Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Dampak Stres pada Kesehatan Mulut, Salah Satunya Memicu Sakit Gigi

KOMPAS.com - Stres tidak hanya memicu gangguan kesehatan seperti sakit kepala atau sakit perut.

Lebih dari itu, stres juga bisa berdampak pada kesehatan mulut, seperti nyeri gusi sampai sakit gigi.

Hubungan antara stres dan sakit gigi sebenarnya memiliki keterkaitan yang tanpa disadari hal tersebut bisa memicu risiko gangguan kesehatan mulut.

Tingkat stres yang tinggi pada seseorang dapat dikaitkan dengan risiko gangguan kesehatan mulut, termasuk sakit gigi.

Konon hal itu disebabkan oleh sejumlah saraf gigi yang langsung terhubung dengan saraf pusat diotak.

Sedangkan saat seseorang merasa stres, dampaknya bisa memengaruhi sistem saraf yang terhubung dengan banyak titik di seluruh tubuh.

Itulah yang mendasari mengapa stres bisa memengaruhi kondisi tubuh seseorang, tak terkecuali dengan masalah sakit gigi.

Melansir Health Grades, berikut hubungan antara stres dan risiko sakit gigi.

1. Stres memicu patah gigi

Secara alami, hampir semua gigi memiliki retakan-retakan kecil karena mengalami keausan.

Pada dasarnya retakan kecil ini tidak menjadi masalah besar, namun saat tubuh sedang stres ada beberapa perilaku yang memicu keretakan semakin merembet menimbulkan sakit gigi.

Seperti kebiasaan yang memicu mengatupkan rahang tanpa sadar, menggemeretakkan gigi saat kita tertidur.

Kebiasaan yang tidak disadari itu bisa memberikan tekanan berlebih pada gigi dan menyebabkan gigi mudah rapuh dan patah.

2. Memengaruhi sensitivitas gigi

Pemiliki gigi sensitif sepertinya perlu mengetahui cara mengelola stres karena secara tidak langsung kondisi tersebut bisa meningkatkan sensitivitas gigi.

Hal itu ternyata masih ada kaitannya dengan poin pertama yang membuat munculnya kebiasaan menggeretakkan gigi dan mengatupkan rahang.

Sebab kebiasaan tersebut juga dapat merusak enamel, atau lapisan luar pelindung gigi.

Sementara enamel gigi adalah jaringan yang paling keras dalam tubuh manusia, tetapi tipis dan dapat terkikis seiring waktu.

Erosi enamel gigi dapat menyebabkan kepekaan ekstrem terhadap makanan panas, dingin, manis, atau asam.

Dampak yang ditimbulkan akibat sensitivitas gigi yang meningkat itu jelas dapat memicu sakit gigi.

3. Nyeri gusi dan mulut

Nyeri gusi atau beberapa jaringan di sekitar mulut (kecuali sariawan) juga kerap didefinisikan sebagai sakit gigi.

Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan BMC Oral Health menemukan bahwa orang yang mengalami tingkat stres tinggi mengalami risiko nyeri pada gusi dan mulut daripada mereka yang tidak terlalu stres.

4. Gangguan temporomandibular (TMD)

Temporomandibular (TMD) merupakan sendi yang menghubungkan tulang rahang ke tengkorak.

Fungsinya adalah untuk membuka dan menutup mulut, serta menggerakkan rahang ke bawah saat mengunyah makanan hingga berbicara.

Penelitian telah menemukan bahwa sejumlah kebiasaan yang kita gunakan untuk melepaskan stres, seperti mengunyah permen karet atau menyandarkan dagu pada tangan, dapat menyebabkan disfungsi pada TMD.

Ketika bagian ini mengalami nyeri, maka orang tersebut dapat merasakan gangguan yang kemungkinan bisa menimbulkan bengkak dan nyeri pada gusi serta gigi.

5. Risiko penyakit gusi

Penyebab paling umum dari penyakit gusi adalah kebersihan mulut yang buruk.

Para peneliti menduga bahwa hal itu pula yang menjadi salah satu alasan mengapa stres dapat menyebabkan penyakit gusi. 

Pasalnya stres cenderung membuat seseorang melakukan sejumlah kebiasaan yang bisa merugikan kesehatan mulut.

Mulai dari merokok, mengonsumsi makanan manis, atau asam yang memicu penyakit gusi dan juga sakit gigi.

Beberapa penelitian juga menunjukkan hormon stres mendorong pertumbuhan bakteri yang diketahui berkontribusi pada perkembangan penyakit gusi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/12/02/050000120/5-dampak-stres-pada-kesehatan-mulut-salah-satunya-memicu-sakit-gigi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke