Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

OCD, Gangguan Mental yang Kerap Disalahartikan

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Kini, isu kesehatan mental semakin ramai diperbincangkan di berbagai kalangan. Meski pandemi sudah mereda, hal ini tak menutup tingginya kasus gangguan mental di Indonesia.

Dilansir situs Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Psikiater Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ. memaparkan ada satu dari dua orang yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya di awal tahun 2022.

Seseorang yang mengalami gangguan mental pun bisa merasakan gejala yang berbeda. Salah satu gangguan mental yang cukup mengkhawatirkan dan kerap disalahartikan adalah gangguan obsesif-kompulsif (OCD) yang ditandai dengan pikiran tak masuk akal dan ketakutan yang menyebabkan perilaku kompulsif.

Penyakit ini pun juga tercermin pada tokoh Chika dalam audio drama siniar Anyaman Jiwa edisi Kisah Anya dan Adji bertajuk “Kebiasaan yang Melukai Diri” yang dapat diakses melalui dik.si/AnyJiwLukaiDiri. Dikisahkan bahwa Chika mengidap OCD yang cukup parah karena suatu peristiwa.

Apa itu Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)?

Penyakit ini adalah gangguan ketika seseorang memiliki pikiran, ide, atau obsesi yang berulang. Untuk menghilangkannya, mereka terdorong untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Perilaku berulang ini biasanya ditunjukkan dengan memeriksa sesuatu, menghitung, atau aktivitas lainnya yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

Sayangnya, banyak orang yang salah sangka terhadap penyakit ini dan kerap melakukan diagnosis secara mandiri karena mereka senang bersih-bersih. Sebab, perilaku OCD tidak hanya sebatas pada perilaku bersih-bersih yang berulang.

OCD tidak sesimpel itu karena perilaku berulang itu bukanlah kemauan mereka dan dapat berupa apa saja. Mereka pun kesulitan menghentikan tindakan kompulsif itu. Dilansir dari Psychiatry, apabila pengidap OCD tidak melakukan perilaku itu secara berulang, biasanya mereka merasa cemas dan ketakutan.

Gejala Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)

Gangguan mental ini biasanya ditunjukkan oleh dua gejala utama, yaitu obsesi yang berasal dari pikiran dan kompulsi atau perilaku berulang yang bersifat memaksa. Pikiran seorang penderita OCD berisi desakan atau gambaran yang berulang, terus-menerus dan tidak diinginkan, yang mengganggu dan menyebabkan penderitaan atau kecemasan.

Pikiran itu pun tak bisa hilang meski penderitanya mencoba untuk mengabaikannya. Sebab, obsesi ini biasanya mengganggu ketika si penderita mencoba memikirkan atau melakukan hal lain.

Dikutip dari MayoClinic, biasanya obsesi berupa takut terkontaminasi bakteri, meragukan segala hal, cemas jika hal-hal dihadapannya tak teratur dan simetris, dan pikiran agresif atau mengerikan terhadap sesuatu.

Jika dijabarkan ke dalam tindakan, pikiran obsesi dapat berupa seperti berikut.

  1. Takut terkontaminasi jika orang lain menyentuh benda-benda milik kita.
  2. Keraguan bahwa kita telah mengunci pintu atau mematikan kompor.
  3. Stres yang intens ketika objek tidak teratur atau menghadap ke arah tertentu.
  4. Pikiran mengendarai mobil ke arah kerumunan orang.
  5. Pikiran meneriakkan kata-kata kotor atau bertindak tidak pantas di depan umum.

Di samping pemikiran obsesi, OCD juga disertai oleh perilaku kompulsi. Kompulsi pada OCD adalah perilaku berulang yang membuat penderitanya merasa terdorong untuk melakukannya. Adapun tujuan perilaku berulang ini dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan pikiran obsesi atau mencegah sesuatu yang buruk terjadi.

Setiap orang pun menyalurkannya dengan perilaku yang berbeda untuk mengendalikan kecemasan itu. Namun, sayangnya, dorongan perilaku ini sangat berlebihan dan sering kali tidak berhubungan dengan pikiran obsesi yang ingin mereka perbaiki.

Perilaku kompulsi ini biasanya berupa mencuci dan membersihkan, memeriksa, menghitung, hingga mengikuti kebiasaan yang tertata.

Jika diperlihatkan dalam sebuah tindakan, perilaku kompulsi biasanya ditunjukkan dengan

  1. Mencuci tangan secara berulang dengan kasar hingga kulit tangan iritasi;
  2. Memeriksa pintu berulang kali untuk memastikannya terkunci;
  3. Memeriksa kompor berulang kali untuk memastikannya mati;
  4. Menghitung dalam pola tertentu;
  5. Mengulangi perkataan orang lain secara diam-diam; dan
  6. Mengatur barang untuk menghadap ke arah yang sama.

Jika merasa memiliki pikiran dan perilaku yang mengganggu sehari-hari, kita harus segera bertemu dengan psikolog agar diberikan diagnosis yang tepat. Nantinya, kita juga akan diberikan terapi, seperti meditasi dan cognitive-behavioral therapy (CBT), agar mampu mengontrol pikiran dan perilaku tersebut.

Lantas, mengapa Chika dalam audio drama Anyaman Jiwa bisa menderita OCD? Bagaimana tanggapan Anya dan Adji terhadap gangguan mental yang dialami Chika?

Dengarkan kisah lengkapnya hanya melalui hanya melalui siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Kebiasaan yang Melukai Diri” di Spotify. Di sana, ada banyak pula informasi dan kisah seputar kesehatan mental untuk menunjang kehidupan sosial, romansa, dan kariermu!

Ikuti siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan berikut https://dik.si/AnyJiwLukaiDiri.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/11/07/140000020/ocd-gangguan-mental-yang-kerap-disalahartikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke