes, spesialis sumber daya manusia senior di Amerika Serikat.

Dengan cara ini, kita akan tetap menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan dalam karier sambil juga mengeksplorasi kreativitas dan hasrat yang dapat memberikan kebahagiaan.

Selain itu, disarankan juga untuk tetap menjadi orang yang positif di tempat kerja untuk membuktikan profesionalitas.

Merasa memiliki

Perilaku ini berawal dari perasaan negatif ketika merasa terlalu banyak bekerja dan kurang dihargai.

“Tidak ada yang suka menjadi seperti itu. Itu bukan kondisi manusia yang diinginkan orang," kata Baumgartner.

Namun ini tidak akan membuat kita mendapatkan penghargaan yang layak dari kantor.

Disarankan untuk membangun rasa memiliki terhadap pekerjaan dan mencari tahu alasan sesungguhnya kita mengalami burnout.

"Orang-orang sangat cepat mengatakan saya tidak bahagia, tetapi mengapa Anda tidak bahagia dan apa yang akan membuat Anda bahagia adalah pertanyaan yang sangat sulit," tambahnya.

Quiet quitting menjadi solusi yang tidak bertanggungjawab ketika kita tidak pernah mengungkapkan kelelahan tersebut kepada pihak yang terkait.

Jika merasa tidak dihargai di tempat kerja, Baumgartner merekomendasikan menyarankan untuk segera menyampaikannya kepada atasan, bahkan jika itu adalah percakapan yang tidak nyaman.

Penting juga untuk menerangkan dengan sangat spesifik soal pengalaman kita selama bekerja.

“Kita sebagai manusia memiliki kecenderungan untuk berharap bahwa orang memahami apa yang kita rasakan, atau apa yang sebenarnya kita butuhkan,” kata Baumgartner.

Misalnya kita bisa menuliskan soal pengalaman selama ini yang membuat burnout sehingga bisa mendapatkan solusi bersama.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/09/16/073832920/tak-perlu-quiet-quitting-3-hal-yang-bisa-dilakukan-saat-burnout

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke