Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Uji Klaim Pangeran Harry, Benarkah Stres Bisa Menyebabkan Keguguran?

Pasangan itu kehilangan janin di kandungan karena berbagai pemberitaan termasuk konflik hukum dengan Associated Newspapers, grup media Inggris.

"Saya yakin istri saya mengalami keguguran karena apa yang dilakukan The Mail," tuduhnya Pangeran Harry, dalam salah satu episode Harry & Meghan.

"Sekarang apakah kita benar-benar tahu keguguran disebabkan oleh itu? Tentu saja tidak, tetapi mengingat stres, kurang tidur dan waktu kehamilan berapa minggunya."

"Bisa saya katakan, dari apa yang Saya lihat, keguguran itu disebabkan oleh apa yang mereka coba lakukan padanya," tegas Duke of Sussex.

Apakah stres bisa menyebabkan keguguran?

Profesor Siobhan Quenby, Direktur National Centre for Miscarriage Research di Inggris, mengatakan bukti menunjukkan wanita yang mengalami keguguran berisiko lebih tinggi mengalami gangguan stres pascatrauma dan masalah kesehatan mental.

Itulah sebebanya pasangan yang mengalaminya membutuhkan perawatan dan dukungan khusus setelah tragedi tersebut.

“Sayangnya satu dari lima kehamilan akan berakhir dengan keguguran, menghancurkan keluarga,” katanya kepada Yahoo UK.

“Ketika Meghan dan Harry berbagi pengalaman mereka sendiri, keluarga di seluruh negeri akan mengenali rasa sakit itu."

Namun ia berpendapat perlu lebih banyak penelitian untuk memahami apakah stres dan keguguran merupakan hubungan sebab akibat.

"Karena stres sering dikaitkan dengan faktor gaya hidup lain yang juga meningkatkan risiko keguguran seperti kurang tidur dan tidak makan dengan baik," terangnya.

"Bahkan penelitian yang menunjukkan bahwa stres di tempat kerja yang berkelanjutan (pekerjaan yang sangat menuntut, jam kerja yang panjang, dll) terkait dengan peningkatan insiden keguguran tidak mengatakan bahwa stres itu sendiri merupakan penyebab langsung," jelasnya.

Menurutnya, ada beberapa faktor kunci lain yang perlu dipertimbangkan saat mengeksplorasi topik stres dan keguguran.

Termasuk pula refleksi diri yang sering dilakukan banyak wanita setelah mengalami keguguran, yang dapat menimbulkan risiko yang dikenal sebagai "bias mengingat".

"Setelah keguguran, kebanyakan orang akan bertanya pada diri sendiri apa penyebabnya, mengapa itu terjadi," jelasnya.

"Sayangnya, sangat sedikit orang yang didiagnosis dengan penyebab yang jelas, dan dalam situasi itu, kita cenderung mencari penjelasan sendiri."

"Apa yang kita lakukan atau tidak lakukan (diet, mengangkat barang berat, terbang, tidak benar-benar menginginkannya kehamilan) dan stres adalah salah satunya."

Sebagian besar wanita yang keguguran akan memiliki tingkat kecemasan yang sangat tinggi, takut hal itu akan terjadi lagi - dan  juga khawatir tentang efek dari kecemasan itu, yang mengarah pada "beban ganda".

"Sekali lagi, tidak ada bukti bahwa ini meningkatkan risiko keguguran lagi," jelas Atik.

Dalam salah satu satu penelitian, penulis mencatat bahwa hubungan yang terjadi mungkin sebaliknya yakni keguguran adalah penyebab stres.

"Di atas segalanya, orang perlu memahami bahwa sebagian besar keguguran terjadi karena anomali kromosom acak, di mana ada yang tidak beres pada tahap awal perkembangan, dan di mana masalahnya mungkin terletak pada sel sperma, bukan hanya sel telur," pesan Atik.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/12/21/115335520/uji-klaim-pangeran-harry-benarkah-stres-bisa-menyebabkan-keguguran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke