Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Dampak Serius pada Korban Bullying, Bisa Memicu Perilaku Agresif

Mereka kemungkinan kesulitan untuk membangkitkan keprcayaan diri dan merasakan berbagai hal karena pengalaman hidupnya yang tak enak.

Ada kecenderungan korban bullying malah melukai diri sendiri atau balik merundung orang lain karena mereka dulunya pernah mengalami bullying.

Oleh sebab itu, penting bagi korban bullying untuk mendapat pendampingan dari orangtua, guru, teman, maupun konselor untuk mengatasi masalahnya.

Tujuannya supaya mereka menjadi pribadi yang lebih baik, luka batinnya tersembuhkan, dan tidak memperpanjang siklus bullying.

Mengenali korban bullying

Jangan kira korban bullying menjadi sosok yang lebih berempati ketika melihat orang lain, entah teman atau saudara, yang mengalami bullying.

Pasalnya, tidak menutup kemungkinan mereka malah menjadi pelaku berikutnya dari bullying untuk membalaskan dendam masa lalunya.

Dilansir dari Very Well Mind, korban bullying didefinisikan sebagai target pelaku perundungan yang juga menindas orang lain.

Perilaku intimidasi dari mereka muncul setelah berulang kali dirundung supaya mendapatkan kembali kekuatan dalam hidup setelah di-bully.

Nah, orang yang disasar korban bullying yang mau merundung adalah mereka yang lebih lemah atau rentan.

Menurut pekerja sosial klinis, Erica Laub, MSW, LICSW, perilaku berulang yang dibalaskan dari korban bullying kepada orang lain adalah hal yang lumrah -tapi tidak bisa dibenarkan.

Sementara itu, psikiater Anisha Patel Dunn, DO, menyampaikan kalau korban bullying sengaja merundung orang lain karena mereka tidak mau mengalami hal serupa.

Di mata korban bullying, mengintimidasi orang lain adalah cara untuk menghindari perundungan sehingga mereka melakukan perilaku yang dulunya menyakitinya.

Secara keseluruhan, bullying adalah perilaku yang dipelajari dan pelaku bullying dapat bersembunyi di balik perilaku ini daripada mengatasi pengalaman traumatis mereka.

Dampak yang dialami korban bullying

Dari penjelasan Laub maupun Patel Dunn bisa disimpulkan, bullying menciptakan rantai yang terus berkelanjutan.

Dalam hal ini, bullying menimbulkan berbagai dampak yang tidak main-main bagi korbannya seperti yang berikut ini.

1. Stres psikologis

Secara umum, orang yang pernah di-bully lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental, misalnya menderita kecemasanm depresi, bahkan kesepian.

Tak menutup kemungkinan mereka juga merasakan masalah emosional, termasuk psikosis, penyalahgunaan pbat-obatan, hingga gangguan kepribadian antisosial.

Patel Dunn menjelaskan, korban bullying memiliki tingkat rasa bersalah atau kecemasan yang lebih tinggi daripada orang lain.

Pasalnya, mereka benar-benar mengetahui bagaimana rasanya menerima perilaku yang tidak mengenakan.

Trauma di masa lalu, kata Patel Dunn, yang belum terselesaikan mungkin juga memengaruhi perilaku korban bullying.

2. Sulit bersosialisasi

Jangan anggap bullying adalah masalah enteng karena mereka yang menjadi korban perilaku buruk ini dapat mengalami kesulitan bersosialisasi.

Mereka lebih mungkin tidak koopoeratif dan menarik diri dari lingkungan sosial daripada orang-orang di sekitarnya.

Sering kali, korban bullying tampak menyendiri karena teman yang mereka miliki jumlahnya sangat sedikit.

Kalau pun mereka mempunyai teman bisa dipastikan temannya memiliki status sosial yang rendah.

Walau bullying tidak bisa dibenarkan, fakta yang mengejutkan adalah orang yang pernah menerima perilaku ini justru kurang diterima dan lebih ditolak daripada orang yang merundung.

3. Masalah emosi

Sering kali korban bullying secara tidak sengaja mendorong anak "melawan" karena mereka reaktif terhadap gertakan, perilaku mengancam, dan serangan.

Karena korban bullying sulit untuk mengelola emosi, mengendalikan amarah, dan menghadapi frustrasi, mereka sering kali cenderung diintimidasi berulang kali.

Mereka kemudian berbalik dan menimbulkan rasa sakit pada orang lain dan siklus bullying terus berulang.

4. Perilaku menjadi agresif

Karena korban bullying dulunya sering diintimidasi, mereka bereaksi agresif terhadap situasi stres.

Faktanya, mereka mungkin memiliki respons stres yang besar yang mirip dengan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Secara keseluruhan, korban bullying kurang percaya pada kebaikan orang lain dan menjadi lebih kaku apabila menjalin hubungan.

Sama seperti penderita PTSD, korban bullying menjalani hidup dalam kesadaran yang tinggi, menunggu orang lain untuk menyerang atau menindas, dan berperilaku agresif.

Hal ini jelas merugikan karena korban bullying tampak tertutup, bermusuhan, dan tidak bersahabat serta semakin mengisolasi mereka dari orang lain di sekitarnya.

5. Harga diri turun

Dampak terakhir yang dialami banyak korban bullying adalah harga diri mereka turun -bahkan menderita PTSD dan berpikir untuk mengakhiri hidup.

Laub menyampaikan, bunuh diri sebenarnya adalah masalah yang kompleks dan melibatkan faktor risiko di samping bullying.

Namun, ada kecenderungan korban bullying mengalami masalah yang lebih parah dari turunnya harga diri.

Dalam hal ini, bullying mempunyai implikasi serius bagi kesehatan mental korbannya dan berisiko meningkatkan depresi, keinginan untuk menyendiri, harga diri turun, termasuk kecemasan.

Jika perasaan-perasaan tersebut tidak tertangani, Patel Dunn mengingatkan bahwa hal ini bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius.

Penanganan secara dini selalu disarankan karena pelaju bullying dapat mengalami rasa bersalah, depresi, dan kecemasan berlebih setelah mengintimidasi orang lain.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/11/25/101425220/5-dampak-serius-pada-korban-bullying-bisa-memicu-perilaku-agresif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke