KOMPAS.com - Kesehatan mental sebaiknya dijaga, termasuk dipulihkan kondisinya dari trauma yang membuat orang sulit berdamai dari masa lalu.
Trauma didefinisikan oleh American Psychological Association (APPA) sebagai respons emosional terhadap peristiwa yang mengerikan.
Kondisi tersebut sebaiknya tidak dibiarkan dan tidak dianggap remeh karena bisa mengganggu orang untuk menjalani kehidupan secara normal.
Tidak menutup kemungkinan trauma yang tidak segera ditangani turut menyebabkan post-traumatic stress disorder (PTSD).
PTSD atau gangguan stres pascatrauma berisiko menyebabkan gangguan kecemasan, depresi, bahkan perubahan perilaku dan emosi.
Penyebab trauma
Trauma sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja lantaran dapat memengaruhi stabilitas mental dan orang yang mengalaminya.
Dalam hal ini, trauma bisa disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga, kematian orang yang dicintai, bencana alam, kekerasan, termasuk perkosaan.
Trauma dapat dapat dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, tanpa memandang umur.
Kendati demikian, anak lebih mungkin mengalami trauma apabila mendengar atau menyaksikan peristiwa yang memicu kondisi ini.
Gejala trauma
Walaupun penyebab dan gejala trauma bermacam-macam, ada beberapa gejala trauma secara umum yang dapat diketahui.
Orang yang pernah merasakan peristiwa memilukan lebih mungkin terguncang bahkan kebingungan.
Tak hanya itu, orang yang telanjur trauma biasanya tidak merespons percakapan secara normal.
Biasanya mereka juga menarik dirinya dari lingkungan sekitar bahkan tidak ikutan ngobrol dengan orang lain.
Gejala lain yang mengindikasikan orang mengalami trauma adalah kecemasan yang menyebabkan sulit tidur di malam hari dan gelisah.
Kecemasan yang disebabkan oleh trauma juga membuat orang lebih mudah marah, sulit berkonsentrasi, dan perubahan suasana hati.
Dalam hal ini, gejala trauma dibagi menjadi dua jenis, yakni gejala trauma emosional dan fisik.
Berikut penjelasannya.
Gejala trauma emosional
Gejala trauma emosional yang umum, di antaranya adalah penyangkalan, marah, merasa sedih, dan emosi yang meledak-ledak.
Orang yang memgalami trauma cenderung meluapkan amarahnya ke pihak lain, seperti teman atau keluarga.
Apabila orang yang mengalami trauma salah dipahami, orang di sekitarnya dapat menghindar.
Ini adalah salah satu alasan mengapa orang yang merasakan trauma menjadi sulit untuk dicintai.
Gejala trauma fisik
Gejala trauma fisik dapat dimanifestasikan secara fisik dan emosional, seperti pucat, lesu, kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan jantung berdebar.
Orang dengan trauma yang mengalami gangguan kecemasan atau serangan panik bahkan tidak mampu mengendalikan dirinya dalam situasi tertentu.
Dalam hal ini, gejala fisik trauma bisa mengkhawatirkan layaknya mengalami cedera atau penyakit.
Mereka yang sulit bangkit dari trauma membutuhkan perawatan untuk mengatasi stres setelah peristiwa traumatis.
Dampak trauma
Ketika orang mengalami trauma, ada dua dampak yang mereka rasakan secara jangka pendek maupun panjang.
Perubahan suasana hati dalam jangka pendek lumrah terjadi setelah orang merasakan trauma.
Tetapi jika perubahan suasana hati berlangsung lebih lama dari beberapa minggu, efek jangka panjang dapat terjadi.
Risiko trauma
Dikutip dari PsychGuides, sekitar 25 persen orang mengalami trauma sebelum usia mereka menginjak 16 tahun.
Trauma bisa menyebabkan orang mencari pelarian, seperti mengonsumsi obat-obatan atau alkohol untuk mengatasi efek dari kondisi ini.
Jikalau mereka telanjur overdosis obat-obatan, orang yang mengalami trauma dapat merasakan kerusakan fisik.
Overdosis sering terjadi bersamaan dengan penyalahgunaan zat, tetapi mungkin tidak disengaja dan terjadi dalam keadaan biasa.
Setiap kasus overdosis harus ditangani serius dan bantuan dari dokter untuk memastikan bahwa kelebihan dosis tidak terulang kembali.
Depresi dan trauma
Depresi dan trauma memiliki tingkat komorbiditas yang tinggi, dan perasaan putus asa, malaise (merasa tidak enak badan dan lelah) dan kesedihan.
Kondisi seperti itu dapat berlangsung lebih lama dari beberapa hari, bahkan berminggu-minggu
Nah, ketika trauma terjadi, kondisi ini berisiko memicu gangguan stres pascatrauma.
Penanganan trauma
Trauma perlu ditangani supaya orang yang mengalaminya terhindar dari self harm, termasuk bunuh diri.
Namun, disarankan untuk tidak melakukan self-diagnosis karena trauma perlu didiagnosis oleh dokter.
Dokter dapat mengidentifikasi pemicu trauma dan menentukan pengobatan yang tepat, baik melalui obat-obatan tertentu atau terapi.
https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/17/171801720/penyebab-trauma-gejala-dan-dampaknya-bagi-kesehatan-mental
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan