Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nike Kembali Gugat Lululemon, Ada Apa?

KOMPAS.com - Raksasa perlengkapan olahraga Nike menuntut pengecer pakaian asal Kanada, Lululemon atas dugaan pelanggaran paten untuk empat model sneaker.

Dalam gugatan yang diajukan Senin (30/1/2023) di pengadilan federal Manhattan, AS, Nike menyebut sudah mengalami kerugian akibat penjualan sepatu Chargefeel Mid, Chargefeel Low, Blissfeel dan Strongfeel dari Lululemon.

Tiga paten yang diklaim perusahaan berlogo centang itu mengacu pada elemen tekstil, termasuk elemen rajutan, area berselaput, dan struktur tubular pada alas kaki rilisan Lululemon.

Ada pula satu klaim paten yang berfokus pada performa sepatu.

Terkait akan hal itu Nike meminta ganti rugi pada Lululemon, namun bentuk ganti rugi belum ditentukan.

Respons Lululemon atas gugatan Nike

Jurubicara Lululemon memberikan pernyataan resmi perihal gugatan yang dilayangkan Nike pada Selasa kemarin.

"Klaim Nike tidak dapat dibenarkan," jelas jurubicara tersebut.

"Kami berharap dapat membuktikan kasus kami di pengadilan."

Pada bulan Maret tahun lalu, Lululemon merilis Blissfeel, sepatu lari pertama yang ditujukan untuk wanita.

Peluncuran Blissfeel menandai awal perusahaan yang bermarkas di Vancouver tersebut terjun ke pasar sneaker.

Sedangkan, siluet Chargefeel yang dilepas di bulan Juli 2022 merupakan sepatu running dan training.

Sudah bersengketa sejak tahun lalu

Sebelumnya Nike sudah menggugat Lululemon untuk perkara berbeda pada Januari 2022.

Nike menuding Lululemon melanggar enam paten atas aplikasi Mirror.

Dikutip pemberitaan Kompas.com pada 7 Januari 2022, Lululemon membeli startup kebugaran rumah Mirror senilai 500 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,1 triliun di tahun 2020.

Saat itu, Lululemon tengah merambah pasar home gym yang berkembang pesat di era pandemi.

Namun, Nike berang dan menuduh Mirror sudah melanggar hak paten hingga akhirnya menggugat perusahaan tersebut.

Nike mengaku sudah mengajukan permohonan paten pada tahun 1983 untuk sebuah perangkat yang bisa menentukan kecepatan pelari, jumlah kalori dibakar, jarak tempuh, dan waktu yang berlalu.

Nah, aplikasi Mirror ini diduga menggunakan teknologi yang mirip dengan perangkat yang diciptakan dan dipatenkan Nike.

Mirror memiliki teknologi yang memungkinkan pengguna untuk bersaing dengan pengguna lain, mencatat performa pengguna, serta menargetkan tingkat pengerahan tenaga tertentu.

Jurubicara Lululemon ketika itu juga membantah tudingan Nike.

"Paten yang dipermasalahkan terlalu luas dan tidak valid."

"Kami percaya diri dengan posisi kami dan berharap bisa mempertahankannya di pengadilan," kata sang jurubicara Lululemon.

Kira-kira, bagaimana akhir dari perseteruan Nike dan Lululemon? Apakah Nike, atau justru Lululemon yang nantinya berhasil menang di pengadilan? Kita tunggu saja kabar selanjutnya. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/02/02/055223820/nike-kembali-gugat-lululemon-ada-apa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke