Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

9 Cara Self Healing untuk Mengelola Amarah Terpendam

KOMPAS.com - Amarah yang terpendam dapat mengakibatkan kerugian pada segi fisik maupun mental seseorang.

Seseorang yang cenderung mengalami hal ini sepertinya perlu self healing untuk mengendalikan kondisi tersebut.

Pasalnya, amarah terpendam itu dapat bermanifestasi menjadi rasa frustasi, kecemasan berlebihan, kemarahan yang meledak-ledak sampai mengganggu suasana hati.

Amarah terpendam biasanya diakibatkan oleh emosi yang tidak dapat terluapkan dengan baik.

Akibatnya, perasaan ini tersimpan dan terus menumpuk di alam bawah sadar seseorang.

Terkadang emosi itu dapat meledak menjadi kemarahan besar atau tindakan agresi.

Sayangnya, semakin kita melawan rasa marah, maka kita semakin merasa menderita.

Itu karena kita sedang berjuang melawan emosi dari dalam atau sedang menghadapi diri sendiri. 

Maka, cara terbaik untuk memulihkannya adalah dengan melakukan self healing.

Berikut cara mengelola amarah terpendam.

1. Memahami dampak dari kemarahan terpendam

Sebagian besar dari kita tidak menyadari bahwa ada dampak akibat kemarahan yang terus dipendam itu bisa merugikan diri sendiri, dan juga orang lain.

Bagi orang lain, dampak kemarahan terpendam yang adalah kebencian, permusuhan, iri hati, bersikap kasar, dendam, sinisme, penghinaan, keras kepala, tindak kekerasan, tindak kriminal, jadi pendiam tiba-tiba, sampai frustasi.

Sedangkan manifestasi amarah yang dirasakan dari dalam diri mencakup merasa tidak layak, menyalahkan diri sendiri, stres hingga depresi.

Dengan mengetahui dampak dari kemarahan ini, paling tidak hal itu bisa membuat kita tersadar bahwa tidak ada dampak positif bila marah itu cuma dipendam. 

2. Mengungkapkan emosi yang dirasakan

Mengungkapkan emosi yang dirasakan bukan berarti melampiaskannya kepada orang lain.

Tapi dengan mengungkapkannya dari dalam diri untuk dirasakan. 

Sebagai langkah self healing untuk mengelola kemarahan, sebaiknya kita perlu merasakan kemarahan yang muncul.

Caranya ketika marah itu mulai muncul, tutup mata dan melakukan latihan pernapaan.

Rasakan di setiap bagian tubuh mana yang merasa sakit, tegang atau terasa berat.

Kemudian tanyakan pada diri sendiri beberapa hal sebagai berikut.

"Mengapa saya merasakan ini?"
"Bagaimana ini akan hilang?"

Jangan terlibat dalam obrolan pikiran, kemarahan ini cukup diamati saja, diterima dan dirasakan.

Beberapa sensasi yang mungkin dirasakan adalah leher yang menegang, dada terasa sesak, sakit kepala, sampai perut yang seolah terasa kencang.

Ketahuilah bahwa tujuan dari latihan ini adalah untuk memahami bagaimana kemarahan terwujud di dalam tubuh, sehingga kita dapat mengenalinya saat kemarahan itu muncul.

Ketika sudah mengenali emosi dari dalam diri, maka kita dapat dengan mudah mengontrol emosi tersebut agar tidak terpendam atau cuma sekadar cari pelarian.

3. Mengenali emosi lebih dalam terkait kemarahan

Kemarahan sebenarnya adalah bentuk respons terhadap rasa sakit.

Misalnya saja saat kita terluka, diperlakukan tidak adil, dihina, diabaikan, dilecehkan, hingga tidak dihargai.

Alih-alih mengalah pada emosi marah dan rasa sakit, akan lebih baik alihkan kemarahan itu menjadi energi positif bagi diri kita.

Caranya adalah meyakinkan pikiran dan hati bahwa kemarahan adalah bentuk dari upaya untuk menaklukkan rasa sakit dan mencegah rasa sakit lebih lanjut.

Selain itu, tanamkan pula bahwa kemarahan merupakan bentuk perlindungan diri dari hal-hal yang tidak ingin kita rasakan.

Dengan begitu, kita akan menyadari dan lebih mengelola emosi negatif yang ada pada diri kita agar lebih mudah terkontrol.

4. Biarkan kemarahan berbicara kepada diri sendiri

Membiarkan kemarahan berbicara kepada diri sendiri bertujuan agar kita mengidentifikasi berbagai subpersonalitas kita.

Subpersonalitas adalah mode kepribadian berbeda yang muncul sehingga kita dapat menghadapi situasi tertentu.

Masing-masing dari kita memiliki banyak subpersonalitas yang berbeda, misalnya saja sisi "baik" atau "jahat", "berani" dan "pemalu", sampai "penurut" dan "pemberontak".

Pada dasarnya setiap orang memiliki beragam subpersonalitas, namun satu kepribadian yang mencirikan diri kita adalah yang paling dominan.

Proses membiarkan kemarahan muncul juga merupakan bentuk aktualisasi diri yang dapat menyelaraskan energi menjadi utuh.

Dalam latihan self healing-nya, kita bisa memvisualisasikan kemarahan itu muncul dan mengamati akan menjadi seperti apa.

Tujuannya adalah membiarkan perasaan, pikiran, dan ingatan yang tertekan muncul tanpa berusaha membungkamnya.

Ini juga termasuk salah satu bentuk dari mendengarkan emosi dan membiarkannya terluapkan.

5. Tidak berekspektasi lebih pada apapun

Inti dari amarah itu berawal dari harapan atau ekspektasi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai harapan.

Dengan melepaskan keinginan atau ekspektasi yang terlalu berlebihan, cara ini berdampak langsung dan mengubah pandangan kita pada suatu hal.

Itu berarti, kita membiarkan hidup mengalir dan menerima bahwa kita tidak akan selalu mendapatkan apa yang kita inginkan.

Alhasil kemarahan pun dapat diminimalisasi atau tidak mudah muncul.

6. Menyayangi diri sendiri

Seringkali kita menjadi tidak sadar bahwa kita jarang menghargai dan menyayangi diri sendiri.

Padahal penangkal kemarahan adalah welas asih atau kasih sayang.

Kasih sayang ibaratnya adalah hujan yang menyelamatkan hutan "jiwa" kita yang terbakar emosi.

Bentuk lain dari menyayangi diri sendiri adalah memahami emosi yang muncul dari dalam diri, merawat diri, hingga melakukan hal-hal yang disukai. 

7. Memaafkan

Bertentangan dengan apa yang kita pikirkan, memaafkan tidak hanya dilakukan satu kali, melainkan secara berkala.

Misalnya saja kita memaafkan diri sendiri, kemudian berbesar hati untuk memaafkan orang yang membuat kita marah. 

Namun, memaafkan diri sendiri tidaklah mudah seperti kita memaafkan orang lain.

Kendati begitu, dampaknya bisa membuat kita jauh lebih menghargai diri.

8. Lepaskan keterikatan dan kehidupan hidup lebih mengalir

Seperti yang sudah sebutkan di atas, kemarahan adalah bentuk emosi yang muncul akibat harapan yang tidak sesuai. 

Ketahuilah bahwa kemarahan terpendam dapat menghancurkan hidup dan membuat kita semakin merasa bersalah ketika amarah itu "meledak".

Cobalah untuk mengendalikannya, lepaskan segala kemelekatan dan percaya bahwa hidup dapat mengalir seperti biasa.

9. Menerima amarah

Amarah yang datang sebenarnya tidak untuk dilawan, cukup diamati dan dirasakan kehadirannya pada tubuh, hati, dan pikiran.

Bersyukurlah atas kemarahan karena telah memainkan peran protektif di dalam kehidupan.

Renungkan pertanyaan yang paling penting seperti "Jika saya tidak marah, bagaimana perasaan saya?"

Cobalah untuk melatih kesediaan diri untuk merangkul emosi di balik kemarahan.

Dengan begitu, kemarahan akan sangat mudah dikelola agar tidak berdampak buruk bagi pikiran, tubuh dan hubungan dengan orang lain. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/01/24/190344020/9-cara-self-healing-untuk-mengelola-amarah-terpendam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke