Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Klasifikasi Batik dan Tips Memadukannya

Tradisi batik ini diperkirakan muncul di Nusantara, tepatnya di Jawa, pada masa kerajaan Majapahit atau sekitar abad ke-12.

Pada awalnya, pengerjaan batik terbatas pada lingkungan keraton, yang juga pemakaiannya diperuntukan hanya oleh keluarga kerajaan atau bangsawan.

Namun, seiring berjalannya waktu, kesenian batik mulai dibawa ke luar keraton dan secara luas telah dipakai masyarakat pada umumnya hingga saat ini.

Sebagai pengamat batik dan pendiri Rasa Wastra Indonesia, Monique Hardjoko pun mengungkapkan, batik kemudian diklasifikasikan menjadi empat besar kelompok dengan motif yang berbeda-beda.

Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut adalah klasifikasi batik dan bagaimana cara memadukannya sesuai dengan gaya berpakaian kita masing-masing.

Klasifikasi batik

1. Batik keraton

Cikal bakal batik keraton memang sudah ada sejak zaman keraton dan sampai sekarang masih dipakai.

Batik ini juga memiliki istilah lain yakni batik pedalaman yang masih tradisional dan biasanya didominasi dengan warna-warna putih, cokelat, dan biru.

"Batik keraton yang sekarang ini mulai banyak dipakai oleh orang-orang adalah motif parang dan kawung."

Demikian penjelasan Monique dalam media workshop Shopee bertajuk Cerita Batik Nusantara di Museum Tekstil Jakarta, Jumat (30/9/2022) lalu.

2. Batik pesisir

Selanjutnya kelompok yang lain adalah batik pesisir. Menurut Monique, batik-batik ini banyak terinspirasi oleh pengaruh asing dari zaman penjajahan, dengan banyaknya pendatang.

"Karena terinspirasi dari pendatang di zaman dulu, makanya batik pesisir warnanya lebih kaya, motifnya juga memiliki alkuturasi budaya yang kuat," kata dia.

"Misalnya, ada motif-motif dari Tiongkok, Arab, Persian, bahkan juga Belanda yang membuat batik menjadi lebih kaya," sambung dia.

Kendati ada alkuturasi budaya lain, namun batik pesisir juga tetap dikombinasikan dengan motif asal daerah aslinya seperti isen-isen, wuwungan, dan nitik.

3. Batik nusantara

Kenapa batik nusantara ini tercipta? Menurut Monique hal ini disebabkan karena banyak sekali batik-batik yang ada dari Sabang sampai Merauke.

"Batik ini ada yang perajinnya memang tinggal di daerah Sabang sampai Merauke lalu membuat batik dengan motif-motif inspirasinya daerah yang bersangkutan," kata dia.

"Tapi ada juga pendatang dari Jawa yang akhirnya membatik dengan mengadopsi motif-motif yang memang inspirasinya dari daerah-daerah, kalau di Aceh itu seperti Rumah Rencong," terang dia.

Yang pasti, semua batik itu dibuat dengan sejarah masing-masing daerahnya. Jadi, tidak heran jika kita akan menemukan batik khas Sulawesi, Kalimantan, Papua, dan lain-lain.

4. Batik kontemporer

"Perkembangannya semakin ke sini banyak juga kreator motif batik yang mungkin jauh lebih inovatif dalam mengembangkan motif," ujar Monique.

"Jadi, mereka tidak hanya mengadopsi motif-motif leluhur atau tradisional tetapi juga membuat motif-motif sendiri."

"Atau kadang-kadang digabungkan antara motif yang tradisional dengan kontemporer yang biasa mereka membuat sendiri pemaknaannya," kata dia.

Batik kontemporer biasanya juga tidak hanya dari sisi pemotifan tetapi juga teknik.

Tekniknya akan cenderung lebih mudah supaya bisa dikerjakan dengan lebih banyak orang dengan waktu yang cepat.

"Ada teknik seperti brush atau colet yang mirip seperti lukis. Jadi, kontemporer tidak hanya mengombinasikan tulis dan cap, ada pula ikat celup yang biasa dikenal sebagai tie dye atau jumputan," tambah dia.

Sebab, pada hakikatnya kain atau wastra nusantara itu memiliki identitas dan tradisi yang harus dihargai.

Monique pun membagikan tipsnya memadukan dalam memadukan batik sebagai berikut.

• Perhatikan motif batik yang dipakai

Tidak semua motif batik bisa dipakai dalam acara sehari-hari. Karena ada batik yang merepresentasikan manusia dari lahir sampai meninggal.

"Misalnya, batik motif slobog dari Jawa itu kan untuk menutup jenazah, sehingga kita tidak bisa sembarangan memakainya ke acara lain seperti pernikahan," kata Monique.

Sebaliknya, kita dapat memakai batik-batik yang secara umum sudah sering digunakan seperti truntum, lalu ada beberapa batik parang dan kawung yang bisa dipakai untuk acara yang sifatnya adalah keseharian, pernikahan, maupun ulang tahun.

• Tidak perlu takut untuk menabrakan gaya

Menurut Monique, tidak aturan khusus untuk batik-batik yang boleh dipakai oleh masyarakat umum.

Bahkan, kita bisa menabrakan gaya berpakaian kita dengan pilihan batik.

"Nah, karena batik cenderung lebih colorful, kita mungkin bisa memadukannya dengan lapisan warna yang lebih basic seperti hitam, hijau, krem, atau warna-warna earth tone lainnya," terang Monique.

• Disesuaikan dengan karakter masing-masing

Saat memadukan batik, itu tidak boleh mengubah gaya dan karakter berpakaian kita karena setiap orang punya gaya berpakaiannya masing-masing.

"Kalau kita tidak memaksakan diri, pakai batik juga menjadi lebih nyaman. Jadi, tips paling penting padupadan batik tidak boleh jauh-jauh dari gaya khas kita," ungkap dia.

Bagi yang lebih suka memakai kaos dan jaket, batik bisa menjadi alternatif outer. Atau bagi yang menyukai kulot dan celana gombrong, batik bisa diikat menjadi bentuk kulot.

Untuk tampilan yang lebih sederhana, batik juga dapat dijadikan sebagai syal aja atau aksen kemben aja tanpa mengganggu karakter gaya kita.

Monique pun merekomendasikan untuk memilih kain batik yang bahannya lebih luwes agar dijadikan padupadan yang lebih bervariasi seperti diikat atau diputar.

"Padupadan ini artinya bisa macam-macam ya, bisa pakai blazer, jeans, bahkan sneaker, yang intinya dikombinasikan sesuai dengan gaya berpakaian kita sehari-hari," ungkap dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/02/180000120/4-klasifikasi-batik-dan-tips-memadukannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke