Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Narasi Soal OCD yang Keliru, Perlu Dipahami

KOMPAS.com - Gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD) biasanya dikaitkan dengan orang yang senang kebersihan.

Faktanya, seperti dilansir Mayo Clinic, OCD adalah pikiran dan ketakutan tidak diinginkan yang berubah menjadi obsesi, sehingga seseorang melakukan perilaku secara berulang (kompulsi).

Menurut para ahli, OCD sebagian besar berpusat pada tema tertentu, seperti mencuci tangan secara berulang agar terlindung dari kuman.

Untuk meredakan ketakutan akan kontaminasi kuman, kita mungkin secara kompulsif mencuci tangan hingga kulit mati rasa dan pecah-pecah.

Kebiasaan bersih inilah yang kemudian dipandang sebagai gejala OCD. Padahal faktanya tidak selalu demikian.

Ada banyak narasi keliru mengenai OCD yang beredar di masyarakat. Hailie Kallembach, terapis rawat jalan di Nystrom & Associate mencoba untuk menyanggah beberapa mitos OCD ini.

1. Mitos: OCD hanya bentuk kepribadian

Karena kebiasaan bersih dan rapi dikaitkan dengan OCD, maka kebiasaan-kebiasaan tersebut sering disalahartikan sebagai bentuk kepribadian dan kondisi yang dapat dikendalikan.

Memiliki kesenangan akan kebersihan (cleaning complex) adalah ciri kepribadian yang umum, namun tidak dengan OCD.

Orang-orang yang berjuang dengan OCD melakukan perilaku berulang karena kecemasan akan obsesi mereka.

"Mitos umum tentang OCD yaitu gejala OCD merupakan ciri kepribadian, bukan kondisi kesehatan mental," tutur Kallembach.

"Biasanya, individu dengan OCD memahami tindakan mereka tidak memiliki dasar logis."

Meskipun penderita OCD menyadari apa yang mereka lakukan tidak perlu, obsesi atau pikiran yang mengganggu tetap ada, sehingga mengarah pada perilaku kompulsif.

Misalnya, obsesi berupa ketakutan akan kuman dapat menimbulkan perilaku kompulsif seperti mencuci tangan terus-menerus.

2. Mitos: OCD tidak dapat disembuhkan

Memang tidak ada obat untuk gangguan obsesif kompulsif, namun ada perawatan yang bisa membantu penderita OCD mengendalikan gejala.

"OCD dapat ditangani dengan mencari bantuan profesional bersama penerapan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari seperti perhatian dan perawatan diri," kata Kallembach.

Terapis berlisensi dapat membantu pasien OCD melatih keterampilan untuk memperbaiki kehidupan sehari-hari pasien.

Terapis umumnya akan menyarankan latihan kesadaran (mindfulness) mencakup meditasi, latihan pernapasan, dan teknik grounding.

Pasien juga bisa menjalani terapi untuk menghadapi ketakutan mereka dengan bantuan ahli.

3. Mitos: Kita bisa menebak seseorang menderita OCD dengan mudah

Karena stigma yang beredar di media dan medsos mengenai gangguan obsesif kompulsif, kita menganggap kita dapat mengetahui dengan mudah jika seseorang mengidap OCD.

Terlepas dari penggambaran media, kita mungkin melihat banyak orang dengan OCD dan tidak menyadarinya.

Penderita OCD seringkali dapat menyembunyikan gejala saat berada di tempat umum. Hal ini terutama berlaku jika mereka mendapatkan perawatan yang tepat dari ahli kesehatan mental.

4. Mitos: Tema OCD hanya tentang kebersihan

Kebersihan adalah dorongan umum gangguan obsesif kompulsif, namun itu bukan satu-satunya.

Kompulsi atau perilaku berulang juga dapat terkait hal-hal seperti:

  • Menimbun atau membuang sesuatu
  • Berdoa
  • Menghitung
  • Mengulangi gerakan tertentu
  • Menyentuh atau mengetuk benda

Gangguan obsesif kompulsif berbeda untuk setiap orang, dan gejalanya dapat berubah sepanjang hidup mereka.

5. Mitos: Setiap orang memiliki sedikit OCD

Karena kebiasaan hidup bersih adalah ciri kepribadian yang umum, banyak pihak meyakini bahwa setiap orang memiliki OCD walau berskala kecil.

Ini sama sekali tidak benar. Menyukai hal-hal yang teratur tidak identik dengan mengidap OCD.

Melontarkan candaan tentang kondisi kesehatan mental --dalam hal ini OCD-- kepada orang lain membuat kita seolah meremehkan penderitaan orang yang benar-benar berjuang menghadapi OCD.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/01/24/073845920/5-narasi-soal-ocd-yang-keliru-perlu-dipahami

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke