Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

8 Gaya Parenting Unik dari Berbagai Belahan Dunia

Apa pun caranya, setiap metode pasti dimaksudkan sebagai hal terbaik untuk tumbuh kembang buah hatinya.

Kadang kala, kita mendapati parenting ala orang Jepang atau Amerika Serikat memiliki keunikannya tersendiri.

Namun bukan hanya itu, bisa saja metode yang dianggap 'aneh' itu memiliki manfaat dan tujuan tersendiri untuk tumbuh kembang buah hati.

Berikut adalah berbagai gaya parenting unik dari berbagai negara di belahan dunia lain, dikutip dari Huffpost.

Anak-anak di Jepang belanja dan berangkat sekolah sendiri

Seperti ditampilkan di reality show Old Enough, anak-anak SD di Jepang terbiasa naik transportasi umum, berangkat sekolah atau belanja ke supermarket seorang diri.

Hal ini mengajarkan kemandirian sejak dini sekaligus tanggung jawab atas kebutuhan anak.

Di sekolah, anak-anak Jepan juga diberi tugas seperti membersihkan kamar mandi atau membantu menyiapkan makan siang.

Praktik ini mungkin tidak sepenuhnya asing untuk masyarakat Indonesia namun bisa jadi inspirasi bagi orangtua untuk lebih terbuka membiasakan anaknya dengan tugas sehari-hari.

Bayi negara Skandinavia tidur siang di ruang terbuka

Para orangtua di Denmark, Finlandia, Swedia dan beberapa negara Skandinavia terbiasa meninggalkan bayinya dalam stroller saat berbelanja di toko atau masuk ke kafe.

Kebiasaan ini dilakukan karena mereka percaya jika udara segar akan membantu bayi tidur lebih nyenyak dan sehat, selain juga keamanan di negara tersebut yang terjamin.

Tak hanya itu, masyarakat lokal akan berusaha memaksimalkan udara segara untuk anaknya dengan membiarkan anaknya tidur di ruang terbuka dan diawasi dari jauh.

Sebabnya, kehangatan sinar matahari sangat langka di negara-negara dengan musim dingin yang cenderung panjang tersebut.

Para orangtua di China memiliki gaya parenting yang disebut "komunikasi eliminasi" yakni pelatihan toilet bayi secara tradisional.

Pelatihan ini kadang dimulai sejak minggu-minggu pertama kehidupan dengan cara bayi digendong telanjang di atas toilet.

Lalu orangtua memberikan isyarat kepada buah hati untuk kencing dengan suara bisikan lembut yang terdengar samar-samar seperti air mengalir.

Di sisi lain, para orangtua juga harus belajar membaca sinyal dari buah hatinya ketika mereka ingin kencing atau BAB agar prosesnya berjalan lancar.

Hal ini membuat bayi tak perlu lagi menggunakan popok sekali pakai yang bisa memicu iritasi, pemborosan maupun sampah.

Termasuk pula mengajari anak yang masih sangat kecil menggunakan palu kecil dan gergaji untuk memotong kayu guna mewujudkan kreasinya.

Metode ini kemudian menyebar dan banyak diterapkan oleh sekolah lainnya di negara piza tersebut.

“Reggio Emilia mendorong berbagai media di mana anak-anak dapat mengekspresikan diri mereka,” Peter Moorhouse, seorang ahli dalam pendidikan anak usia dini dan pengerjaan kayu.

Ia menambahkan jika banyak orangtua terkejut dengan betapa percaya diri dan kompetennya anak-anak mereka bekerja dengan alat tersebut.

Praktik ini juga mampu membantu anak melatih kreativitas dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah saat bekerja ketika dewasa.

Tidak ada menu anak-anak di Perancis

Kebanyakan restoran di negara mode ini tidak menyediakan menu anak-anak maupun peralatan khusus untuk pengunjung di bawah umur.

Hal ini juga berlaku dalam berbagai acara khusus termasuk jamuan resmi karena masyarakat Perancis membiasakan anaknya makan seperti orang dewasa sejak dini.

Mereka duduk di meja bersama keluarga untuk makan malam dengan menu dan hidangan yang sama persis seperti untuk orang dewasa.

Anak-anak juga diajari untuk makan tiga kali sehari dan satu camilan dengan etika yang sama.

Tujuannya agar anak-anak Perancis tidak menjadi picky eater dan mau mencoba berbagai jenis menu yang tersedia.

"Daripada memberi tahu seorang anak bahwa suatu jenis makanan bergizi atau bahwa mereka harus memakannya," kata Karen Le Billon, penulis gastronomi asal Kanada,

"Orangtua Prancis lebih cenderung mendorong seorang anak untuk mencobanya karena rasanya yang enak."

Hal ini membuat banyak anak Italia terbiasa tidur larut malam sekitar pukul 9-10 malam.

Meski demikian, gaya parenting ini tidak pernah berpengaruh buruk karena riset yang membuktikan jika kualitas tidur remaja Italia secara signifikan lebih baik dibandingkan Amerika Serikat.

Hal ini berkaitan dengan rutinitas dan lingkungan yang kondusif agar mereka bisa tidur tanpa gangguan.

Anak-anak India tumbuh dalam keluarga besar

Mirip seperti beberapa daerah di Indonesia, anak-anak India tumbuh dalam keluarga besar dan diasuh tidak hanya oleh orangtuanya.

Bayi atau anak bisa saja dirawat oleh kakek, nenek, hingga saudaranya sendiri agar para ibu dapat memenuhi kewajibannya yang lain.

“Anak-anak tumbuh dalam keluarga besar, kerabat datang dan pergi dan banyak orang untuk merawat mereka." kata antropolog Susan Seymour.

Anak di Suku Aka juga sering dirawat ayah

Umumnya, para ibu lebih banyak memberikan waktu dan perhatian untuk mengasuh anaknya.

Namun di suku nomaden Aka di Afrika tengah, para antropolog telah mengamati bahwa para ayah menghabiskan 47 persen waktunya untuk merawat anak bayinya.

Meski demikian, peran orangtua bisa ditukar dan berlaku fleksibel untuk sosok ayah maupun ibu.

Para perempuan juga berburu sedangkan laki-laki memasak, begitu pula sebaliknya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/11/22/102304820/8-gaya-parenting-unik-dari-berbagai-belahan-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke