Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Perempuan Sulit Keluar dari "Abusive Relationship"?

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Baru-baru ini kita dihebohkan dengan keputusan Lesti yang kembali bersama Rizky Billar. Padahal, suaminya itu telah melakukan tindak KDRT dan menyebabkannya terluka parah hingga harus dirawat.

Hal ini pun lantas menyulut amarah publik yang telah mendukungnya. Namun, bagi beberapa orang memahami bahwa ini merupakan dampak KDRT. Pada dasarnya, korban tak mampu keluar karena telah dimanipulasi.

Sementara itu, KDRT juga bisa berdampak pada pelaku, yaitu psikologis dan hukum, meskipun tak sesignifikan korban. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Dampak KDRT Bagi Pelaku” yang dapat diakses melalui dik.si/OMM_KDRT.

Empat Siklus Kekerasan pada Korban

Mengutip Women’s Aid, hampir sepertiga dari seluruh wanita di dunia pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual oleh pasangan. Kekerasan ini pun kerap dilakukan secara berulang hingga membentuk suatu siklus.

1. Meningkatnya Ketegangan

Pada siklus ini, pasangan akan bertindak kasar karena adanya pemicu. Misalnya, masalah keluarga, masalah di tempat kerja, penyakit fisik, hingga kelelahan. Selain itu, mereka jadi merasa tak berdaya yang akhirnya dilampiaskan ke kita.

2. Terjadinya Kekerasan

Pasangan yang tak mampu mengatur emosinya bisa berujung pada perilaku kekerasan. Mereka melakukan ini sebab ingin mendapatkan kembali kekuasaan dengan membangun kontrol pada korban.

Mereka bisa saja mengutarakan omongan kasar yang menghina, mengancam, merusak barang-barang di sekitar, memanipulasi, atau melakukan kekerasan seksual. Tindakan itu terjadi sebab pasangan menganggap korban yang merupakan sumber masalah.

3. Rekonsiliasi

Setelah mengungkapkan amarahnya, ketegangan secara bertahap mulai memudar. Pada fase ini, pelaku mulai meminta maaf lewat hadiah dan tindakan kasih sayang agar pasangan kembali percaya padanya.

4. Ketenangan

Fase ini ditunjukkan dengan pasangan yang kembali berbaikan. Namun, pelaku kekerasan tetap memberikan beribu macam alasan untuk membenarkan tindakannya.

Bahkan, mereka bisa menunjukkan rasa penyesalan dan meyakinkan korban bahwa itu tidak akan terjadi lagi. Padahal, hal ini tak akan terjadi karena pelaku kekerasan terus bertindak sesuai siklus di atas.

Faktor Lain Penyebab Perempuan Tetap Bertahan

Selain adanya siklus kekerasan, ada pula faktor eksternal yang membuat para perempuan tetap bertahan dengan pelaku kekerasan.

Faktor pertama adalah masalah ekonomi. Banyak perempuan yang menjadi korban kekerasan pasangan karena tidak memiliki tempat lain untuk pergi. Selama ini mereka hidup di balik keuangan suaminya.

Biasanya, hal ini disebabkan kurangnya pendidikan yang ditempuh korban sehingga mereka merasa takut dan tak berdaya untuk mendapatkan pekerjaan baru. Terlebih, jika sang korban sudah memiliki anak, pasti semakin sulit bagi mereka untuk menghidupinya.

Faktor selanjutnya adalah pengasingan. Sebab, korban kerap diminimkan interaksi dengan orang lain oleh pelaku. Pelaku kekerasan akan mengisolasi mereka sehingga perbuatan kasarnya tak diketahui orang lain.

Jadi, alih-alih menyalahkan korban kekerasan, kita harus lebih peduli terhadap perasaan mereka. Jika masih sulit melepaskan pelaku, artinya mereka telah terjebak dalam siklus kekerasan.

Dengarkan informasi lainnya seputar parenting dan tips berumah tangga hanya melalui siniar Obrolan Meja Makan. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan berikut https://dik.si/OMM_KDRT.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/11/04/180000220/kenapa-perempuan-sulit-keluar-dari-abusive-relationship-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke