Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

8 Penyebab Nyeri Dada yang Bukan Serangan Jantung

KOMPAS.com - Ketika mengalami nyeri dada, kita biasanya membayangkan hal itu disebabkan serangan jantung.

Memang, nyeri dada bisa menjadi tanda peringatan dari kondisi berbahaya tersebut.

Dilaporkan American Heart Association, serangan jantung terjadi ketika aliran darah yang membawa oksigen ke otot jantung berkurang atau tersumbat.

Angina, nyeri dada akibat serangan jantung

Rasa nyeri akibat serangan jantung bisa berlangsung lama jika tidak ditangani.

Serangan jantung termasuk gejala paling serius dari penyakit arteri koroner, dan bisa memicu nyeri dada yang disebut angina.

Angina dapat terasa seperti adanya tekanan di dada, dan umumnya muncul saat kita melakukan aktivitas fisik.

Selain di dada, nyeri ini bisa dirasakan pada beberapa area tubuh lain seperti bahu, lengan, leher, rahang, perut, dan punggung.

Nyeri karena angina hampir mirip seperti heartburn, namun tidak berlangsung lama (hanya sekitar 10 menit).

Jika kita tiba-tiba merasakan nyeri dada, harap segera pergi ke dokter. Dokter dapat mendiagnosis apakah nyeri dada itu berkaitan dengan serangan jantung atau ada masalah lain.

Nyeri dada yang bukan pertanda serangan jantung

Nyeri dada tidak selalu disebabkan oleh serangan jantung. Delapan kondisi ini bisa memicu nyeri dada, yaitu:

1. Heartburn

Gejala refluks asam atau heartburn sering disalahartikan sebagai serangan jantung.

Refluks gastroesofageal terjadi ketika isi lambung --termasuk asam lambung yang membantu memecah makanan-- kembali ke kerongkongan.

Asam lambung ini bisa menimbulkan sensasi terbakar di bagian belakang tulang dada.

Menurut Environmental Protection Agency (EPA), asam dari asam lambung memiliki skor 1 dalam skala pH (berada di antara asam baterai dan cuka).

Jika kita sering mengalami refluks asam (dua kali dalam seminggu atau lebih), kemungkinan kita menderita gastroesophageal reflux disease atau juga disebut Gerd.

Tanpa penanganan yang tepat, Gerd dapat memicu asma, kemacetan di dada (chest congestion), dan esofagus Barrett --kerusakan pada esofagus atau kerongkongan akibat paparan asam lambung dalam jangka panjang.

Esofagus Barrett meningkatkan risiko terkena jenis kanker yang langka, seperti dilaporkan National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK).

2. Cedera otot dada

Otot dada yang tegang (muscle strain) sering dikira sebagai serangan jantung, kata Christine Jellis, MD, PhD, ahli kardiologi di Cleveland Clinic.

Agar dapat membedakan antara serangan jantung dan ketegangan otot dada, Jellis menyarankan untuk mencoba menekan dinding dada.

Jika dinding dada bisa ditekan dan terasa sangat menyakitkan, kemungkinan itu adalah cedera otot dada, bukan masalah pada jantung.

3. Kostokondritis

Kostokondritis merupakan peradangan pada tulang rawan yang menghubungkan tulang rusuk dengan tulang dada.

Kondisi ini termasuk penyebab umum nyeri pada dinding dada dan biasanya tidak berbahaya. Namun, sebaiknya kita tetap memeriksakan kostokondritis ke dokter.

Biasanya, individu yang menderita kostokondritis merasakan tekanan pada dinding dada. Area tersebut terasa lembut saat disentuh.

Nyeri karena kostokondritis terkadang hilang dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Kita bisa mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas untuk membantu mengatasi kondisi itu.

Pada orang dewasa --terutama yang berusia lebih dari 50 tahun, virus varicella-zoster bisa aktif kembali dan menimbulkan penyakit yang disebut herpes zoster atau cacar ular.

Gejala pertama cacar ular meliputi gatal dan kulit terbakar.

Cacar ular juga sering dikira sebagai serangan jantung atau masalah jantung lainnya jika memengaruhi area dada.

Begitu penjelasan Salman Arain, MD, ahli jantung di Houston dan the Memorial Hermann Heart & Vascular Institute-Texas Medical Center.

Pada seseorang yang menderita cacar ular, tanda ruam dan lepuh bisa muncul beberapa hari setelahnya.

Dokter akan merekomendasikan obat antivirus pada pasien herpes zoster untuk mengurangi rasa sakit dan mempersingkat durasi gejala.

Namun jika munculnya ruam sudah melewati waktu 72 jam, dokter akan meresepkan obat penghilang rasa sakit kepada pasien.

5. Perikarditis

Perikarditis adalah peradangan pada lapisan tipis yang mengelilingi jantung (perikardium).

Temuan studi yang diterbitkan dalam Current Cardiology Reports tahun 2022 menunjukkan, sekitar 80-85 persen kasus perikarditis disebabkan oleh infeksi virus.

Penyebab lain perikarditis termasuk infeksi bakteri dan infeksi jamur. Tetapi bisa juga ada penyebab di luar kedua infeksi tersebut.

Dalam banyak kasus perikarditis digambarkan sebagai rasa nyeri yang tajam dan menusuk di sisi kiri atau bagian depan dada.

Tidak hanya di bagian dada, nyeri juga bisa terjadi di leher, bahu, punggung, atau perut.

Rasa nyeri akan lebih intens jika kita berbaring, menarik napas dalam-dalam, batuk, atau menelan.

Uniknya, kondisi ini bisa membaik jika penderitanya duduk dan bersandar ke arah depan.

Perikarditis pada dasarnya bukanlah kondisi yang berbahaya, namun bisa memengaruhi kualitas hidup kita.

Kemungkinan perikarditis bisa sembuh dalam beberapa hari atau beberapa minggu hanya dengan beristirahat, atau meminum obat pereda nyeri yang dijual bebas di apotik.

6. Pankreatitis

Tidak semua nyeri dada yang bukan terkait dengan serangan jantung tidak berbahaya.

Salah satu contohnya yaitu pankreatitis akut atau peradangan tiba-tiba pada organ pankreas yang terletak tepat di belakang perut.

"Nyeri perut yang hebat bisa menjalar hingga ke dada," kata Arain.

"Rasa sakit akibat pankreatitis biasanya merupakan rasa sakit yang mendalam dan intens."

Pankreatitis terjadi ketika batu empedu memicu peradangan di pankreas. Kondisi tersebut lebih umum dialami wanita dibandingkan pria.

Penderita pankreatitis seringkali harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik, cairan infus, dan obat pereda nyeri.

7. Nyeri dada pleuritik

Nyeri dada pleuritik muncul ketika lapisan paru-paru (pleura) meradang.

Studi pada 2017 yang diterbitkan di American Family Physician menemukan, nyeri dada pleuritik menyebabkan rasa sakit yang tajam, menusuk atau terbakar di dada ketika menghirup dan menghembuskan napas.

Jenis nyeri dada ini juga bisa berdampak serius seperti emboli paru, dan harus diperiksakan ke dokter.

Emboli paru terjadi ketika ada penyumbatan di arteri paru-paru. Penyumbatan ini bisa merusak paru-paru dan menyebabkan kadar oksigen rendah dalam darah dan merusak organ lain.

Pneumonia atau infeksi paru-paru merupakan kondisi lain yang memicu nyeri dada pleuretik. Nyeri dada akibat pneumonia akan terjadi saat kita bernapas atau batuk.

Beberapa jenis cedera atau trauma di area dada, tulang rusuk patah atau memar, juga menyebabkan nyeri dada pleuretik.

Menghirup napas, batuk, dan menggerakkan tubuh bagian atas bisa sangat menyakitkan jika tulang rusuk kita terluka.

8. Serangan panik

Selain nyeri dada, gejala serangan panik bisa berupa jantung berdebar, berkeringat, gemetar, mual, pusing, dan perasaan tidak karuan.

Serangan panik cenderung muncul tiba-tiba tanpa peringatan. Seseorang bisa mengalami serangan panik karena berbagai alasan, termasuk:

  • Memiliki riwayat keluarga dengan serangan panik
  • Trauma semasa kecil
  • Menghadapi perubahan besar dalam hidup dan stres berkelanjutan (seperti penyakit serius pada seseorang yang dicintai)
  • Mengalami peristiwa traumatis

Dokter dapat merujuk pasien serangan panik ke ahli kesehatan mental untuk membantu kita mengobati dan mengelola gejala serangan tersebut.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/09/27/152349720/8-penyebab-nyeri-dada-yang-bukan-serangan-jantung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke