Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyebab Kanker Serviks, Gejala, Perawatan, dan Pencegahannya

Bahkan, jumlah kasus penyakit ini telah menempati urutan kedua terbesar kanker pada perempuan setelah kanker payudara.

Menurut data Observasi Kanker Dunia (Globocan), di Indonesia terdapat 36.633 kasus baru dan 21.003 kematian akibat kanker serviks pada 2020.

Artinya, angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat 50 kasus terdeteksi setiap harinya dengan lebih dari dua kematian setiap jam.

Lantas, apa sebenarnya kanker serviks itu, apa saja penyebabnya, dan bagaimana mengatasinya?

Mengenal kanker serviks

Serviks adalah bagian terendah dari rahim (tempat bayi tumbuh selama kehamilan) yang bentuknya sedikit mirip donat.

Bagian inilah yang menghubungkan rahim dengan pembukaan vagina. 

Serviks tertutup jaringan yang terdiri dari sel-sel sehat, yang pada akhirnya dapat tumbuh dan berubah menjadi sel prakanker.

Kanker serviks biasanya dimulai pada permukaan serviks. Hal ini terjadi ketika sel-sel pada serviks mulai berubah menjadi sel-sel prakanker. 

Tidak semua sel prakanker akan berubah menjadi kanker.

Maka dari itu, menemukan sel-sel bermasalah dan mengobatinya sejak dini dapat berubah sangat penting untuk mencegah kanker serviks.

Penyakit ini juga dibagi dalam dua jenis utama yakni karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. 

Sekitar 80-90 persen kanker serviks adalah karsinoma sel skuamosa, sementara 10-20 persen adalah adenokarsinoma.

Kanker ini secara umum menyerang perempuan yang berusia antara 35 dan 44 tahun. Tetapi, usia rata-rata saat diagnosis adalah 50 tahun. 

Sekitar 4.000 orang meninggal karena kanker serviks per tahun. Namun seiring berjalannya waktu, angka ini bisa menurun karena adanya skrining dan vaksin HPV.

Seringkali, tanda-tandanya mungkin memerlukan waktu beberapa tahun untuk berkembang. 

Menemukan sel-sel abnormal selama pemeriksaan kanker serviks adalah cara terbaik untuk menghindarinya.

Biasanya, tanda dan gejala kanker serviks stadium pertama dapat meliputi keputihan berair atau berdarah yang mungkin berat dan dapat berbau busuk.

Kemudian, perdarahan vagina setelah hubungan intim, atau di antara siklus haid dan juga setelah menopause.

Jika kanker telah menyebar ke jaringan atau organ di dekatnya, gejalanya mungkin akan menjadi lebih menyakitkan.

Seperti sulit atau nyeri saat buang air kecil yang kadang-kadang disertai darah dalam air seni, diare atau perdarahan saat buang air besar.

Selain itu, merasa kelelahan, kehilangan berat badan dan nafsu makan, sakit punggung, nyeri panggul atau perut juga bisa menjadi tanda kita mengalami kanker serviks.

Apabila kita mengalami pendarahan yang tidak normal, keputihan atau gejala lain yang tidak dapat dijelaskan, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ginekologi lengkap yang mencakup tes pap smear.

Penyebabnya kanker serviks

Sebagian besar kanker serviks disebabkan oleh virus infeksi menular seksual HPV.

Virus tersebut menyebar melalui kontak seksual (anal, oral atau vagina) dan dapat menyebabkan kanker. 

Kebanyakan orang akan mendapatkan HPV pada suatu saat dalam hidup mereka dan tidak menyadarinya karena tubuh mereka melawan infeksi. 

Namun, jika tubuh kita tidak melawan infeksi, hal itu dapat menyebabkan sel-sel serviks berubah menjadi sel kanker.

Ada lebih dari 100 jenis HPV dan sekitar selusin di antaranya telah terbukti menyebabkan kanker. 

Deteksi dini jenis-jenis HPV ini adalah kunci dalam mencegah kanker serviks.

Di samping itu, pemeriksaan rutin dengan penyedia layanan kesehatan juga dapat membantu mengidentifikasi perubahan sel sebelum menjadi kanker. 

Vaksin HPV juga dapat membantu mencegah infeksi HPV dengan melindungi tubuh kita dari HPV yang menyebabkan hingga 90 persen dari semua kanker serviks.

Diagnosis dan skrining

Kanker serviks berkembang secara perlahan-lahan dan selama bertahun-tahun. 

Sebelum berubah menjadi kanker, sel-sel di serviks mengalami banyak perubahan, mulai yang dulunya normal kemudian menjadi tidak teratur atau abnormal. 

Sel-sel abnormal ini bisa hilang, tetap sama, atau berubah menjadi sel kanker.

Pemeriksaan ginekologi rutin dengan tes pap smear bisa mendeteksi sebagian besar kasus kanker serviks dan memeriksa sel-sel untuk mencari tanda-tanda prakanker atau penyimpangan lainnya.

Jika hasil smear tidak normal, maka perlu dilakukan pengujian lebih lanjut yang dapat mencakup tes HPV atau tes khusus yang memeriksa sel-sel serviks untuk infeksi HPV. 

Penyedia layanan kesehatan juga dapat memeriksa serviks dan mengambil sampel jaringan untuk biopsi jika mereka mencurigai kita menderita kanker. 

Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan jaringan seperti biopsi punch atau kuretase endoserviks. 

Dalam kasus lain, loop excision electrosurgical procedure (LEEP) atau konisasi dapat digunakan untuk mengumpulkan jaringan dari serviks untuk biopsi.

Jika biopsi mengonfirmasi kanker, tes lebih lanjut akan menentukan apakah penyakit telah menyebar (metastasis). 

Tes-tes ini mungkin termasuk fungsi hati dan ginjal, tes darah dan urin, sinar-X kandung kemih, rektum, usus, seta rongga perut.

Perawatan untuk kanker serviks biasanya berupa radiasi, kemoterapi, pembedahan, terapi yang ditargetkan dan imunoterapi.

• Radiasi

Terapi radiasi menggunakan sinar energi untuk membunuh sel-sel kanker pada serviks. Ada dua jenis terapi radiasi:

- Radiasi sinar eksternal (EBRT): Mengarahkan radiasi bertenaga tinggi pada kanker dari mesin di luar tubuh.

- Brachytherapy: Menempatkan radiasi di dalam atau di dekat kanker.

• Kemoterapi

Kemoterapi (kemo) menggunakan obat yang disuntikkan melalui pembuluh darah atau diminum untuk membunuh sel-sel kanker. 

Obat ini masuk ke dalam darah dan efektif untuk membunuh sel-sel di mana saja dalam tubuh. 

Ada beberapa obat yang digunakan untuk kemo dan obat-obat ini dapat dikombinasikan. 

Kemo juga sering kali diberikan dalam satu siklus  namun panjang dan jadwal atau frekuensinya biasanya dapat bervariasi tergantung pada obat yang digunakan dan di mana kanker berada.

• Pembedahan

Berbagai jenis pembedahan digunakan untuk mengobati kanker serviks. Beberapa jenis pembedahan yang paling umum untuk kanker serviks meliputi:

- Bedah laser: Pembedahan ini menggunakan sinar laser untuk membakar sel-sel kanker.

- Cryosurgery: Pembedahan ini membekukan sel-sel kanker.

- Biopsi kerucut: Pembedahan di mana sepotong jaringan berbentuk kerucut diangkat dari serviks.

- Histerektomi sederhana: Pembedahan ini melibatkan pengangkatan rahim, tetapi bukan jaringan di samping rahim. Vagina dan kelenjar getah bening panggul juga tidak diangkat.

- Histerektomi radikal dengan diseksi kelenjar getah bening panggul: Dengan pembedahan ini, rahim dan jaringan di sekitarnya yang disebut parametrium, serviks, sebagian kecil bagian atas vagina dan kelenjar getah bening dari panggul diangkat.

- Trakelektomi: Prosedur ini mengangkat serviks dan bagian atas vagina, tetapi bukan rahim.

- Eksenterasi panggul: Prosedur ini sama dengan histerektomi radikal tetapi mencakup kandung kemih, vagina, rektum, dan bagian dari usus besar, tergantung di mana kanker telah menyebar.

Pada tahap paling awal, penyakit ini dapat disembuhkan dengan mengangkat jaringan kanker. 

Namun dalam kasus lain, penyedia layanan kesehatan dapat melakukan histerektomi sederhana atau histerektomi radikal.

Beberapa orang mungkin memiliki kombinasi perawatan dan penyedia layanan kesehatan juga dapat menggunakan radiasi atau kemoterapi untuk mengobati kanker yang telah menyebar atau kembali (kambuh). 

Kadang-kadang, penyedia layanan kesehatan akan menggunakan radiasi dan kemoterapi sebelum atau setelah pembedahan.

Beberapa faktor risiko dapat dihindari, sementara yang lain tidak bisa. Beberapa faktor risiko yang dapat dikendalikan adalah:

• Riwayat skrining: Mereka yang belum pernah melakukan tes pap smear secara berkala berada pada peningkatan risiko kanker serviks.

• Infeksi HPV: Jenis HPV tertentu terkait dengan kanker serviks. Menurunkan risiko HPV juga dapat menurunkan risiko kanker serviks.

• Riwayat seksual: Melakukan hubungan seksual sebelum usia 18 tahun dan memiliki banyak pasangan seksual membuat kita berisiko lebih tinggi terkena infeksi HPV dan klamidia. Mencegah penyakit-penyakit ini dapat mengurangi risiko kanker serviks.

• Merokok: Merokok telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker serviks.

• Infeksi HIV: Mereka yang telah terinfeksi HIV memiliki risiko lebih tinggi dari rata-rata terkena kanker serviks.

• Pil KB: Ada bukti bahwa penggunaan jangka panjang kontrasepsi oral dapat meningkatkan risiko kanker serviks.

• Banyak anak: Memiliki tiga atau lebih kehamilan cukup bulan dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.

• Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah: Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah membuat tubuh tidak dapat melawan infeksi.

Sedangkan untuk beberapa faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah:

• DES (dietilstilbestrol): DES adalah obat hormonal yang diberikan kepada orang-orang antara tahun 1938 dan 1971 untuk mencegah keguguran. 

Jika ibu kita menggunakan DES, kita mungkin lebih mungkin terkena kanker serviks.

• Riwayat keluarga: Kanker serviks mungkin memiliki komponen genetik.

Cara pencegahannya

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks. 

Pertama adalah menjalani pemeriksaan ginekologi secara teratur dan melakukan tes pap smear untuk mencegah kanker serviks. 

Lalu, hal-hal lain yang dapat dilakukan adalah mendapatkan vaksin HPV (jika memenuhi syarat), gunakan kondom atau metode penghalang lainnya ketika berhubungan seks, batasi pasangan seksual, serta berhenti merokok dan penggunaan produk tembakau lain.

Untuk melakukan tes skrining, ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

• Skrining kanker serviks harus dimulai pada usia 21 tahun, terlepas dari riwayat seksual. Beberapa penyedia layanan kesehatan bersedia menunda ini sampai usia 25 tahun.

• Bagi mereka yang berusia 21 hingga 29 tahun, skrining direkomendasikan setiap tiga tahun dengan hanya tes pap smear (tanpa tes HPV).

• Untuk orang berusia 30 tahun ke atas, tes bersama dengan pap smear dan HPV harus dilakukan setiap lima tahun, atau tes pap smear saja setiap tiga tahun.

• Skrining kanker serviks dapat dihentikan pada usia 65 tahun pada mereka yang memiliki dua hasil tes bersama normal berturut-turut atau tiga hasil tes pap smear normal berturut-turut dalam 10 tahun terakhir, dengan tes normal terbaru dilakukan dalam lima tahun terakhir.

• Orang yang berusia 65 hingga 70 tahun atau lebih tua yang telah menjalani tiga atau lebih tes pap smear normal berturut-turut dan tidak ada hasil tes pap smear yang abnormal dalam 20 tahun terakhir harus berhenti melakukan skrining kanker serviks. 

• Mereka yang memiliki riwayat kanker serviks, paparan DES sebelum lahir, infeksi HIV atau sistem kekebalan tubuh yang lemah harus terus melakukan skrining selama mereka dalam kondisi sehat.

Selain itu, mereka yang memiliki faktor risiko tertentu seperti paparan DES sebelum lahir, infeksi HIV, atau sistem kekebalan tubuh yang lemah akan mengikuti jadwal skrining yang berbeda.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/09/17/073000620/penyebab-kanker-serviks-gejala-perawatan-dan-pencegahannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke