Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cegah Kematian Dini, Bagaimana Pola Diet yang Benar?

KOMPAS.com - Risiko kematian dini akibat penyakit kronis bisa dikurangi dengan memperbanyak konsumsi makanan sehat.

Fakta ini terungkap dalam studi yang dimuat di jurnal JAMA Internal Medicine pada Senin (9/1/2023) lalu.

Hasilnya, individu yang mengikuti satu dari berbagai pola diet sehat berisiko lebih rendah untuk meninggal dunia akibat kanker, penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan dan penyakit neurodegeneratif.

Menurut studi tersebut, pola diet sehat yang dimaksud berfokus pada konsumsi biji-bijian, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan polong-polongan.

"Ada lebih dari satu cara untuk makan dengan baik dan mendapatkan manfaat kesehatan yang menyertainya," tutur Dr David Katz, spesialis pengobatan gaya hidup. Ia tidak terlibat dalam studi ini.

Dijelaskan co-author studi Dr Frank Hu, orang pada umumnya bosan menerapkan satu pola diet tertentu.

Hu adalah profesor nutrisi dan epidemiologi serta ketua departemen nutrisi di Harvard T.H. Chan School of Public Health.

"Hasil studi ini adalah kabar baik. Artinya, kita lebih fleksibel dalam menciptakan pola diet sehat yang dapat disesuaikan dengan pilihan makanan, kondisi kesehatan, dan budaya individu."

Hu mencontohkan, jika kita mengikuti diet Mediterania dan ingin mencoba pola makan lainnya setelah beberapa bulan, bisa beralih ke diet DASH atau diet semi-vegetarian.

Melibatkan banyak peserta

Peneliti memantau kebiasaan makan 75.000 wanita yang berpartisipasi dalam Nurses Health Study dan lebih dari 44.000 pria dalam Health Professional Follow-up Study selama 36 tahun.

Tidak ada peserta pria dan wanita yang memiliki penyakit kardiovaskular pada awal penelitian, dan hanya sedikit yang merokok. Semua peserta mengisi kuesioner setiap empat tahun.

"Ini adalah salah satu studi kohort terbesar dan terlama untuk memeriksa pola diet yang direkomendasikan dan risiko jangka panjang kematian dini dan kematian akibat penyakit kronis," papar Hu.

Hu beserta timnya menilai "ketaatan" peserta mengikuti empat pola diet sehat yang sesuai dengan pedoman diet AS saat ini.

Salah satunya yaitu diet Mediterania, yang menekankan asupan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, polong-polongan, ikan, dan minyak zaitun.

"Pola diet ini menekankan pada lemak sehat, terutama lemak tak jenuh tunggal, di samping makanan berbasis nabati dan alkohol dalam jumlah sedang," ujar Hu.

Lalu, ada pola diet nabati yang berfokus pada lebih banyak produk nabati namun sangat membatasi produk hewani dan alkohol.

"Diet tersebut mengurangi pilihan makanan yang relatif sehat seperti ikan atau beberapa produk susu."

Hu mencatat, pola diet seperti itu justru tidak menyingkirkan makanan nabati yang tidak sehat seperti produk kentang.

"Kita dapat membayangkan vegetarian mungkin berada di peringkat teratas dalam skor diet ini," katanya.

"Dan orang yang makan banyak produk hewani atau karbohidrat olahan akan berada di peringkat terbawah dalam skor ini."

Healthy Eating Index melacak apakah individu mengikuti pedoman nutrisi AS yang menekankan produk nabati sehat, serta membatasi daging merah, daging olahan, tambahan gula, lemak tidak sehat, dan alkohol, kata Hu.

Sementara itu, Alternate Healthy Eating Index yang dikembangkan di Harvard diklaim Hu menggunakan bukti terbaik untuk memasukkan makanan dan nutrisi yang paling terkait dengan risiko penyakit kronis yang lebih rendah.

"Kami memasukkan kacang-kacangan, biji-bijian utuh dan konsumsi lebih rendah untuk daging merah dan olahan serta minuman manis," tambahnya.

"Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang diperbolehkan."

Kesimpulannya

Setelah pola makan setiap peserta diberi skor, peserta kemudian dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan ketaatan mereka dalam mengikuti satu pola diet atau lebih.

"Kelompok yang memiliki kualitas diet tertinggi dibandingkan yang terendah dikaitkan dengan penurunan risiko semua penyebab kematian sekitar 20 persen," tutur Katz, presiden dan pendiri organisasi nirlaba True Health Initiative.

Studi ini juga menemukan pengurangan risiko kematian akibat penyakit kronis tertentu jika seseorang mulai memperbaiki pola makannya, imbuh Hu.

Peserta yang memperbaiki diet mereka sebesar 25 persen dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dengan kisaran 6-13 persen, dan kematian akibat kanker sebesar 7-18 persen.

Sedangkan, risiko kematian akibat penyakit neurodegeneratif --seperti demensia-- berkurang hingga 7 persen.

"Pengurangan risiko kematian akibat penyakit pernapasan sebenarnya jauh lebih besar, yaitu 35-46 persen," kata Hu.

Karena mengandalkan laporan diri peserta tentang pilihan makanan mereka, studi ini hanya menunjukkan hubungan antara pola makan dan dampaknya bagi kesehatan, bukan sebab dan akibat.

Tetapi menurut Hu, fakta bahwa studi tersebut melihat diet peserta setiap empat tahun selama jangka waktu yang lama menambah bobot temuan studi.

"Tidak ada kata terlambat untuk menerapkan pola diet sehat, dan manfaat dari pola diet sehat dapat sangat besar dalam mengurangi total kematian dini dan berbagai penyebab kematian dini," kata Hu.

"Masyarakat juga memiliki fleksibilitas dalam menciptakan pola diet sehat sesuai keinginan."

"Tetapi prinsip umumnya, makanlah lebih banyak produk nabati dan lebih sedikit porsi daging merah, daging olahan, tambahan gula dan natrium, apa pun jenis diet yang ingin kita coba," katanya lagi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/01/16/053614020/cegah-kematian-dini-bagaimana-pola-diet-yang-benar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke