Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gamers Pun Perlu Memperhatikan Kesehatan Fisiknya

KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya pada tahun 2020, olahraga elektronik atau kerap dikenal dengan istilah E-sports, mendapatkan pengakuan dan persetujuan dari pemerintah sebagai bagian dari cabang olahraga nasional.

Bahkan e-sports telah tercatat pada bagian pengertian olahraga dalam Pasal 1 Nomor 4 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Hal ini menandakan adanya perubahan persepsi masyarakat mengenai game, bahwasanya, bermain game pun bisa dijadikan prestasi juga loh.

Tidak hanya berskala nasional, secara global pun, olahraga elektronik sudah diakui di berbagai negara. Terlebih, Presiden Prancis memasukkan E-sports sebagai bagian kompetisi olimpiade di 2024.

Saat ini memang semakin banyak kompetisi E-sports, misalnya Piala Presiden dan MPL Indonesia yang berani membagikan hadiah tunai dengan nominal mencapai ratusan juta. Maka tidak heran bila sejumlah orang dapat hidup dan mencari nafkah lewat game.

Terlepas fakta E-sports telah resmi menjadi bagian cabang olahraga, sayangnya masih sedikit pihak yang memperhatikan aspek kesehatan para pemainnya.

Mengingat atlet olahraga elektronik ini tidak menitikberatkan pada tenaga fisik, banyak yang kemudian meremehkan aspek kesehatannya.

Padahal, ada sejumlah potensi bahaya penyakit yang mengintai pemain olahraga elektronik, seperti masalah pada postur tubuh, otot leher, bahu, kerusakan mata, dan lainnya.

Mengingat hal ini, Coda Indonesia sebagai salah satu bagian dari ekosistem industri game, mengambil langkah inisiatif dengan meluncurkan program #MainSehatBarengCoda.

Adapun, kampanye ini memiliki tujuan untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya aspek well-being ketika bermain game, baik untuk kepentingan pemulihan dan peningkatan performa atlet maupun game untuk tujuan rekreasi.

“Indonesia memiliki peluang besar dalam industri e-sports global. Namun, tak kalah penting juga adalah menjaga kesehatan pemain esports Indonesia agar dapat terus menoreh prestasi," ujar Rurie Wuryandari, Direktur Hubungan Eksternal Coda Indonesia.

"Melalui #MainSehatBarengCoda, Coda Indonesia ingin mengajak seluruh masyarakat dan pemain esports untuk mulai memiliki kesadaran kesehatan fisik dan mental guna mendukung industri gaming yang berkelanjutan,” paparnya.

Untuk membantu para atlet olahraga elektronik, Coda Indonesia menggandeng Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya dan dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO, sebagai dokter spesialis kedokteran olahraga yang berpraktik di Sport Medicine Injury and Recovery Center (SMIRC) rumah sakit tersebut.

Berdasarkan data yang dimiliki Dr. Andi, secara garis besar terdapat 10 jenis keluhan cedera terbanyak yang dialami oleh pemain E-sports. Diantaranya ada keluhan di jari, tangan, pundak, dan leher.

Peningkatan keluhan sakit ini sendiri diakibatkan adanya kesalahan postur dan intensitas permainan yang berlebihan.

Biasanya keluhan ini dimulai dari otot yang kaku karena terlalu sering terbebani, kemudian mulai nyeri, dan akhirnya menjadi rasa sakit yang berkepanjangan.

Namun menurut Dr. Andi, ketegangan dan rasa nyeri atau sakit ini bisa dicegah dengan melakukan olahraga yang cukup. Minimal sering melakukan stretching supaya tubuh tidak kaku dan tegang dalam periode waktu lama.

“Setiap 30-60 menit permainan, pastikan gamers melakukan istirahat minimal selama 5 menit. Lakukan peregangan pada bagian dada, lengan, telapak tangan hingga jari. Selain itu, perhatikan postur tubuh ketika bermain dan jangan lupa selalu lakukan pemanasan."

Selain gerakan dan istirahat, pola hidup sehat juga tetap harus diperhatikan mulai dari olahraga hingga pola makan seimbang,” jelas Dr. Andi.

Tidak hanya bagian leher dan punggung, perihal kesehatan mata juga tidak boleh diabaikan, terutama bagi mereka yang cukup intens berada di depan layak, baik ponsel maupun komputer dan laptop. Pasalnya, masalah mata tidak hanya sekedar mata lelah atau nyeri, tetapi bisa berpotensi adanya gangguan penglihatan.

“Nah salah satunya caranya bisa dilakukan rules of 20 20 20. Setiap 20 menit kita bisa melihat pemandangan sejauh 20 feet atau 6 meter selama 20 detik, lalu baru main lagi supaya mata tidak jenuh."

"Pemain bisa juga menggunakan kacamata bluray (jenis kacamata membantu melindungi mata saat melihat layar ponsel). Dan salah satunya juga mengistirahatkan mata biar tidak terus menerus (di depan layar),” ucap Dr. Andi.

Para gamers juga harus waspada bila merasakan nyeri yang tidak hilang-hilang atau bertambah berat. Misalnya di beberapa kasus, awalnya mungkin terasa nyeri di bahu saja, tetapi lama-lama bisa jadi bahunya tidak bisa diangkat.

Hal tersebut menandakan adanya masalah serius pada badan dan wajib konsultasi ke dokter segera.

Ia juga menyinggung soal pemilihan kursi. Pastikan tinggi dan dudukan kursi nyaman dan perhatikan level mata dengan layar monitor. Kalau terlalu nunduk atau menengadah, bisa berpengaruh ke postur yang membahayakan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/17/040400820/gamers-pun-perlu-memperhatikan-kesehatan-fisiknya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke