Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Jangan Melakukan "Self Diagnose" Kesehatan Mental

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Sulit untuk menampik bahwa kesehatan mental sangatlah penting. Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa self-diagnose dengan berdasarkan membaca artikel di internet juga berbahaya.

Meskipun, adanya internet telah membuat pintu dan jendela pengetahuan terbuka seluas-luasnya. Tidak ada lagi batasan pengetahuan berdasarkan buku saja. Hanya dengan mengetik kata kunci, maka akan ditemui beragam informasi dari beragam sumber juga.

Nyatanya, melakukan diagnosa kesehatan tanpa ada keterlibatan pihak profesional akan berpotensi menimbulkan salah diagnosa. Terlebih, kita akan cenderung hanya berfokus pada yang negatif saja, seperti perasaan sedih atau naik-turunnya emosi.

Keadaan ini juga yang menjadi topik utama oleh dr. Dharmawan A. Purnama, Psikiater & Founder Smart Mind Center Consulting dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Sering sedih berlebihan? Tanda depresi?” yang dapat diakses melalui tautan berikut dik.si/AJSedihBerlebihan.

Padahal, mengalami perasaan-perasaan negatif sangatlah wajar dan manusiawi. Apalagi, bila ada keadaan atau pengalaman yang dapat memantik perasaan tersebut. Lantas, apa dan mengapa melakukan self-diagnose berbahaya?

Kesehatan Mental Ada Ilmunya

Sebelum lebih lanjut kita harus mengetahui bahwa self-diagnose adalah proses mengidentifikasi suatu kondisi medis, bukan hanya kesehatan mental, melainkan juga tubuh secara mandiri.

Pasalnya, tindakan mengidentifikasi kondisi mental ini tidak bisa dilakukan hanya dengan sebatas mencari gejala atau kondisi di internet. Karena ada ilmu yang tervalidasi secara akademik oleh suatu lembaga atau institusi.

Tidak bisa sembarang orang memutuskan bahwa dirinya menderita, mengalami depresi, atau secara tiba-tiba melabeli dirinya memiliki kesehatan mental yang buruk.

Salah satu yang berbahaya dari self-diagnose adalah terlanjur memercayai label yang diberikan oleh diri sendiri tanpa adanya latar belakang medis.

Apabila label itu diyakini dan telah menjadi sistem kepercayaan, maka akan timbul perasaan khawatir atau waspada yang dapat memengaruhi aktivitas diri dan orang lain di sekitarnya.

Buruknya lagi adalah adanya normalisasi yang mengakibatkan sikap apatis atau masa bodoh terhadap tindakannya. Dengan mengungkapkan “aku ‘kan sakit mental ini”, kemudian individu yang bersangkutan memaksa lingkungan untuk membenarkan tindakannya.

Tentu, tindakan tersebut tidak bisa dibenarkan. Selain karena meresahkan, dapat juga membahayakan diri. Apabila melakukan self-diagnose bukan tidak mungkin akan melewatkan beragam proses identifikasi hingga akhirnya salah mengambil kesimpulan.

Sebagai contoh, tumor otak dapat menyebabkan perubahan kepribadian, depresi, bahkan panik. Alih-alih menghubungi dokter, seseorang tersebut malah disesatkan oleh internet dan artikel yang dirinya baca.

Akan tetapi, tidak bisa disangkal juga bahwa kesadaran atas kesehatan mental dan secara aktif mencari informasinya sangatlah baik.

Meskipun, bukan berarti boleh melakukan self-diagnose kesehatan mental. Karena penting untuk menjaga kesehatan mental secara serius dan bukan sebatas “tahu” dan mulai melakukan pelabelan terhadap keadaan mental.

Lebih dari itu, untuk mengatasi masalah mental atau penyakit apa pun, penting untuk menghubungi pihak profesional. Karena pihak profesional akan mengetahui, mulai dari proses identifikasi secara medis hingga pemulihan masalah yang sedang dialami.

Oleh karena itu, melakukan self-diagnose tidak akan memberikan solusi. Justru sebaliknya, kita akan malah bertemu ketakutan dan afirmasi negatif atas keadaan diri.

Akan tetapi, bila sedang mengalami perasaan tidak nyaman bukan berarti langsung menghubungi profesional. Untuk menyikapinya, kita dapat menanyakan kepada diri, seperti “mengapa aku merasakan perasaan ini?”, “apa penyebabnya”, kemudian mencari solusinya.

Dengarkan informasi dan cerita kesehatan mental lainnya hanya melalui siniar Anyaman Jiwa di Spotify. Di sana, ada banyak cerita dari teman-teman yang mempunyai masalah hidup serupa sehingga kita tak akan merasa sendiri.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbaru yang tayang tiap Rabu dan Jumat. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan dik.si/AJSedihBerlebihan. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/12/02/092748220/alasan-jangan-melakukan-self-diagnose-kesehatan-mental

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke